Teater Koma Rayakan Hari Jadi ke-40 dengan Pertunjukan 'Warisan'

11 Agustus 2017 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Teater Koma sedang merayakan hari jadinya yang ke-40. Masih dalam suasana perayaan ulang tahun, Teater Koma menyajikan lakon 'Warisan' yang merupakan naskah baru karya Nano Riantiarno.
ADVERTISEMENT
Pada hari pertama pementasan, kumparan (kumparan.com) mendapat kesempatan untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Setelah tirai merah panggung dibuka, muncul belasan manula yang sedang olahraga di dalam rumah jompo yang dikenal sebagai kebanggaan kota. Para manula itu terbagi menjadi dua kasta, manula yang kaya mengenakan busana olahraga dan manula miskin dengan busana compang-camping dan tubuh yang tak terurus.
Dari situ, konflik pun dimulai.
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Konflik Antara Si Miskin dan Si Kaya
Para manula kaya berkumpul di ruang perkumpulan panti werdha. Ada Munan, pria yang selalu berhalusinasi sedang berbicara dengan putra sulungnya yang korupsi. Sedangkan Miranti bertugas untuk menenangkan Munan agar bisa tenang kembali. Pada akhirnya terjadilah hubungan spesial antara dua manula yang saling naksir itu.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada Sakiro dan Subrat. Sepasang sahabat ini selalu saja membicarakan partai politik, korupsi, dan utang negara tetangga yang bernama Hindanasasa. Konon katanya, Hindinasasa memiliki riwayat yang sama dengan negara kita yang tercinta ini. Jadi, untuk kalian yang menyaksikan pertunjukan ini pasti merasa Sakiro dan Subrat sedang menyindir negeri kita yang tercinta ini.
Ada juga Kirdjomuldjono yang merupakan seorang penulis dengan nama samaran Samana Sama. Ia merasa terganggu dengan teriakan Munan mengenai anak sulungnya yang korupsi. Teriakan itu memmbuat Kirdjo tidak mampu menulis. Otaknya mampet dan tidak ada ilham yang masuk ke pikirannya akibat gangguan-gangguan di panti jompo itu.
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Tapi ternyata tidak hanya manula kaya yang tinggal di rumah jompo itu. Di balik tembok tinggi dan besar, seperti Tembok Berlin dulu, tinggallah para manula miskin yang tidak terurus. Kamer, Binanti, Sitaniah, dan Sikrihahahi adalah beberapa manula miskin yang merupakan penghuni awal rumah jompo itu. Mereka pun tersisihkan dari rumah jompo tersebut karena masuknya orang kaya yang mampu membayar rumah jompo dengan harga mahal agar bisa tinggal di sana.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, mereka harus hidup berdesak-desakan, jatah makanan semakin sedikit demi mengenyangkan perut para manula kaya, dan sedikit demi sedikit ruang gerak mereka semakin sempit karena bangunan rumah jompo diperluas untuk si kaya.
Apakah warisan negeri ini hanya korupsi dan utang? Masih adakah ruang bagi mereka yang tidak mampu membayar panti werdha?
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Absennya Musik dan Koreografi
Teater Koma terkenal dengan pertunjukannya yang artistik, indah, dan detail. Pertunjukan Teater Koma tidak akan lengkap tanpa musik dan koreografi yang mengiringi.
Namun demi terus memberikan kejutan tiada henti yang ingin selalu ditunjukkan dalam setiap produksinya, Teater Koma menghilangkan dua unsur yang paling menonjol tersebut: musik dan koreografi. Ini pun diutarakan oleh Nano selaku pembuat karya dan sutradara lakon 'Warisan'.
ADVERTISEMENT
"Bedanya, dulu ada musik sama koreografi, tapi sekarang enggak ada musik dan koreografi. Sekali ini saja saya pengin bikin yang kayak gini aja. Kalau dihargai alhamdulillah, enggak dihargai juga nggak apa-apa," ujar Nano ditemui usai pertunjukan di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (10/8) malam.
Rasanya tidak ada kurang atau cacat satu pun dari lakon 'Warisan' walaupun dua unsur krusial tadi dicabut. Dengan begitu, karakter dari masing-masing tokoh memiliki kesempatan untuk unjuk gigi dan menunjukkan karakter tokohnya yang kuat.
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Warisan', produksi ke-149 Teater Koma (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Ambil contoh Sikrihahahi, manula miskin yang tinggal di balik tembok tinggi. Betapa ia berharap dapat meruntuhkan tembok yang ia kira sebagai tembok yang terdiri dari puzzle. Atas ambisinya itu yang membuat Sirkihahahi menjadi agak sedeng. Ratna Ully yang bertugas menjadi Sikrihahahi pun sukses menyenangkan hati penonton dengan kegilaannya dan tawanya yang cekikikan itu.
ADVERTISEMENT
Beberapa aktor yang menjadi manula kaya adalah Idires Pulungan, Budi Ros, Ratna Riantiarno, Rangga Riantiarno, Sir Ilham Jambak, dan Bayu Dharmawan Saleh. Sedangkan mereka yang berperan sebagai manuls tak terurus adalah Dorias Pribadi, Andhini Puteri Lestari, Suntea Sisca, dan Ratna Ully.
Pertunjukan lakon 'Warisan' oleh Teater Koma bisa disaksikan mulai tanggal 10 sampai 20 Agustus 2017 di Gedung Kesenian Jakarta.