Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Cerita Promotor soal Riders Musisi Dunia saat ke Jakarta
16 Januari 2017 8:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
![Richard Sandy Ismaya Live (Foto: dok foto IG @richard_sandy)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484527651/th5vkzdsuvhnrbw6kpzf.jpg)
Sebagai tim hospitality, Richard menjelaskan bahwa dia dan timnya mengurus akomodasi, transportasi, makanan, dan minuman yang diminta oleh artis yang didatangkan. Permintaan tersebut disebut dengan riders.
ADVERTISEMENT
Dengan teliti, Richard harus menyusun jadwal dan mengurus tiga kebutuhan wajib tersebut.
“Hotelnya apa, di mana, kapan, untuk berapa orang, tipe kamar apa, dan apakah ada requirement lain atau tidak. Untuk transportasi, apakah mobilnya sesuai yang diminta, jumlahnya berapa, yang datang berapa orang, untuk jam berapa, tanggal berapa, hari apa. Jadi, ada scheduling transport movement. Untuk makanan dan minuman, kita menyediakan apa yang mereka minta. Kalau aman, kita all good. Kalau nggak ada, kita counter dengan mengganti dengan merek lain,” kata Richard secara khusus kepada kumparan.
Ternyata, menyiapkan riders yang diminta artis membutuhkan waktu 1 bulan sebelum acara untuk dijalankan. Richard juga menekankan bahwa tidak semua riders artis harus disetujui.
ADVERTISEMENT
Menurut Richard, beberapa hal yang diminta artis terkait bisa diganti sesuai kesepakatan pihak Richard dan manajemen artis tersebut.
“Riders itu didasari atas keperluan dan kemauan artisnya dan seluruh rombongannya. Ada beberapa artis yang, like it or not, harus ada barang yang mereka mau. Misalnya, dia mau jus merek A. Tapi, kita nggak ada jus kayak gitu. Nah, kita counter sama yang mendekati,” jelas Richard.
Richard memberi contoh mudah. Pada tahun 2011, Ismaya Live nyaris membawa Aerosmith ke Tanah Air. Namun, karena satu dan lain hal, band yang digawangi Steven Tyler, Joe Perry, Brad Whitford, Tom Hamilton, dan Joey Kramer tersebut membatalkan penampilannya di Jakarta.
Kala itu, pihak Aerosmith meminta suplemen merek tertentu yang tidak dijual di Asia. Keadaan itu mengharuskan Richard untuk terbang ke Negeri Paman Sam untuk mencari suplemen yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah bagi Richard untuk menemukannya. Suplemen tersebut hanya bisa didapatkan di sebuah toko tertentu. Akhirnya, Richard berkendara seorang diri untuk melengkapi riders yang diminta oleh band yang terkenal dengan lagunya yang berjudul ‘I Don’t Wanna Miss a Thing’ itu.
Selain itu, Richard juga mengatakan bahwa dia baru saja mengalami hal serupa pada gelaran DWP tahun 2016 lalu.
“Ada dua DJ yang meminta satu jenis minuman brand tertentu, yaitu Hardwell dan Carl Cox. Kita coba counter tapi mereka bilang itu request khusus artisnya. Jadi, kita beli di Hong Kong, titip teman karena kebetulan ada teman yang pramugara airline,” terang Richard.
Ismaya Live tidak hanya menggelar festival electronic dance music atau EDM saja di Indonesia, khususnya Jakarta. Namun, Ismaya Live juga menggelar We the Fest (WTF), festival musik dengan genre musik yang lebih universal.
ADVERTISEMENT
Pada WTF tahun 2016 lalu, Ismaya Live mendatangkan CL, anak asuhan agensi terbesar di Korea Selatan, yaitu YG Entertainment. Menurutnya, menyanggupi riders pelantun ‘The Baddest Female’ itu cukup mudah. Namun, CL mempunyai kebutuhan tersendiri yang harus Richard amini.
“Pihak CL lumayan detail. Ada beberapa hal yang spesifik harus ada. Tapi, akhirnya kita akomodir dan berhasil,” jelas Richard.
Richard juga membeberkan kebutuhan riders beberapa artis. Yang mengejutkan, nama-nama besar seperti Katy Perry dan One Direction bisa memberikan daftar kebutuhan mereka selama konser hingga 30 halaman!
“Riders itu kan, tergantung jumlah orang dan besar show-nya. Kalau festival, dari 10 halaman yang perlu diperhatikan dengan seksama paling hanya 3—4 halaman. Kalau kayak riders-nya Katy Perry dan One Direction, kurang lebih 20—30 halaman,” kata Richard.
ADVERTISEMENT
Setelah berkutat dengan riders artis, Richard masih berbagi tentang suka dukanya menjadi tim hospitality. Simak terus kelanjutan kisah Richard Sandy hanya di kumparan.