Tren Musik 2017: Apakah EDM Masih Mendominasi?

5 Januari 2017 12:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
30
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Konser Martin Garrix (Foto: Youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Konser Martin Garrix (Foto: Youtube)
Tahun 2016 merupakan masa keemasan bagi musik electronic dance (EDM). Berbagai gelaran musik yang mengusung genre tersebut tersebar di penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, Djakarta Warehouse Project (DWP) dan Invasion adalah dua di antaranya.
ADVERTISEMENT
Sub-genre EDM seperti trap, future house, future bass, tropical house, moombahton yang berkolaborasi dengan trap, dan deep house menjadi favorit di tahun 2016. Nama-nama besar di dunia electronic dance seperti The Chainsmokers, Martin Garrix, Major Lazer, Alan Walker dan Calvin Harris keluar sebagai pemenang di 2016.
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
The Chainsmokers, misalnya. Berkat extended play (EP) mereka, ‘Collage’, duo DJ (Disc Jockey) tersebut mendapat nominasi Grammy 2017 untuk kategori ‘Best New Artist’, ‘Best Pop Duo/Group Performance’, dan ‘Best Dance Recording’.
Sejumlah musisi juga memperkaya aliran musik mereka di tahun 2016. Contohnya, Rihanna dengan ‘Anti’ dan Beyoncé dengan ‘Lemonade’. Ambil contoh dua lagu Rihanna dari album ‘Anti’. Pertama, ‘Needed Me’ yang kental akan RnB.
ADVERTISEMENT
Kedua, ‘Love on the Brain’ yang kental akan soul dan doo-wop.
Dua lagu tersebut jelas berbeda dengan lagu-lagu Rihanna sebelumnya, seperti ‘Unfaithful’ (2006) yang menghadirkan permainan piano yang sendu, ‘What’s My Name?’ (2010) yang kental akan electro dan RnB, serta ‘Diamonds’ yang mengusung pop dan electronic.
Lalu, Beyoncé dengan ‘Hold Up’ yang mengusung genre reggae fusion dan ‘All Night’ yang kental akan RnB.
Dua lagu tersebut tidak lagi menampilkan suara merdu Beyoncé yang mampu mencapai not tinggi, seperti ‘Halo’ (2008) yang mengusung RnB, ‘Love on Top’ (2011) yang memamerkan kekuatan suaranya sehingga mampu menutup lagu dengan nada tinggi, serta ‘Flawless’ (2013) yang kental akan nuansa trap sekaligus menjadi petunjuk akan ketertarikan Beyoncé pada musik di luar genre pop dan RnB.
ADVERTISEMENT
Rihanna dan Beyoncé kini lebih individualis untuk urusan musik.
Beyonce di video klip Hold Up (Foto: Youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Beyonce di video klip Hold Up (Foto: Youtube)
Lebih berani, dan lebih susah untuk dimengerti dibanding lagu-lagu mereka sebelumnya.
Rihanna di video This is what you came for (Foto: Youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Rihanna di video This is what you came for (Foto: Youtube)
Tahun 2017 mungkin akan berada di dalam genggaman mereka. Dan jangan lupakan Adele yang comeback setelah mengurus keluarga. Ini akan jadi tahun yang penting bagi para musisi di seluruh dunia. Penting untuk mengeluarkan karya yang lebih personal, dengan pesan-pesan tersembunyi di dalamnya. Contoh, ‘Formation’ milik Beyoncé menceritakan tentang dirinya sendiri. Bagaimana ia memandang dunia, menjalani hidupnya, dan bagaimana ia menanggapi para haters.
Musik sebagai salah satu sarana hiburan yang siap diputar kapan saja, dan di mana saja, memegang peranan penting bagi pecintanya. Itulah kenapa EDM berjaya dengan musiknya yang mengisi acara pesta, kumpul-kumpul teman, dan sebagainya. Tahun ini EDM diprediksi akan punya nuansa musik yang lebih santai dengan beberapa sub-genre seperti future bass, deep house, dan tropical house.
ADVERTISEMENT
The Chainsmokers juga akan mendapatkan lebih banyak tempat di hati para peminat EDM di tahun 2017. Perubahan musik mereka dalam setahun, mulai dari ‘#Selfie’ (2015) yang kental akan electronic hingga ‘All We Know’ (2016) yang mengusung future bass patut diacungi dua jempol.
Buktinya? Gaya musik beberapa DJ yang saat ini tengah meroket mengacu pada musik mereka yang bernuansa future bass. Seperti ‘In the Name of Love’ milik Martin Garrix dan ‘Never Forget You’ milik Zara Larsson dan MNEK.
Dari dalam negeri, Dipha Barus adalah salah satu contoh berkembangnya EDM di Tanah Air. Lagunya yang berkolaborasi dengan Kallula, ‘No One Can Stop Us’, yang bernuansa house adalah favorit kaum millennial. Buktinya, penampilan keduanya di DWP 2016 mendapat perhatian lebih dari penonton dengan padatnya area panggung utama saat mereka tampil.
ADVERTISEMENT
Kembali ke era 80’-an
Bruno Mars bisa dibilang sebagai pencetus kembalinya genre disco ke kancah musik internasional. Dua lagu terbarunya, ‘24K Magic’ dan ‘Versace on the Floor’ menghadirkan nuansa ­post-disco yang pernah mendominasi era 80’-an. Album-albumnya sebelumnya, ‘Doo-Wops & Hooligans’ lebih ­nge-pop dan ‘Unorthodox Jukebox’ pun lebih nge-funk.
Begitu juga dengan The 1975 yang mengusung pop dan alternative rock pada musiknya. Musikalitas band yang telah merilis album berjudul ‘I Like It When You Sleep, for You Are So Beautiful yet So Unaware of It’ pada 2016 lalu juga mengingatkan akan musik rock di era 80’-an. Contohnya, ‘A Change of Heart’ dan ‘She’s American’ yang dirilis pada 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
Classic, yet satisfying.
Tahun Baru, Semangat Baru, Musik Baru
Di awal tahun 2017, beberapa musisi internasional telah mengumumkan bahwa akan ada sesuatu yang baru dari mereka. Ed Sheeran dan John Mayer adalah dua di antaranya.
Ed Sheeran mengumumkan sendiri melalui akun media sosialnya bahwa ia akan meluncurkan lagu baru pada Jumat (6/1) besok. Sedangkan John Mayer akan segera merilis album terbaru yang bertajuk ‘The Search For Everything’, dengan lebih dulu merilis empat lagu dari album tersebut. Gelombang utama perilisannya jatuh pada 20 Januari mendatang.
Grup band Noah (Foto: Dok Musica)
zoom-in-whitePerbesar
Grup band Noah (Foto: Dok Musica)
Di Indonesia, Nidji dan Noah sedang melakukan proses pengerjaan album terbaru mereka untuk segera dipersembahkan pada penggemarnya. Nidji dikabarkan telah mencapai proses recording, sedangkan Noah belum memberikan bocoran terkait detail album terbaru mereka.
ADVERTISEMENT
Grup band Nidji (Foto: Dok Musica Studio)
zoom-in-whitePerbesar
Grup band Nidji (Foto: Dok Musica Studio)
Nidji yang telah berkarir sejak 2006 hingga kini telah melahirkan lebih dari empat album. Lagu-lagu Nidji dari masa ke masa pun berubah, menjadi semakin dewasa. Meski demikian, dari segi lirik, Nidji cukup konsisten. Lagu ‘Hapus Aku’ (2006) dan ‘Jangan Takut’ (2011) terdengar tidak jauh berbeda meski dibuat dalam jangka waktu yang berjauhan.
Nidji juga membuktikan bahwa mereka mampu melakukan eksplorasi lebih jauh akan musik yang diusungnya. Nidji meluncurkan album ‘King of Soundtrack’, yang terdiri dari soundtrack yang dibuat Nidji untuk film-film layar lebar di Indonesia. Dua diantaranya adalah ‘Teroesir (Menunggu Karma)’ dari ‘Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck’ dan ‘Di Atas Awan’ dari ‘5 Cm’.
ADVERTISEMENT
Noah sendiri juga akan merilis album keduanya pada 2017. Belum mengetahui akan seperti apa musik mereka nantinya. Coba kamu dengarkan lagu Noah ketika masih menjadi Peterpan, seperti ‘Mimpi yang Sempurna’ (2003), single pertama yang mengusung alternative rock sekaligus menjadi hit pada masanya dan ‘Menghapus Jejakmu’ (2004) yang bernuansa pop rock.
Musikalitas Nazriel alias Ariel dan terus berkembamg ketika Peterpan mengganti nama mereka menjadi Noah. Single pertama Noah, ‘Separuh Aku’, membuat gebrakan di industri musik Tanah Air pada 2012 lalu. Masuknya David sebagai keyboardis, menambah warna baru bagi musik Noah, dan banyak yang menunggu akan seperti apa karya baru Ariel cs nanti...
Bagaimana tren musik 2017 menurut kamu? Jangan lupa untuk berikan komentar kamu pada kolom di bawah ini, ya!
ADVERTISEMENT