Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tayang 6 Hari, 'Naura & Genk Juara' Sedot 84 Ribu Penonton
22 November 2017 14:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Film anak 'Naura & Genk Juara' cukup mendapat antusiasme dari para penggemar Naura. Menurut data filmindonesia.or.id, film ini sudah mendapatkan 84.285 penonton setelah tayang selama 6 hari.
ADVERTISEMENT
Jika dihitung rata-rata, film ini mampu membawa 14 ribuan penonton tiap harinya, sehingga belum bisa dikategorikan film yang 'meledak' di box office. Sebagai perbandingan, 'Warkop DKI Reborn' berhasil mendapatkan 300 ribu penonton di hari pertama penayangannya.
Perbincangan mengenai film 'Naura & Genk Juara' di media sosial cukup variatif. Ada yang memuji cerita film ini karena banyak unsur pelajaran bagi anak-anak, juga ada kritik karena penggambaran tokohnya yang dianggap mendiskreditkan Islam.
Film garapan sutradara Eugene Panji ini memicu kontroversi karena tokoh penjahat Trio Licik, yang digambarkan kerap menggunakan kalimat-kalimat suci Islam. Para pembuat film dinilai mendiskreditkan Islam karena para tokoh utama, yakni anak-anak, tidak memiliki penggambaran serupa sebagai pribadi yang dekat dengan agama.
Eugene sudah memberikan pernyataan kepada kumparan bahwa sebagai seniman, dia sama sekali tak menganggap cerita filmnya menyudutkan agama tertentu.
ADVERTISEMENT
"Saya orang yang concern sama anak-anak, makanya saya enggak mau menyakiti hati anak-anak apalagi dengan memasukkan unsur agama dan politik ke dalam film anak-anak. Itu pure film anak-anak," kata dia.
"Terserah mereka memandangnya apa, tapi film ini film baik, film sehat dan mengajarkan tentang hubungan vertikal dan horizontal. Bagaimana kamu menghormati ciptaan Tuhan, mencintai Tuhan, menghormati orang tua dll, tapi kemudian film itu dilempar ke ranah sensitif, susah juga mendebatnya," lanjut dia.
Mengenai kontroversi ini, pihak Lembaga Sensor Film (LSF) melalui ketuanya, Ahmad Yani Basuki, sudah memberikan komentar. Menurut dia, tak ada yang perlu diributkan dari cerita 'Naura & Genk Juara', apalagi sampai dinilai mendiskreditkan Islam.
"Saya tidak memandang ini sebagai sebuah fenomena ya. Ini cuma kebetulam ada film begini, dan ada orang yang mengomentari. Saya kira begitu, dan kelanjutan LSF adalah menjelaskan apa yang diputuskan LSF (bahwa Naura & Genk Juara sudah lulus sensor). Saya kira ya sederhana itu ya," katanya kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (22/11).
ADVERTISEMENT
"Kalau dari filmnya saya tidak melihat ada kesengajaan atau skema yang mengarah ke situ (mendiskreditkan Islam melalui penggambaran tokoh penjahat)," lanjutnya.
Ahmad Yani mengatakan bahwa LSF memberikan penyensoran dengan dasar pertimbangan yang mengacu ke UU no. 33 tahun 2009. PP no. 18 tahun 2014. "Sudah ada di sana dasar-dasarnya semua."
kumparan (kumparan.com) juga sempat mewawancarai salah satu penonton film 'Naura & Genk Juara' di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, yakni seorang ibu bernama Hesti dan anaknya yang bernama Ata.
"Filmnya bagus," ucap anak perempuan berusia tujuh tahun tersebut.
Hesti pun menilai film tersebut baik adanya sebagai tontonan anak-anak. Banyak nilai positif dan unsur pendidikan di dalamnya.
"Filmnya bagus, ya. Tentang kerja sama, kekompakan, dan keberanian. Banyak pendidikan dan pengetahuan di dalamnya," ujar perempuan berusia 34 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Hesti mengaku tak mengetahui kabar bahwa 'Naura & Genk Juara' disebut-sebut telah mendiskreditkan Islam. Ia malah bertanya bagian mana yang dinilai demikian.
Setelah diberi tahu bagian-bagian film yang dipersoalkan, Hesti mengaku tak setuju dengan penilaian pemilik akun Facebook bernama Nina Asterly, yang mengkritik keras 'Naura & Genk Juara'.
"Enggaklah (jika disebut mendiskreditkan Islam). Justru dia bagus (karena masih) mengingat Allah, daripada kagetnya dengan kata yang nggak baik, kan? Ah, berlebihan (jika dianggap mendiskreditkan Islam)," tutur Hesti.
Komentar menarik juga datang dari pembaca kumparan dengan akun Apria W. Alfisa . Dia mengaku sudah menonton 'Naura & Genk Juara'. Menurutnya penilaian soal film tersebut merupakan masalah hati.
"Saya sudah menonton film ini. Ini masalah hati. Tidak semua akan merasakan yang sama. Seperti kasus penistaan agama di Kepulauan Seribu beberapa waktu yang lalu. Ada yang menganggap biasa, ada yang keras menganggap sebagai penistaan agama. Kalau mau fair, jangan masukkan unsur/simbol agama secara keseluruhan di dalam film. Kalau mau ngajari doa makan buat anak-anak, ya ajari pada tempatnya, bukan memperolok dan dijadikan gurauan, mau tidur malah baca doa mau makan dan dilakukan oleh tokoh yang berperan sebagai penjahat. Sekali lagi, ini masalah hati. Tingkat kepekaan tiap orang akan berbeda-beda."
ADVERTISEMENT