Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Tayang 15 Mei 2025, Mungkin Kita Perlu Waktu Hadirkan Dinamika Hubungan Keluarga
28 April 2025 17:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Film terbaru dari Teddy Soeriaatmadja, Mungkin Kita Perlu Waktu, menghadirkan dinamika hubungan keluarga. Film produksi Kathanika Films, Adhya Pictures, dan Karuna Pictures ini tayang di bioskop pada 15 Mei 2025.
ADVERTISEMENT
Official trailer film Mungkin Kita Perlu Waktu sudah bisa dilihat di kanal YouTube Adhya Pictures. Trailer berdurasi 1 menit 55 detik ini menampilkan dinamika sebuah keluarga yang goyah akibat kepergian Sara (Naura Hakim), anak sulung dalam keluarga.
Sinopsis Film Mungkin Kita Perlu Waktu yang Dibintangi Tissa Biani
Kepergian Sara menjadi pukulan besar untuk mereka. Sejak saat itu, Ombak (Bima Azriel) sebagai anak kedua, mengalami depresi.
Sang ayah, Restu (Lukman Sardi) mati-matian menjaga keutuhan keluarga. Sementara itu, sang ibu, Kasih (Sha Ine Febriyanti) terus-menerus marah dengan keadaan.
Ombak, yang tak merasa nyaman di rumah, mendapat dukungan dari teman dekatnya, Aleiqa (Tissa Biani), dan bantuan psikolog bernama Nana (Asri Welas).
ADVERTISEMENT
Meski alur cerita berotasi dari satu peristiwa traumatis, film Mungkin Kita Perlu Waktu berusaha menyuguhkan dinamika hubungan keluarga sehari-hari yang muaranya adalah masalah komunikasi.
Masalah itu terlihat dari hubungan Restu dan Kasih sebagai suami istri. Meski sudah berumah tangga puluhan tahun, komunikasi mereka buruk sehingga kerap saling berasumsi.
Kemudian ada hubungan orang tua dan anak. Ombak terlihat selalu emosi saat berbicara dengan orang tuanya, namun merasa senang saat bersama temannya.
Lukman Sardi, pemain sekaligus Produser Eksekutif dari Kathanika Films, menyampaikan bahwa film Mungkin Kita Perlu Waktu mungkin merupakan gambaran banyak keluarga di Indonesia.
"Yang mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi sebenarnya juga tidak hangat dan tidak utuh. Ada gap di sana-sini, bisa jadi karena perbedaan generasi, sehingga cara memandang kehidupan juga berbeda. Tapi kalau terus menerus dibiarkan, akan menjadi luka dalam sebuah keluarga," kata Lukman dalam keterangan tertulis, Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
Lukman berharap film Mungkin Kita Perlu Waktu bisa menjadi refleksi untuk para orang tua dan anak-anak dalam sebuah hubungan keluarga.
"Film ini justru mau menitipkan pertanyaan kepada orang tua dan para anak-anak yang sedang beranjak dewasa, kalian mau menciptakan keluarga yang seperti apa di rumah?" tutur Lukman.
Sementara iu, Teddy Soeriaatmadja mengatakan alur dan masing-masing karakter di film Mungkin Kita Perlu Waktu mempresentasikan lima tahap berduka atau five stages of grief.
"Ada karakter yang fasenya denial, dia merasa baik-baik saja, ada karakter yang fasenya anger, dia merasa marah dengan kondisinya, ada karakter yang fasenya depresi, dia merasa terpuruk dan putus asa. Itu semua manusiawi sekali, dan ini yang mau kita gambarkan, bahwa setiap manusia punya kapasitas memproses trauma yang berbeda-beda," ucap Teddy.
ADVERTISEMENT
Produser Eksekutif film Mungkin Kita Perlu Waktu, Ricky Wijaya, optimistis terhadap genre film drama keluarga. Ia mengatakan genre drama keluarga sedang banyak diminati oleh penonton film Indonesia.
"Genre ini selalu punya tempat di hati masyarakat karena mengangkat realita sehari-hari, dan selalu ada pesan yang bisa kita bawa pulang setelah menontonnya. Kami optimis film ini punya value yang besar untuk masyarakat," ujar Ricky.