Vidi Aldiano: Gagal Lolos Indonesian Idol, Album Ditolak Label

11 Januari 2018 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vidi Aldiano (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Vidi Aldiano (Foto: Munady)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu musisi muda Tanah Air yang kariernya bisa dibilang sukses adalah Vidi Aldiano. Kesuksesan yang diraih oleh pelantun ‘Nuansa Bening’ itu tidak diraihnya secara instan. Banyak proses yang harus dilewatinya, mulai dari albumnya ditolak oleh label rekaman hingga gagal lolos mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol.
ADVERTISEMENT
Namun, Vidi tidak pernah menyerah untuk berusaha sampai akhirnya dia bisa menjadi penyanyi yang sukses.
Anak dari pasangan Harry Kiss dan Besbarini itu sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjadi musisi sejak duduk di bangku SMA. Sebelum membuat albumnya sendiri, pria kelahiran Jakarta ini sempat mengikuti audisi Indonesian Idol musim ke-3 pada 2006 saat Vidi berusia 16 tahun.
“Dimulai dari tahun 2006, saya memulai karier sebagai penyanyi. (Album) belum rilis sebenernya, tapi itu proses mewujudkan cita-cita saya untuk menjadi seorang penyanyi. Saya baru masuk SMA tapi udah mulai rekaman-rekaman, karena passion saya di musik dan melakukan semuanya secara independen,” ujar Vidi saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (10/1).
Vidi Aldiano (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vidi Aldiano (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
Segala proses yang dilakukan untuk membuat album pertama cowok berumur 27 tahun itu, ia lakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Album itu diberi nama ‘Pelangi di Malam Hari’ yang berisi sebelas lagu. Di dalam album tersebut, ada lagu ‘Nuansa Bening’ milik Keenan Nasution yang di-remake, lalu ada juga lagu daur ulang ‘Cinta Jangan Kau Pergi’ milik Sheila Majid, dan single ‘Status Palsu’ yang diciptakan oleh Ipunk Adp.
ADVERTISEMENT
“Individual sendiri, nyanyi sendiri, nulis lagu sendiri, rekaman di rumah, ngedesain cover album pun sendiri, makanya kalau dilihat enggak jelas ya, ini penyanyi solo, F4, boyband, atau apa enggak jelas. Tapi Alhamdulillah single-nya meledak saat itu. Di album ini ada ‘Nuansa bening’ dan ‘Status Palsu’, membutuhkan waktu tiga tahun lebih untuk bisa menghasilkan satu album ini,” tuturnya.
Albumnya tersebut sempat ditolak oleh beberapa label rekaman, karena saat itu penyanyi solo pria tidak sedang menjadi tren. Akhirnya seorang produser musik, Lala Hamid, memproduseri album milik pelantun lagu ‘Status Palsu’ itu pada 2009.
“Setelah album saya keluar, saya kasih ke banyak label (rekaman di) Indonesia. Hampir semua label bilang ‘tidak, enggak bisa masuk’, karena pada saat itu 2008 perlunya band, yang lagi naik ada ST12, segala macem. Makanya enggak boleh ada penyanyi solo naik,” ungkap pemilik nama Oxavia Aliando itu.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, orang tua Vidi memberi dukungan kepada buah hati mereka dengan membuat label sendiri dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa adanya tim. Semua itu tentu dirasa berat oleh Vidi belum lagi ia harus dihadapkan dengan yang namanya persaingan. Tentunya dengan para musisi yang sudah bernaung di label ternama.
Vidi pun akhirnya memilih untuk berkolaborasi dengan orang-orang ahli di Industri musik.
“Singkat cerita, akhirnya saya memulai semuanya sendiri bersama dukungan oleh orang tua saya ini. Kita membuat label sendiri dan saya memulai karier akhirnya menjadi seorang artis independen. Sucks-nya jadi artis independen adalah lo ngerjain semuanya sendiri, lo enggak punya tim besar kayak label-label itu dan kita harus bersaing dengan orang-orang yang mungkin di manage oleh label besar,” kata Vidi.
ADVERTISEMENT
Being alone is very hard, saya kerja sendiri makanya nge-design cover album seperti itu dan saya merasa ini perlu berubah. Orang-orang mikir waktu saya launching album ‘kok ini di fotonya ada empat, tapi cuma satu yang nyanyi’. Sendirian itu sulit banget, makanya saya akhirnya dari tahun 2008 rilis album mulai berkolaborasi sama orang yg ada di industri musik,” lanjutnya.
Vidi Aldiano. (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vidi Aldiano. (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
Hal yang berbeda dirasakan oleh Vidi setelah melakukan kolaborasi, kariernya pun semakin meningkat. Pada 2016, ia mengeluarkan album ketiganya yang berjudul ‘Persona’ yang tak hanya berupa audio saja, tapi juga terdapat artbook yang dihasilkan melalui kerjasamanya dengan platform online untuk para kreator visual di Indonesia bernama Kreavi.
“Saya kolaborasi sama fotografer, music director, segala macem. Akhirnya mulailah karier saya meningkat, lumayan baguslah. Tapi yang bikin lebih bagus lagi adalah saat tahun lalu saya mengeluarkan album saya yang ketiga. Saya bertemu dengan sebuah platform bernama Kreavi dan saat saya mengeluarkan album berjudul ‘Persona’, saya enggak cuma mengeluarkan karya berbentuk audio,” ucap Vidi.
ADVERTISEMENT
“Bayangin seorang Vidi Aldiano yang tadinya cuma penyanyi, tiba-tiba tahun 2016 ngeluarin album ini dan bayangin gue yang notabene adalah seorang musisi, bisa mengeluarkan sebuah karya yang enggak cuma berbentuk audio, tapi berbentuk artbook. Saya bekerja sama dengan Kreavi, dengan 31 kreator visual se-Indonesia dan saya melihat ada kolaborasi yang unik lintas industri kreatif yang terjadi,” sambungnya.
Vidi Aldiano (Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vidi Aldiano (Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan)
Melihat potensi itu, membuat Vidi berpikir bahwa anak muda Indonesia memiliki ide, skill dan karya yang bisa mereka ekspos, tetapi masih merasa bingung harus memulai dari mana. Hal tersebut mendorong Vidi untuk membuat sebuah startup digital berupa platform kolaborasi online untuk anak muda kreatif Indonesia.
Platform online tersebut diberi nama KROWD, yang bertujuan untuk menjembatani kolaborasi antara kreator Indonesia yang ingin menciptakan karya yang tidak hanya menarik, tapi juga membawa dampak dan manfaat. Menjadi tempat orang-orang bisa bertemu dan menghasilkan karya yang bersifat global.
ADVERTISEMENT
“Ini enggak cuma aplikasi, ini akan menjadi sebuah web platform yang intinya visi misi kita adalah untuk menghubungkan anak muda Indonesia yang ingin membuat sebuah proyek kreatif untuk bisa berkerja sama di platform ini, apapun background-nya, talentanya, dan expertise mereka,” jelas lulusan master jurusan Manajemen Bisnis dan Inovasi, Universitas Manchester itu.
Hingga kini, Vidi sudah menelurkan empat buah album ‘Pelangi di Malam Hari’ (2008), ‘Lelaki Pilihan’ (2009), ‘Yang Kedua’ (2011), dan ‘Persona’ (2016). Rencananya, Vidi akan kembali mengeluarkan album terbarunya pada 2018.