Seberapa Tahu Selebriti Millenial tentang Wiji Thukul?

19 Januari 2017 15:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Film Wiji Thukul 'Istirahatlah Kata-Kata' (Foto: Dok. Twitter @FilmWijiThukul)
zoom-in-whitePerbesar
Film Wiji Thukul 'Istirahatlah Kata-Kata' (Foto: Dok. Twitter @FilmWijiThukul)
Haykal Kamil (26), pemain sinetron dan produser film; Karina Salim (25), penyanyi; dan Tina Toonita (23) sang pelantun ‘Bolo Bolo’ adalah selebriti yang masih cilik ketika aktivis Wiji Thukul dikabarkan hilang pada 1998. Bagi anak muda sebaya mereka, sosok sastrawan yang sajaknya sering digunakan dalam aksi massa itu mungkin tak setenar DJ Snake atau Justin Bieber.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa medium seperti film sangat efektif untuk mengenalkan potongan sejarah hanya dengan durasi sekitar 2 jam.
Tak usah panjang lebar bicara Hollywood yang segalanya serba maju. Tapi industri di sana cukup rutin mengeluarkan potongan sejarah di antara gempuran film-film blockbuster seperti ‘The Avengers’, ‘Batman vs Superman’, saga ’Star Wars’, hingga ‘Fast and Furious’ yang sudah masuk film ke-8.
Tokoh seperti Alan Turing (diperankan Benedict Cumberbatch) berkesempatan masuk di timeline generasi kekinian lewat Path, Instagram, Facebook, Twitter, Snapchat, dan sebagainya.
“Menurutku zaman ini sejarah lebih ‘empuk’ untuk ditelusuri, semenjak dunia perfilman mulai banyak bikin film sejarah. Cara yang sangat efektif pastinya dengan melalui film,” kata Karina Salim.
ADVERTISEMENT
Karina masih berusia 7 tahun saat terjadi peristiwa ’98, tahun yang sama waktu Wiji Thukul dikabarkan hilang. Saat umur segitu, dia tidak baca koran atau nonton berita.
“Aku tahu Wiji Tukul waktu itu pada saat masuk teater karena puisinya suka dijadikan bahan monolog,” katanya.
Wiji Thukul semasa sekolah. (Foto: Muhammad Faisal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wiji Thukul semasa sekolah. (Foto: Muhammad Faisal/kumparan)
Tapi Karina hanya tahu Wiji dari karyanya seperti ‘Peringatan’ dan ‘Sajak Suara’, tanpa tahu detail sejarah kelam yang dialami keluarga Wiji. “Tragedi ’98 itu banyak menghilangkan  orang-orang penting, seniman dll. Tapi aku nggak tahu kalau Wiji Thukul salah satunya,” lanjut Karina.
Karina Salim saat bercerita kepada kumparan (Foto: Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Karina Salim saat bercerita kepada kumparan (Foto: Fanny Kusumawardhani)
Karina adalah pecinta seni. Maka ketika dia mendengar sutradara Anggi Noen ingin membuat film ‘Istirahatlah Kata-kata’, rasa penasaran aktris yang juga balerina ini muncul.
ADVERTISEMENT
“Ketika dia lagi bikin film, aku jadi tahu kalau ini adalah tokoh yang hilang di tragedi ’98. Berarti yang zaman dulu aku pernah dengar ya si penyair ini yang ilang,” tutur bintang ‘Salawaku’ itu.
Sementara penyanyi Tina Toonita mengaku tahu Wiji Tukul setelah membaca di internet. Dia tak terlalu tahu cerita Wiji, tapi tertarik menonton filmnya karena suka sejarah. Tina menyimpan harapan semoga film ‘Istirahatlah Kata-kata’ bisa menjadi salah satu titik balik kemajuan perjuangan HAM di Indonesia.
Mantan penyanyi cilik Tina Toon (Foto: Munady/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan penyanyi cilik Tina Toon (Foto: Munady/kumparan)
“Sekarang zamannya kan sudah terbuka. Lebih kritis kita sebagai rakyat dan lebih gampang share dari kemajuan teknologi. Semoga bisa terungkap dan tidak terulang yang seperti ini,” harapnya.
ADVERTISEMENT
Wiji Thukul sebelum hilang. (Foto: Dokumentasi pribadi Wahyu Susilo)
zoom-in-whitePerbesar
Wiji Thukul sebelum hilang. (Foto: Dokumentasi pribadi Wahyu Susilo)
Sedangkan Haykal Kamil tahu sosok Wiji Thukul sebagai aktivis di zaman Orde Baru lewat ketertarikan dia pada sejarah. Tapi Haykal mengakui tak terlalu menyimak detail kisah Wiji. Sebagai orang yang terlibat di industri film, Haykal sudah mencari tahu tentang film ’Istirahatlah Kata-kata’.
“Sebenarnya yang saya concern sih pengin kasih tahu dulu, ternyata ada orang yang berani mengungkapkan kebenaran walaupun risikonya sangat tinggi. Dia bersuara walaupun jiwa dia terancam,” katanya kepada kumparan.
Yang membuat Haykal sedih, kebebasan berekspresi sering disalahgunakan oleh generasi sekarang. Banyak orang yang dia nilai tidak bertanggung jawab memakai kebebasan berekspresi di media sosial. Padahal, kebebasan itu sangat sulit didapatkan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
“Jadi pesan saya buat teman-teman kaum muda, coba please, kita lebih bertanggung jawab dalam kata-kata, terus berperilaku. Karena apa yang kita dapatkan sekarang itu, berkat perjuangan orang-orang dulu. Jadi, sampai dibuatkan film ‘Istirahatlah Kata-kata’ ya karena memang perjuangan dia (Wiji Thukul) pun berakhir tragis,” ungkapnya.