Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sutradara Film 'Turah': Rasanya Ingin Bikin Film Lagi
19 September 2017 21:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Film garapan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo, 'Turah', terpilih menjadi perwakilan Indonesia yang dikirim ke ajang 90th Academy Awards atau Oscar 2018 untuk kategori 'Best Foreign Language Film'. Film tersebut berhasil lolos seleksi yang diadakan oleh 13 angggota komite panitia Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI).
ADVERTISEMENT
Mendengar filmnya akan diikutkan ke ajang penghargaan paling bergengsi, Wicaksono sampai kehilangan kata-kata.
"Jadi, dulu bikin 'Turah' dari yang penting jadi, makin ke sini makin banyak apresiasi. Aku jadi kayak enggak ngerti cara ngadepinnya karena awalnya dulu yang penting filmnya jadi," ujar Wicaksono saat dihubungi via telepon, Selasa (19/9).
Sejak rilis di tahun 2016, Wicaksono tidak menyangka umur filmnya itu akan bisa sepanjang ini. Setelah rilis, 'Turah' masuk ke sejumlah festival dan mendapatkan penghargaan.
Dari prestasi yang telah dicapainya itu, barulah 'Turah' bisa tayang di bioskop Tanah Air walau hanya bertahan selama dua minggu dan ditonton sekitar 5 ribu penonton. Kini, film yang diproduseri Ifa Isfansyah itu dipilih untuk ikut ke ajang Oscar yang notabene masuk ke dalam level dunia.
ADVERTISEMENT
"Awalnya, film 'Turah' adalah catatan saya atas manusia-manusia yang hidup di sekitar saya, khususnya di kampung Tirang, Tegal, kota kelahiran saya. Kini, catatan itu sudah bukan milik saya, tapi milik Indonesia, milik dunia," kata Wicaksono dengan penuh antusias.
Wicaksono membuat film ini setelah beberapa kali menyambangi kampung halamannya. Kampung itulah yang menjadi pusat konflik film 'Turah'.
Kehidupan di kampung Tirang, kata Wicaksono, itu sama seperti yang ia gambarkan di dalam filmnya, tidak ada air dan listrik. Sekitar tahun 2009-2010, Wicaksono akhirnya membuat film pendek di kampung Tirang sebelum akhirnya memproduksi 'Turah' di tahun 2016.
"Aku baca di koran dan aku datangi kampung itu, dan merasa ada yang keliru di hidupku," ungkap asisten sutradara 'Sang Penari' itu.
ADVERTISEMENT
Setelah akhirnya nama film 'Turah' semakin besar, ternyata semakin banyak masyarakat yang mengunjungi kampung Tirang.
"Ada beberapa kali orang datang ke kampung Tirang," ucapnya. "Aku jadi merasa bikin (film) 'Laskar Pelangi' bahwa film itu impact-nya bisa ke sana."
Lalu, apa perasaan lain Wicaksono setelah mendengar 'Turah' akan diseleksi lagi untuk Oscar 2018?
"Oh, aku tahu rasanya! Rasanya aku ingin bikin film lagi. Sudah ada planning bikin film lagi," tutupnya dengan menggebu-gebu.