Usai Tayang di Indonesia, Film Women From Rote Island Siap Keliling Dunia

22 Februari 2024 17:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Irma Rihi dari film Women From Rote Island. Foto: Dok. GoodWork Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Irma Rihi dari film Women From Rote Island. Foto: Dok. GoodWork Indonesia
ADVERTISEMENT
Film Women From Rote Island siap tayang di bioskop Indonesia pada 22 Februari mendatang. Film ini dinantikan banyak orang, karena tahun lalu sukses memenangkan Film Terbaik di Festival Film Indonesia.
ADVERTISEMENT
Film yang juga sudah pernah ditayangkan di Festival Film Internasional Busan ini pun ternyata masih keliling dunia setelah tayang di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh produser Rizka Shakira.
"Ada beberapa yang memang sudah kita masuk selection (festival film Internasional). Tapi, yang saat ini bisa publish, Maret kami akan ke festival di Swedia. Setelah itu, masih jalan-jalan, masih ada 15 sampai 17 festival Internasional lain yang juga kita submit," ungkap Rizka saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/2).
Linda Adoe dari film Women From Rote Island. Foto: Dok. GoodWork Indonesia
Rizka pun menuturkan bahwa Women From Rote Island adalah film yang istimewa tanpa melibatkan artis-artis ternama. Menurut Rizka, tanpa nama besar, film ini tetap dibuat dengan budget yang sangat besar.
"Karena kami enggak pakai artis mungkin orang-orang pikir budget-nya dikit, ya? Jangan salah, budget Woman From Rote Island ini diatas Rp 12 miliar," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sudah menggelontorkan dana begitu besar, pihak rumah produksi tetap ingin agar pesan di film mengenai kekerasan seksual sampai secara langsung pada korban-korbannya di di kehidupan nyata. Rizka bilang, ia dan tim tak masalah kehilangan pemasukan demi mewujudkan itu.
"Kami pernah ngobrol ke komunitas dan datangi langsung korban kekerasan seksual dan kita merasa terenyuh. Semoga dengan film ini, kalau bisa setop lah kekerasan seksual. Kami juga beri 2,5 persen dari penghasilan kami di mana pun buat korban kekerasan seksual, itu masih terus berjalan," kata Rizka.
Di sisi lain, sutradara Jeremias Nyangoen, sedikit menjelaskan soal alasannya memilih banyak pemeran dari Nusa Tenggara Barat asli, bukan artis papan atas. Menurutnya, ada beberapa alasan yang mendasari keputusan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Pertama, saya enggak mau kehilangan soul dari film ini. Dialek (Pulau Rote) itu kan tidak bisa ditumbuhkan secara langsung dari aktor-aktor (papan atas) dan magic yang mungkin bisa tercipta dari pemeran yang organik, tapi aktor butuh latihan lama untuk mendapatkannya," ujar Jeremias.
"Mereka (pemeran asli NTT) juga latihan dengan sungguh-sungguh dengan waktu yang lama, selama 3 bulan lah total dari workshop sampai prepro. Ya, plus minus lah. Tapi, kalau saya lebih mengutamakan value dari aktor saya saja," sambungnya.