Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tanggapan Kak Seto soal Kontroversi Film 'Naura & Genk Juara'
23 November 2017 12:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pro dan kontra pun langsung mewarnai film 'Naura & Genk Juara' yang telah tayang sejak 16 November lalu. Film ini sendiri berkisah mengenai pertemanan Naura, Okky, dan Bimo. Mereka mewakili sekolah dalam mengikuti kompetisi sains yang berlokasi di Situ Gunung. Di sana, ketiganya bertemu dengan Kipli, seorang ranger cilik yang memiliki misi untuk menggagalkan Trio Licik, sindikat perdagangan hewan liar.
Trio Licik inilah yang menjadi sorotan publik karena mereka digambarkan sebagai penjahat yang kerap menggunakan kalimat-kalimat suci Islam, seperti, "Allahuakbar!" dan "Astaghfirullah!". Pihak Lembaga Sensor Film sendiri telah memberikan pernyataannya terkait kontroversi tersebut.
Menurut Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) Ahmad Yani Basuki, film ini benar-benar murni film anak-anak tanpa memasukkan simbol-simbol Islam, apalagi sampai berniat untuk melecehkan.
ADVERTISEMENT
"Jadi LSF melihat bahwa film ini ya film anak-anak. Cerita anak-anak di mana menggagalkan penjahat kan banyak di sinetron juga, atau film luar seperti 'Home Alone.' Terus kalau penjahatnya bilang 'Oh My God', apa itu juga mendeskreditkan suatu agama? Kan enggak. Terus di film itu 'kan juga enggak ada simbol-simbol Islam, hanya ungkapan doa seperti itu, spontanitas," ungkap Ahmad Yani saat dihubungi kumparan (kumparan.com) melalui sambungan telepon.
Selain pihak LSF, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang diwakilkan oleh Kak Seto juga ikut angkat bicara. Kak Seto menilai film 'Naura & Genk Juara' merupakan jawaban akan kerinduan anak-anak akan adanya film anak yang tayang di bioskop.
Kak Seto pun memberikan apresiasi untuk film yang dirasa memberikan banyak pendidikan ini.
ADVERTISEMENT
"Kami memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada produser dari film ini, karena di tengah kehausan anak-anak dengan film anak-anak, film ini memberikan edukatif yang mengandung unsur estetika, etika, art, kreativitas dan sebagainya. Ada menari dan naik gunung, ini sungguh jawaban yang sangat menyegarkan. Kami menilai sangat positif dan dikaitan dengan pendidikan, sains, sangat-sangat edukatif film ini.
Terkait pro dan kontra soal film tersebut, Kak Seto mengatakan untuk kembali meninjau tentang psikologis anak-anak yang sudah jarang diberikan tontonan menarik yang sesuai dengan usia mereka.
"Film ini penuh dengan keceriaan, kegembiraan, dan unsur art sangat tinggi. Saya juga rindu masa anak-anak mudah-mudahan ini segera disusul oleh produser lain buat film serupa. Dan kami dari LPAI siap mendukung memberi pengarahan sebelumnya, sehingga mendapat bobot dari psikologi anak," tambahnya.
Tak lupa, pria berusia 66 tahun ini juga berpesan agar orang tua tidak ikut tersulut dengan kabar-kabar negatif soal film 'Naura & Genk Juara'. Sudah seharusnya mereka menyambut baik film anak-anak dan memberikan penjelasan yang baik juga untuk anak-anak mereka yang ingin menonton film tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mari kita pandang dari sudut pandang anak. Artinya bahwa setiap masalah ada penilaian-penilaian jadi bagaimana kita memberikan pandangan ke anak lihat positif jangan cenderung dicari-cari yang tidak relevan. Muslim enggak melulu yang brewokan. Jangan mempersempit nilai Islam karena Islam agama yang damai. Kritikan enggak apa-apa, tapi mohon jangan terkesan dicari-cari. jangan bikin produser malah enggan ke depannya untuk membuat film serupa," jelasnya.
"Kalo kata anak-anak 'ini film gua banget'," lanjut kak Seto sambil tertawa.
Amalia Prabowo, selaku produser dari Film ‘Naura & Genk Juara’ ini juga ikut angkat bicara. Amalia mengaku sangat sedih dan kecewa karena isu yang berkembang menyebutkan bahwa film ini tidak baik untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
“Utamanya adalah pengin share tentang persahabatan, cara minta maaf di Indonesia. Sesederhana itu saja,” ujar Amalia ditemui di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan.
Amalia juga menjelaskan ketika menjalani proses shooting anak-anak sedang berpuasa, karena saat itu sedang bulan Ramadhan. Dan mereka melakukan dengan baik selama proses shooting berlangsung 23 hari di Situ Gunung, Sukabumi.
Amalia mengaku membuat film ini hanya untuk bertujuan menyenangkan anak-anak akan film yang sesuai pada umurnya.
“Tidak mungkin lah saya arah ke sana (unsur SARA) enggak mungkin lah, saya juga muslim,” tutup Amalia Prabowo.