Review Turning Red: Film Animasi Coming of Age yang Relevan dengan Remaja Asia

16 Maret 2022 22:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turning red. Foto: IMDb
zoom-in-whitePerbesar
Turning red. Foto: IMDb
ADVERTISEMENT
Turning Red merupakan film animasi terbaru dari Pixar yang kini tayang di Disney+ Hotstar. Film ini merupakan karya film panjang pertama dari sutradara Domee Shi.
ADVERTISEMENT
Film dibintangi oleh Rosalie Chiang sebagai Mei Lee, Sandra Oh sebagai ibu dari Mei bernama Ming Lee, dan Orion Lee sebagai ayah Mei, Jin Lee.
Ada pula Ava Morse, Maitreyi Ramakrishnan, dan Hyein Park. Ketiganya mengisi suara para sahabat dari Mei Lee, yakni Miriam, Priya, dan Abby.
Turning red. Foto: IMDb
Turning Red sendiri mengisahkan tentang Mei Lee, seorang gadis Chinese berusia 13 tahun yang tinggal di Toronto, Kanada. Ia adalah seorang anak cerdas yang menjadi kebanggaan dari sang ibu.
Di sisi lain, Mei Lee tetaplah anak remaja biasa. Seperti kebanyakan remaja di era 2002--tahun yang menjadi latar di film--Mei juga menyukai berbagai hiburan, mulai dari bermain dengan teman, tamagochi, dan boyband.
Suatu hari, terjadi insiden yang membuat Mei Lee berubah menjadi panda merah raksasa jika mengeluarkan emosi berlebihan. Hal ini tentu mempengaruhi kehidupan Mei.
Cuplikan adegan film Turning Red. Foto: Disney
Bagaimana cara Mei Lee mengatasi ini? Apakah ia akan tetap bisa menjalani hidup dengan normal? Untuk mengetahuinya, silakan tonton Turning Red di Disney+ Hotstar.
ADVERTISEMENT
Turning Red sendiri merupakan film animasi yang unik, karena menyajikan tema coming of age. Tema tersebut cukup jarang ditemui di film-film animasi yang kebanyakan lebih mengedepankan fantasi dan kisah anak.
Saat menonton Turning Red, kalian akan merasa seperti sedang menyaksikan keseruan di film-film coming of age Hollywood dari era '80 dan '90-an, seperti Ferris Bueller's Day Off dan Now and Then.
Cuplikan adegan film Turning Red. Foto: Disney
Namun, kemasannya sangat relevan dengan kisah banyak remaja di Asia. Tokoh Mei Lee adalah representasi yang pas bagi banyak remaja Asia yang kerap kali terjebak di antara kesenangan bersama teman dan menyenangkan hati orang tua.
Dinamika drama yang tercipta antara tokoh Mei Lee dan sang ibu Ming Lee sangat pas untuk menjadi refleksi banyak keluarga di Asia, bahkan Indonesia. Artinya, melalui film ini, banyak orang tua bisa menyerap pesan-pesan parenting yang baik.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Mei Lee serta teman-temannya, Miriam, Priya, dan Abby, yang digambarkan sangat dorky juga menarik untuk disimak. Sebab, Pixar agaknya belum pernah membuat film animasi dengan penokohan seperti ini.
Cuplikan adegan film Turning Red. Foto: Disney
Cara mereka mengidolakan personel boyband tentu relevan dengan banyak gadis remaja. Belum lagi cara mereka bersenang-senang yang memang mirip seperti remaja Asia pada umumnya.
Animasi di film Turning Red juga patut diacungi jempol. Sebab, ada berbagai ekspresi ala anime yang sangat jarang ditemui di film animasi Pixar lainnya.
Sekilas, mungkin animasi Turning Red mirip seperti Luca. Namun, ada berbagai penambahan yang membuat film terasa seperti peleburan animasi ala Hollywood dan Jepang.
Cuplikan adegan film Turning Red. Foto: Disney
Penggambaran panda merah di film ini pun sangat menggemaskan dan lucu. Meski dihadirkan sebagai bumbu fantasi, sosok panda merah itu juga membawa pesan moral yang bagus untuk disimak.
ADVERTISEMENT
Jadi, Turning Red adalah sebuah karya animasi yang sempurna untuk anak-anak dan banyak remaja serta dewasa muda pecinta film-film coming of age.
Menghibur, menggemaskan, dan relevan bagi remaja Asia, termasuk Indonesia, mungkin jadi tiga kata yang pas untuk menggambarkan film ini.