Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Ryan Ogilvy, Dari Gang Sempit ke New York Fashion Week
13 Februari 2017 10:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Semilir angin musim gugur berembus di kota New York, September 2016. Bulan itu, New York memang sedikit riuh dibanding biasanya. Maklum, sedang ada gelaran New York Fashion Week untuk koleksi musim gugur.
ADVERTISEMENT
Kawasan Soho, Manhattan, tentunya tak luput dari ingar bingar gelaran New York Fashion Week. Sebagai salah satu pusat fashion di Amerika dan bahkan dunia, Soho menjadi pusat keramaian selama New York Fashion Week (NFW).
Di antara keramaian dan kesibukan Soho siang itu, Ryan Ogilvy justru menangis sesenggukan. Sambil menenteng sebuah beauty case berukuran besar, penata rias artis pertama asal Indonesia yang bisa menembus New York Fashion Week ini tak kuasa menahan haru.
Berjalan di kawasan Soho seusai merias sejumlah model untuk tampil di NFW, Ryan sadar bahwa ia berada di salah satu puncak mimpinya, berada di Amerika Serikat. Apalagi, mimpi itu terwujud sebagai buah kerja kerasnya selama lebih dari 10 tahun.
ADVERTISEMENT
Ryan yang saat itu mengenakan kaos hitam, celana jeans, dan sepatu boots, malah menjadi perhatian orang yang sibuk lalu lalang di Soho. Bergeming, ia tetap menangis.
“Aku enggak nyangka bisa berada di situ. Aku ingat pada 2010 aku ingin menjadi orang yang berguna dan ternyata aku bisa berada di New York Fashion Week. Ini prestasi besar buat aku, saat itu enggak bisa berhenti menangis,” ujarnya kepada kumparan di Jakarta, Senin (6/2).
Perjalanan Ryan di dunia keartisan dimulai sejak tahun 2001. Iseng, Ryan muda sengaja melancong dari Pontianak ke Jakarta untuk mendaftar menjadi model cover boy untuk salah satu majalah remaja. Padahal, saat itu, ia masih duduk di bangku SMA. Tak disangka ia menang. Ryan datang ke Jakarta hanya untuk menerima hadiah. Ia langsung kembali ke Pontianak.
ADVERTISEMENT
Pada 2003, ia kembali ke Jakarta. Saat itu, pria kelahiran 33 tahun lalu ini memutuskan mengambil kuliah D1 dengan jurusan Public Relation. Setelah selesai, Ryan muda bingung memilih jenjang karier. Cita-citanya saat itu hanya satu, memiliki telepon genggam yang sudah memiliki kamera.
“Aku lihat punya orang, kok keren banget. Makanya aku memutuskan untuk cari kerja. Di Jakarta itu, kalau mau cepat, harus jual jasa,” ujarnya.
Ryan sempat bingung jenis jasa apa yang hendak ia jual. Seorang temannya adalah perancang busana. Dari sinilah, ketertarikannya pada dunia tata rias bermula. Ia saat itu sering menemani temannya mengantar baju ke berbagai peragaan busana.
Pada 2005, dengan modal pas-pasan Ryan memutuskan mengambil sekolah makeup di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Karena saat itu, belum ada pemasukan tetap, ia mengambil kelas makeup yang hanya berdurasi satu bulan. “Aku ambil yang basic komersial. Aku mampunya yang itu,” katanya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, kehidupan ekonomi Ryan memang masih ngepas. Ia indekos di gang sempit di kawasan Jakarta Selatan. Dengan kamar seadanya, Ryan bercerita tidak punya spring bed. Ia tidur di lantai dengan alas kasur tipis seadanya. Makan mie instan bersama-sama para tetangga merupakan kebiasaan yang dilakukannya saban hari. “Saat itu enggak sedih karena makan ramai-ramai, tetangga semuanya baik. Kita selalu makan bareng,” imbuhnya.
Sekolah makeup benar-benar membuat Ryan keranjingan. Setelah menyelesaikan kursus selama 25 hari. Ia nekad mengambil kelas tambahan meski harus utang kanan-kiri untuk membayar.
Risiko yang diambilnya berbanding positif dengan peruntungannya. Saat tengah sekolah, salah satu perusahaan makeup asal Australia tengah mencari penata rias. Ternyata dia lolos tes. Saat itu, ia dites untuk merias seseorang dan wawancara. Ryan bercerita bahwa ia hanya ditanya mengenai cita-citanya lima tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya jawab, saya mau ke Las Vegas, Amerika Serikat,” katanya.
Lolos tes, ia bukan hanya menjadi penata rias tapi menjadi kepala penata rias di perusahaan tersebut. Ia didaulat untuk memberikan pelatihan pada para penata rias. Pekerjaannya saat itu lebih banyak di belakang meja. Ia juga bertugas untuk memantau jenis makeup apa saja yang cocok digunakan di Indonesia sesuai tren saat itu.
Pekerjaan ini juga yang membawanya mengenal sejumlah artis yang sudah terkenal saat itu. Posisinya yang setingkat manager di perusahaan kosmetik asal Australia itu memungkinkan Ryan untuk dapat bekerja sama dengan sejumlah majalah remaja. Kerja sama berupa barter akhirnya dibuat.
“Dari situ aku dapat kepercayaan dari majalah-majalah remaja saat itu. Dan mulai dari situ makeup artis, untuk cover majalah. Mungkin mereka cocok dengan makeup aku,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Acha Septriasa dan Sigi Wimala menjadi artis yang menjadi klien Ryan untuk pemotretan di majalah remaja. Hasilnya ternyata memuaskan. Ia jadi sering diminta sejumlah majalah remaja untuk menjadi makeup artist.
Sejak saat itu, ia mulai berkenalan dengan banyak artis, termasuk Dian Sastrowardoyo pada 2006. Seperti artis lain, Dian cocok dengan gaya makeup Ryan. Dan sampai sekarang pun Dian masih menjadi klien langganan Ryan. “Ternyata kita cocok dan kerja sampai sekarang,” ujarnya.
Pada 2007, Ryan berhenti bekerja di perusahaan kosmetik asal Australia. Namun, ia tetap menjadi freelance makeup artist. Meski sudah punya pemasukan, Ryan berniat mencari pekerjaan tetap. Ia sempat menjadi tenaga pemasaran untuk salah satu merek celana jeans. Pekerjaan ini hanya berlangsung tiga bulan. “Ternyata ini bukan duniaku,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia juga sempat menjadi brand ambasaddor makeup untuk sebuah perusahaan kosmetik, pekerjaan itu hanya bertahan selama sebulan. Akhirnya Ryan melamar sebagai wartawan di salah satu tabloid selebiriti. Saat itu, ia masih tetap menjadi freelance makeup artist.
Pekerjaan ini didapat juga dari ‘hasil’ menata rias sejumlah artis. “Aku kan suka makeup ke sana ke mari, terus ada lowongan di tabloid untuk salah satu selebriti. Aku apply dan diterima,” katanya.
Ryan bertahan menjadi wartawan selama tiga tahun. Meski sudah menjadi wartawan hiburan, ia tetap menjadi makeup artist lepas. Menjadi wartawan hiburan yang tiap hari bersinggungan dengan artis dan di saat bersamaan menjadi makeup artist sungguh memperluas jaringan Ryan. Klien artis Ryan makin banyak. Tak hanya merias untuk artis dalam pemotretan atau peragaan busana, ia juga mulai merias artis untuk shooting iklan. Pundi-pundinya makin bertambah.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun menjadi wartawan dan makeup artist, pada 2010, Ryan memutuskan berhenti menjadi jurnalis. Ia memutuskan untuk serius menekuni karier sebagai penata rias untuk artis.
“Aku merasa harus fokus karena jujur sudah mulai kelabakan. Klien sudah banyak dan mengatur waktu makin susah. Tidak mungkin aku bohong terus ke kantor,” tuturnya.
Dengan klien artis yang sudah banyak, sejak 2010, Ryan serius meniti karier sebagai penata rias profesional. Hal ini ditandai dengan peluncuran situs resmi sebagai penata rias artis profesional. Tak main-main, ia melibatkan sejumlah artis untuk mengisi situs pribadinya.
Artis papan atas Indonesia seperti Sandra Dewi, Alexandra Gottardo, Astrid Tiar, Ariel Tatum, Shireen Sungkar, Raline Shah, serta Cinta Laura menjadi model di situs pribadinya. Ryan makin diperhitungkan menjadi penata rias profesional.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, Ryan sudah menjadi langganan artis-artis papan atas Indonesia. Hal ini berbuntut dengan kontrak eksklusif dengan salah satu brand kosmetik terbesar di dunia, Maybelline. Kontrak ini pula yang membuka jalan Ryan ke New York.
Dari sekian banyak penata rias yang dikontrak Maybelline dari seluruh dunia, Ryan menjadi satu-satunya yang diundang ke gelaran NFW. Ia mengaku langsung dihubungi oleh Maybelline pusat di Amerika Serikat untuk berpartisipasi di NFW. Ternyata, hasil karyanya dalam merias artis dalam negeri sudah lama dipantau oleh kantor pusat Maybelline.
“Aku ditelepon ya enggak percaya. Dan akhirnya bikin resume dan ternyata diterima oleh beberapa desainer di sana,” ujarnya.
Ryan mendapat kesempatan untuk menjadi penata rias saat opening ceremony NFW 2016. Pencapaian ini termasuk luar biasa karena upacara pembukaan sangat prestisius. Tak hanya upcara pembukaan, Ryan juga terpilih merias model yang akan berjalan di peragaan busana desainer kenamaan seperti Marissa Webb dan Rebecca Minkoff.
ADVERTISEMENT
“Rasanya seperti ikut kontes putri sejagad. Tentunya bangga jadi makeup artist pertama yang ikut New York Fashion Week. Artinya Indonesia diakui di sana,” katanya.
Kehidupan Ryan tentunya sudah jauh berbeda saat ini. Ia tak lagi tinggal di gang sempit dan makan mie instan. Ia kini tinggal di kediaman yang layak. Namun, ia kadang merindu kehidupan di gang sempit.
"Sekarang aku dikasih tempat tinggal yang layak tapi enggak ada tetangga, jadi makan sendiri, sepi. Segala sesuatu ada positif dan negatifnya," ujarnya.