Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
The Resonanz Children’s Choir Juara Lomba Paduan Suara di Slovenia
25 April 2018 21:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
TRCC berhasil mengukir sejarah baru di dunia paduan suara Indonesia. Momen tersebut merupakan pertama kalinya paduan suara dari Tanah Air menjadi juara di ajang kompetisi EGP. Avip pun merasa bangga karena mimpinya bisa terwujud.
“Minggu ini, minggu yang paling bahagia buat saya. Ketika mengetahui kompetisi ini, saya bermimpi Indonesia harus memenangkan kompetisi ini,” ucap Avip saat ditemui di Balai Resital Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (25/4).
Mereka sukses mengalahkan paduan suara unggulan dari berbagai negara, seperti Allmänna Sången dari Swedia, Coro Musicanova dari Italia, The Stockholms Musikgymnasium Chamber Choir dari Swedia, dan Beijing Philharmonic Choir dari Tiongkok.
Untuk mengalahkan para pesaingnya, Avip merasa hal tersebut tidak mudah. Namun, TRCC memiliki sebuah program dalam menyusun urutan lagu yang akan dibawakan, dan memiliki kelebihan dari segi koreografi.
ADVERTISEMENT
“Lawan kita cukup tangguh. Saya sangat mempertimbangkan program, pilihan lagu yang kita pilih berhasil mengeksplor semua kemampuan penyanyi. Kelebihan kita koreografinya juga. Kekuatan kita sambil nari, anak-anak bisa memproduksi suara yang stabil,” katanya.
Grup paduan suara yang berjumlah 44 orang anak itu membawakan tujuh buah karya, yakni ‘Ad Amore’ karya Lee R. Kesselman, ‘Duo Seraphim’ karya Thomas Luis de Victoria, dan ‘Der Wassermann’ karya Robert Schumann.
Selain itu, mereka juga membawakan ‘Salve Regina’ karya Ivan Yohan, ‘Steal Away’ karya Gwyneth Walker, ‘137 Hip Steet’ Fero Aldiansya dan ‘Janger’ yang diaransemen oleh Agustinus Bambang Jusana.
Dari tujuh lagu yang dinyanyikan, mereka membawakan tiga lagu yang diaransemen oleh para komposer Indonesia. Lagu-lagu tersebut dipilih karena memiliki karakter yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
“Yang satu, ‘Salve Regina’ (karya) Ivan Yohan (bercerita) tentang Bunda Maria, ‘137 Hip Street’ karya Fero Aldiansya itu lebih ke musik zaman sekarang, kayak musik tekno segala macam, modern banget,” tutur Avip.
“Ditambah koreografi, jadi tampil beda dan ‘Janger’ menggunakan efek suara yang betul-betul Bali banget, yang menjadi klimaks dari semua pertunjukan program itu sendiri,” sambungnya.
Setelah berhasil menorehkan prestasi, Avip berharap agar pemerintah bisa memberi dukungan bagi mereka. Dia juga menyebutkan bahwa edukasi musik di Indonesia masing tertinggal dari negara lain, seperti Swedia, Italia, dan Beijing.
“Kita gini-gini saja sekolah musiknya. Hanya memang, anak-anak kita itu sangat musikal dan itu yang memudahkan proses belajar. Saya harap potensi ini dilihat oleh pemerintah,” beber Avip.
ADVERTISEMENT