Sebelum Meninggal, Remy Sylado 3 Kali Kena Stroke

12 Desember 2022 16:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Remy Sylado. Foto: Antara
zoom-in-whitePerbesar
Remy Sylado. Foto: Antara
ADVERTISEMENT
Sastrawan Remy Sylado meninggal dunia pada hari ini, Senin (12/12). Jenazah pemilik nama asli Japi Panda Abdiel Tambajong itu disemayamkan di kediamannya di kawasan Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Rencananya, jenazah Remy Sylado akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo besok, Selasa (13/12). Sebelum pemakaman, dilaksanakan misa requiem pada malam nanti dan ibadat pelepasan besok pagi.
Rumah Duka Remy Sylado, kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur, Senin (12/12). Foto: Giovanni/kumparan
Menurut sang istri, Emmy Tambajong, Remy Sylado tiga kali kena stroke sebelum meninggal dunia. Penyakit itu membuat tangan kiri dan kaki kirinya lumpuh.
"Ini stroke yang ketiga. Kaki sama tangan kirinya tidak bisa digerakkan. Tangan kiri sudah bisa gerak, tapi kakinya masih itu, ya, jadi belum bisa lurus. Memang dokter bilang membutuhkan waktu lama untuk pulih," tutur Emmy Tambajong di rumah duka.
"Yang ketiga dua tahun lalu, sudah dua tahun lalu terbaring gini. Punggungnya juga luka, mungkin karena enggak ada udara," tambahnya.
Istri Remy Sylado, Emmy Tambajong di Rumah Duka Remy Sylado, kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur, Senin (12/12). Foto: Giovanni/kumparan

Remy Sylado Sempat Pamit dan Minta Maaf ke Istri

Sebelum meninggal dunia, Remy Sylado sempat berpamitan dan meminta maaf kepada Emmy Tambajong. Almarhum juga meminta untuk didoakan.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak menyaksikan beliau pergi. Sepanjang malam ngomong terus, 'Tolong doakan saya.' Dua hari sebelumnya dia ngomong, 'Mungkin saya enggak di sini lagi. Maafkan saya.' Tapi, saya bilang, 'Kita berdoa, kita masih bisa merayakan Natal," pungkas istri Remy Sylado.
Mengilas balik, Remy Sylado memulai karier sebagai wartawan. Ia kemudian menulis banyak novel, termasuk Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah Dosa).
Remy Sylado juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak tentang film. Almarhum pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novel Kerudung Merah Kirmizi.