Sistem Kerja Perfilman Tak Sehat, Arya Saloka Singgung Peran Pemerintah

30 Agustus 2024 16:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arya Saloka menjawab pertanyaan wartawan saat berkunjung ke Kumparan di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (30/8/2024). Foto: Caroline Pramantie/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Arya Saloka menjawab pertanyaan wartawan saat berkunjung ke Kumparan di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (30/8/2024). Foto: Caroline Pramantie/kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem kerja dunia perfilman Tanah Air tengah jadi sorotan sebagai buntut kematian dari salah satu kru film bernama Rifqi Novara. Rifqi meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari lokasi syuting.
ADVERTISEMENT
Aktor Arya Saloka turut buka suara terkait insiden ini. Saat berbincang dengan kumparan, ia membagikan pandangannya terkait kesejahteraan kru film.
"Jujur saya itu kepengin sekali film kita ini ditengok dan dipedulikan oleh pemerintah, kalau bisa buat kementeriannya sendiri," kata Arya Saloka di kantor kumparan, Jati Padang, Jakarta Selatan, Jumat (30/8).
Arya Saloka dan Yasamin Jasem menjawab pertanyaan wartawan saat berkunjung ke Kumparan di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (30/8/2024). Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Menurutnya, sistem kerja di industri perfilman Indonesia akan berjalan lebih baik dan teratur jika pemerintah ikut andil langsung dalam pelaksanaannya.
"Kalau ada rumahnya sendiri pasti lebih baik dan pastinya kru-kru kita bisa terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan, punya jaminan kesehatan juga," ujarnya.
Meski demikian, Arya sadar kehadiran Kementerian yang menangani industri perfilman Tanah Air, bisa saja membuka celah korupsi baru.
"Sekarang kalau film ini masih ada dalam naungan Kemendikbud atau Kemenparekraf, ujungnya lempar sana sini," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Arya berbagi cerita saat dirinya ikut dalam proyek yang digarap Netflix. Kata Arya, proyek itu memiliki jam kerja yang cukup sehat.
"Saya mengalami syuting itu memang 12 jam kerja mungkin, kami mulai start calling-an Subuh atau jam enam, jam 6.30 atau 7.30," kata Arya.
Ilustrasi membuat film. Foto: Getty Images
"Kami tuh Maghrib sudah break saat itu, harusnya memang ada regulasi seperti itu pastinya di-support penuh sama pemerintah juga," lanjutnya.
Tak hanya pemerintah, Arya juga meminta DPR mulai mendengarkan suara pelaku perfilman Tanah Air. Ia berharap, DPR nantinya bisa membuat regulasi yang mensejahterakan para pelaku industri film.
"Kita kan juga rakyat kalau gak mendengarkan yang diwakilkan mereka apa juga. Jadi sebetulnya support pemerintah sangat penting sih," tandasnya.
ADVERTISEMENT