Tashoora Angkat Isu Sosial di Album Barunya

31 Oktober 2019 10:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Grup Tashoora. Foto: Instagram/ @tashoora
zoom-in-whitePerbesar
Grup Tashoora. Foto: Instagram/ @tashoora
ADVERTISEMENT
Grup musik Tashoora merilis album perdananya yang bertajuk ‘Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya’. Judul album tersebut diambil dari potongan lirik lagu yang ada di mini album live ‘Ruang’, yaitu ‘Sabda’.
ADVERTISEMENT
Grup musik beranggota Gusti Arirang (bass dan vokal), Danang Joedodarmo (gitar dan vokal), serta Dita Permatas (akordeon dan vokal) memiliki alasan tersendiri terkait pemilihan judul album barunya itu.
“Kita pikir itu bisa mewakili seluruh cerita dari album, tentang bagaimana banyak orang seakan mengumpulkan sesuatu yang baik, tapi sebenarnya ada kegelapan yang dia simpan,” ujar Gusti saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Tashoora Foto: Vito/kumparan
Di album ‘Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya’, ada sembilan lagu yang terdiri dari empat lagu baru dan lima lagu kolaborasi yang digarap ulang dari mini album live ‘Ruang’. Selain itu, grup musik asal Yogyakarta ini mengangkat tentang isu sosial di albumnya.
“Minimal lagu ini jadi corong banyak orang yang enggak tahu isu tertentu, terus jadi tahu,” beber Danang saat ditemui di lokasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Dibanding membuat lagu soal cinta, menciptakan lagu tentang isu sosial jauh lebih menantang. Sebelum membuat lagu, mereka melakukan riset terlebih dahulu.
“Justru buat memahami isu sosial, kita butuh hati yang lebih lapang untuk memahami isu itu. Prosesnya, kita selalu riset data dulu. Kita sampai cari akses ke sisi korban sampai ke UGM. Jadi, memang tidak semata-mata bela secara brutal,” ucap Danang.
Salah satu lagu yang ada di album terbaru mereka adalah ‘Hitam’. Lagu tersebut bercerita tentang peraturan Kapolri mengenai eksekusi hukuman mati di Indonesia.
“Menurut data yang kita punya, Indonesia adalah salah satu negara yang masih aktif melakukan ekseskusi hukuman mati. Itu bukan solusi efektif,” tutur Gusti.
Selain itu, ada juga lagu ‘Agni’ yang mengangkat cerita dari kasus pelecehan seksual yang menimpa mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurut mereka, kasus tersebut memiliki proses penyelesaian yang panjang.
ADVERTISEMENT
“Itu kasusnya sudah lama, dari 2015 sampai 2017 dan akhirnya berujung damai. Kita kuliah di sana, tapi, ya, menyayangkan saja,” imbuh Dita.
“Kasus berakhir damai yang mana kita temui penyintas dan yang sebenarnya tidak pernah ada kesepakatan damai. Tapi, proses panjang penyelesain kasus ini bertele-tele karena seharusnya UGM bisa dijadikan contoh,” timpal Danang.