Sujiwo Tejo Kenang Mendiang Nano Riantiarno: Dia Seniman yang Berani

20 Januari 2023 16:20 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Istri almarhum Ratna Riantiarno bersama keluarga saat menemani jenazah suaminya Nano Riantiarno di rumah duka di kawasan Bintaro, Jakarta, Jumat, (20/1/2023). Foto: Dok. Agus Apriyanto
zoom-in-whitePerbesar
Istri almarhum Ratna Riantiarno bersama keluarga saat menemani jenazah suaminya Nano Riantiarno di rumah duka di kawasan Bintaro, Jakarta, Jumat, (20/1/2023). Foto: Dok. Agus Apriyanto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepergian aktor Nano Riantiarno meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para sahabatnya, salah satunya Sujiwo Tejo. Aktor berusia 60 tahun ini mengaku sangat kehilangan sosok Nano yang meninggal dunia pada Jumat (20/1) pagi.
ADVERTISEMENT
Sujiwo pun menyebut Nano sebagai seniman yang dahsyat. Apalagi, semasa hidupnya Nano menghasilkan banyak pementasan yang luar biasa.
"Aku tadi baru lihat sendiri poster-posternya tadi, itu pun enggak cukup. Karena ada 200-an lebih pementasan," ujar Sujiwo Tejo saat ditemui di rumah duka di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.
Melihat karya-karya Nano, Sujiwo pun mengagumi keberanian pendiri Teater Koma tersebut. Sebab, Nano tak hanya menggelar pementasan, tapi ia juga berani mengangkat isu politik dan menyampaikan kritik, yang dinilai tabu di zaman orde baru.
Istri almarhum Ratna Riantiarno bersama keluarga saat menemani jenazah suaminya Nano Riantiarno di rumah duka di kawasan Bintaro, Jakarta, Jumat, (20/1/2023). Foto: Dok. Agus Apriyanto
Suksesi dan Opera Kecoa, merupakan sederet pementasan yang menceritakan kondisi sosial di masa pemerintahan orde baru. Kata Sujiwo, hal ini merupakan wujud keberanian seorang seniman.
"Seniman yang berani, jangan lihat sekarang, sekarang kayaknya biasa saja (pementasan itu). Tapi zaman pak Harto, berapa kali ditutup," ujar Sujiwo Tejo.
ADVERTISEMENT
"Ya, (kita) kehilangan sosok yang berani, yang bukan seni untuk seni kalau istilahku, tapi seni untuk sosial. Kalau seni untuk seni, kan, drama percintaan, dia mengungkapkan itu ke panggung," tambahnya.
Budayawan yang juga dalang Sujiwo Tejo (kiri) menghadiri dialog budaya di Jambi. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Selain sosok yang berani, Nano juga dikenal sebagai seniman idealis. Karena dalam setiap pementasannya, Nano tak pernah mau menampilkan sponsor.
"Dia enggak mau ada sponsor di panggung, aku enggak tahu kalau sekarang (bagaimana). Tapi itu sampai tahun 2000-an, dia keras banget. Di luar boleh baliho, tapi (di panggung) itu enggak. Keras banget," tandasnya.
Nano Riantiarno meninggal dunia di usia 73 tahun. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Nano sempat didiagnosis menderita kanker.