Tasya Kamila soal UN Dihapus: Kebijakan Baru Lebih Baik Pastinya

29 Januari 2020 8:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tasya Kamila di acara Quipper kenalkan fitur baru ‘Cari Materi’, Jakarta, Selasa (28/1). Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tasya Kamila di acara Quipper kenalkan fitur baru ‘Cari Materi’, Jakarta, Selasa (28/1). Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
ADVERTISEMENT
Tasya Kamila merupakan salah satu selebriti Tanah Air yang begitu peduli soal pendidikan. Terbukti, meski disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang entertainer, dia berhasil menyelesaikan pendidikan magister.
ADVERTISEMENT
Perempuan berumur 27 tahun ini juga kerap berbagi soal ilmu yang dia miliki dengan menjadi guru bimbel online.
Menurut Tasya, pendidikan di Indonesia semakin hari semakin baik. Begitu juga saat ini, dengan keberadaan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
“Pastinya sekarang dengan Menteri baru juga menjadi lebih maju sih ya, semoga kedepannya juga lebih maju,” ucap Tasya Kamila saat ditemui di acara Quipper kenalkan fitur baru ‘Cari Materi’, baru-baru ini.
Penyanyi Tasya Kamila saat hadir di launcing produk bayi di kawasan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis, (1/8) Foto: Ronny
Tasya mengikuti program-program yang dijalankan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Termasuk empat program kebijakan dalam pendidikan, yang disebut ‘Merdeka Belajar’. Salah satu isi dari kebijakan itu adalah penghapusan ujian nasional (UN) mulai 2021 mendatang.
Menurutnya, ide itu membawa perubahan. Hanya saja, perempuan berumur 27 tahun ini belum bisa melihat secara langsung dampak yang diberikan oleh kebijakan baru tersebut, karena belum diterapkan.
ADVERTISEMENT
“Aku rasa, bagi aku yang dulu merasakan UN dan betapa stressfull-nya aku ketika menghadapi UN, itu (penghapusan UN) merupakan sesuatu yang baik,” ujar Tasya Kamila.
Tasya Kamila. Foto: Munady Widjaja
Bagi istri Randi Bachtiar ini, ujian dan tes dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran.
Namun, apabila hanya UN yang dijadikan sebagai penentu atau salah satu faktor terbesar yang menentukan kelulusan, hal itu tidak adil.
“Kita belajar tiga tahun di SMA atau SMP, masa cuma gara-gara perkara satu hari, mungkin di hari itu aku enggak fit, lagi terlalu stress out menghadapinya, terus tiba-tiba aku enggak lulus, not fair. Jadi, aku rasa dengan kebijakan baru lebih baik pastinya,” tutur Tasya.
“Yang mengevaluasi mungkin sekolahnya sendiri yang lebih paham gimana si siswa ini belajar tiga tahun di sekolah, gimana prestasinya, enggak hanya dari satu tolok ukur saja,” sambungnya.
ADVERTISEMENT