Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rilis Buku Jadi Harapan Terakhir Tino Saroengallo Sebelum Meninggal
27 Juli 2018 21:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Kabar duka kembali menyelimuti dunia hiburan tanah air. Aktor senior Tino Saroengallo meninggal dunia setelah dua tahun berjuang melawan penyakit kanker yang mengerogoti tubuhnya. Tak hanya kehilangan seorang aktor, kepergian Tino juga membuat dunia hiburan kehilangan sosok guru.
ADVERTISEMENT
Menurut sahabat Tino yang mewakili keluarga, Ipang Wahid, di masa-masa terakhirnya, pemain film 'Quickie Express' itu justru sangat antusias menantikan perilisan buku yang ia buat. Rencananya, memang buku tersebut akan diluncurkan pada 2 Agustus mendatang.
“Jadi, bukunya itu sekarang sedang naik cetak, dan dalam waktu beberapa hari ke depan bukunya akan selesai,” katanya ketika ditemui di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (27/7).
Layaknya seorang guru, Tino memang rupanya sangat peduli tentang pendidikan khususnya yang terkait dengan produksi film dan iklan. Sehingga, buku yang ia tulis juga memang seputar produksi film dan iklan.
“Tino ini kan guru banyak orang, dihampir semua industri perfilman dan periklanan di Indonesia,” kata Ipang.
Saking antusiasnya, Tino Saroengallo bahkan selalu bercerita tentang bukunya. Ipang sendiri mengagumi hal tersebut, sebab di masa-masa akhirnya melawan penyakit, Tino justru lebih memikirkan soal bukunya itu.
ADVERTISEMENT
“Dia ngomong mulu tentang buku, Tino kan hobinya ngomong nyerocos saja, 'Buku gue gini, gini',” ucapnya. “‘Kapan mau di-launching?’, dia bilang tanggal 2 Agustus. Tapi ya, sudah persiapkan dulu pertemuan sama Sang Khalik.”
Tino memang awalnya mengalami tumor di kandung kemih. Meski sempat terlibat proses syuting setelah tumor tersebut dioperasi, kondisinya justru semakin drop. Alhasil, Tino dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan.
Sesampainya di sana, kanker yang mengerogoti tubuh Tino sudah memasuki stadium 4. Sehingga, Tino langsung menjalani proses kemoterapi di sana selama 3 bulan. Usai menjalani kemoterapi, kondisi Tino membaik.
“Di Jakarta sudah mulai enakan, tapi mungkin karena daya tahannya sempat drop, akhirnya bolak-balik ke rumah sakit,” kata Ipang. “Terakhir ke Rumah Sakit Pondok Indah itu ususnya yang bermasalah, pencernaannya.”
ADVERTISEMENT
Kondisinya yang semakin memburuk membuat keluarga memilih untuk membawanya pulang ke rumah. Selama dua minggu menjalani perawatan di rumah, Tino Saroengallo mengembuskan napas terakhirnya.
“Karena Tino ingin berkumpul sama teman-temannya, karena di rumah sakit kan, terbatas, ya. Kalau di rumah bebas sampai tengah malem, temennya masih ngumpul,” pungkasnya.