Svara Samsara, Menyuarakan Kembali Tabuhan Indonesia di Belanda

27 Desember 2017 10:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Belanda memiliki sejarah panjang dengan Indonesia. Lebih dari 350 tahun, kolonial Belanda menguasai sebagian wilayah Hindia Belanda (kini Indonesia).
ADVERTISEMENT
Dengan waktu sepanjang itu, budaya Indonesia dan Belanda tak jarang bercampur. Belanda sebagai bekas penjajah Indonesia juga sangat paham identitas Indonesia.
Indonesia dengan ribuan pulau dan suku bahasanya memiliki keunikan di setiap daerahnya. Setiap daerah memiliki budaya sendiri, termasuk karya seni dalam bentuk alat musik.
Di Belanda, beberapa alat musik asal Indonesia seperti gamelan dan sasando sudah akrab di telinga. Tak sedikit dari warga Belanda yang juga mengikuti perkembangan musik tradisi di Indonesia.
Awal bulan Desember 2017, saat musim dingin mulai menyapa Belanda, 5 pemuda asal Indonesia datang. Mereka adalah musisi perkusi dari Indonesia yang khusus memainkan instrumen musik tradisi.
Svara Samsara namanya. Berangotakan 5 pemuda yakni Agay, Kate, Kaunang, Pele dan Ronal.
ADVERTISEMENT
Amsterdam, Den Haag, Leiden dan Deventer menjadi kota tujuan mereka di Belanda. Ya, mereka manggung keliling Belanda. Menabuh alat musik untuk sedikit menghangatkan musim dingin di Belanda.
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
kumparan (kumparan.com), sempat melihat aksi panggung Svara Samsara saat berada di Deventer, kota di ujung timur Belanda.
Di sebuah kafe di pusat Kota Deventer bernama Deventer Schouwburg Burgerweeshuis Cafe, Svara Samsara memecah keheningan malam. Pele, Kate dan Ronal membuka penampilan dengan tabuhan rebana. Disusul dengan tabuhan gong, kendang, dan beberapa instrumen lain, Svara Samsara benar-benar membawa seisi kafe itu larut dalam ritme mereka.
Suara suling bambu Ronal terdengar sangat menenangkan. Kami benar-benar hanyut dengan lengkingan suling bambu yang ditiup pemuda dari Sumatera Barat itu.
ADVERTISEMENT
Ritme tabuhan sengaja dibuat naik turun, sesekali lambat dan tak jarang cepat. Dinamika ritme itu membuat orang larut dan bergoyang seakan tersihir komposisi kelima pemuda itu.
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
Pele, salah seorang penggawa Svara Samsara mengaku telah menyiapkan tur Eropa sejak lama. Lebih dari 6 bulan mereka berlatih sebelum akhirnya terbang ke Eropa sebagai salah satu seniman yang ditunjuk untuk mengisi Europalia 2017. Indonesia tahun ini memang ditunjuk untuk mengisi seluruh rangkaian acara Europalia.
“Ini memang latihannya sudah lama, 6 bulan lebih. Kami sengaja membuat komposisi baru,” kata Pele dalam sebuah perbincangan santai.
Pele dan kawan-kawannya tak pernah menyangka, sambutan publik Belanda begitu hangat menerima karya mereka. Kelelahan berbulan-bulan untuk berlatih terbayar lunas saat iringan tepuk tangan mengiringi lantunan komposisi mereka di atas panggung.
ADVERTISEMENT
Svara Samsara terbentuk sejak 2014. Nama Svara Samsara diambil dari bahasa sansekerta yang berarti ‘suara yang terlahir kembali’. Kelima anggota kelompok musik ini memang berlatar belakang sebagai pemain perkusi. Komposisi musik mereka selalu terinspirasi dari kehidupan sehari-hari masing-masing personel.
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Svara Samsara Manggung di Deventer. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
“Kami semua adalah pemain perkusi, saat memutuskan untuk bermain dengan instrumen tradisional, kami butuh waktu lama untuk belajar. Sampai sekarang juga kami masih terus belajar berbagai alat,” ujar Pele merendah.
Selain Belanda, Svara Samsara yang berasal dari Depok, Jawa Barat itu juga manggung di Belgia. Misi mereka tetap sama, membawa alat musik tradisional Indonesia menuju level tertinggi.
Setelah Europalia selesai, mereka tetap sibuk. Svara Samsara sedang menyiapkan tur Eropa kedua mereka di tahun 2018.
ADVERTISEMENT
“Kami akan ke Inggris, Irlandia dan Belanda lagi. Belanda itu tetap menjadi tempat khusus bagi kami,” jelas Kate.