Wawancara Eksklusif dengan Sutradara Film 'Skyscraper' di Lantai 116

13 Juli 2018 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rawson Marshal Thurber, sutradara Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Rawson Marshal Thurber, sutradara Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
ADVERTISEMENT
Film ‘Skyscraper’ sudah tayang di bioskop Indonesia, lebih cepat dua hari dari pemutaran di bioskop Amerika Serikat. Para bintang ‘Skyscraper’ baru melakukan premiere di New York, Kamis (12/7) malam waktu setempat. Tetapi kumparan sudah sempat bertemu dan berbincang dengan sutradara Rawson Marshall Thurber saat global junket di Hong Kong, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Yang menarik dari sesi wawancara khusus ini, kami bukan sekadar berbincang sampil ngopi, tapi juga disuguhkan keindahan Hong Kong dari lantai 116 di ICC Tower, di kawasan West Kowloon, distrik bisnis yang dikelilingi gunung dan pelabuhan. Gedung ini lebih tinggi dari Menara Eiffel maupun Empire State Building di New York.
Mengapa kami dibawa ke gedung pencakar langit? Karena masih berkaitan dengan cerita film ‘Skyscraper’ yang memiliki landmark gedung tertinggi dan teraman di dunia bernama The Pearl. Gedung fiksi itu dirancang dengan teknologi supercanggih dengan tinggi lebih dari 1.000 meter. Memiliki 240 lantai yang terdiri dari taman megah dalam ruangan, restoran fancy, mal, hunian eksklusif, penthouse, landasan helikopter, dan ruangan kantor di level paling atas dengan 25.000 layar ultra HD.
ADVERTISEMENT
Rawson mengatakan bahwa meskipun The Pearl fiktif, tetapi rancangan konsep gedung tersebut dibuat dengan sangat serius. Ia melibatkan desainer dan arsitek kelas dunia seperti Adrian Smith yang membangun Burj Khalifa. Dia juga berbicara dengan pemadam kebakaran agar adegan action saat The Pearl terbakar terasa nyata dan bisa dipercaya.
kumparan dan sutradara film 'Skyscraper', Rawson Marshall Thurber, sama-sama takut ketinggian. Tapi kami melewati wawancara dengan selamat. Berikut perbincangan kami dengan Rawson:
Apa kabar, Rowson? Selamat untuk film terbarunya…
Hai, apa kabar? Terima kasih. Senang bertemu denganmu.
Kebanyakan karya kamu memiliki elemen komedi. Tapi kali ini lebih dari itu. Ada elemen drama keluarga dan action stunt yang sangat menantang untuk dieksekusi…
ADVERTISEMENT
Tantangan terbesar dalam membuat film seperti ini adalah mengatur keseimbangan; action, suspense dan hati harus sejalan agar cerita filmnya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Selain itu juga menegangkan dan melegakan sehingga penonton bisa melemaskan ketegangan dan membangunnya lagi. Tetapi yang paling penting ketika kamu menulis cerita dalam film apapun adalah hati dari filmnya. Ini merupakan cerita tentang keluarga.
The Pearl yang menjulang tinggi di Hong Kong (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
The Pearl yang menjulang tinggi di Hong Kong (Foto: Universal Pictures)
Bisa kamu ceritakan proses pembuatan konsep gedung The Pearl? Kami tahu itu fiksi, tapi mungkin saja akan terwujud dalam waktu dekat…
Ya, tentu saja. Kami memiliki beberapa arsitek dan aku punya sekelompok teman yang bekerja sebagai pemadam kebakaran untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka melawan api di gedung supertinggi yang sedang terbakar. Sangat menantang, karena ketika kamu berada di lantai 30 ke atas, di gedung apapun, kamu tidak bisa melawan apinya dari darat. Tekanan airnya tidak akan menggapai. Kamu harus memasang pipa yang tegak. Itu sangat teknis, aku bisa bicara soal ini di lain waktu.
ADVERTISEMENT
Tapi kami juga berkonsultasi dengan banyak firma arsitektur, termasuk dengan Adrian Smith, desainer yang memimpin proyek Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia, dan itu sangat membantu. Aku pikir kita tidak jauh dari itu. Maksudku, Adrian Smith saat ini sedang membangun Jeddah Tower (proyek gedung tertinggi di dunia yang baru). Aku rasa The Pearl memungkinkan untuk dibangun.
Infografis gedung The Pearl di film Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis gedung The Pearl di film Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
Taman indah di dalam gedung The Pearl (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Taman indah di dalam gedung The Pearl (Foto: Universal Pictures)
Aku sudah menonton filmnya, dan pengalaman yang cukup menegangkan bagi pengidap akrofobia. Apa dari sisi sinematografi angle seperti itu jadi pertimbangan untuk menambah ketegangan?
Ha ha ha… Aku juga memiliki akrofobia dan takut pada ketinggian. Film ini seperti melawan ketakutanku sendiri. Ya, kami sudah mendengar pengalaman beberapa orang yang takut ketinggian saat menonton film ini. Mereka benar-benar merasakan pengalaman intens menonton film ini, dan kami suka itu. Saranku jika kamu takut ketinggian, ajak temanmu saat menonton film ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu adegan yang paling diperbincangkan adalah ketika tokoh yang diperankan Dwayne Johnson melompat dari crane dan berhasil menggapai jendela gedung. Seberapa menantang bikin adegan itu?
Itu memang adegan yang paling menantang karena banyak hal yang sangat teknis untuk dipadukan. Ada banyak sekali bagian-bagian bergerak, dari unit pertama fotografi ke unit kedua fotografi dengan stunt dan juga grafis komputer. Ada banyak elemen berbeda yang harus disatukan, banyak sekali persiapan untuk memastikan kami melakukannya dengan benar.
Dwayne Johnson memanjat gedung tertinggi di dunia (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Dwayne Johnson memanjat gedung tertinggi di dunia (Foto: Universal Pictures)
Adegan Dwayne Johnson di Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan Dwayne Johnson di Skyscraper (Foto: Universal Pictures)
Di mana lokasi kamu mengambil gambar itu?
Kami merekam gambarnya di panggung di Vancouver dan kami juga mengambil gambarnya di Hong Kong melalui unit kedua agar terlihat seolah-olah adegannya memang di Hong Kong. Kami mengambil adegan Plaza Kowloon di Surrey, tak jauh dari Vancouver. Saat itu sangat dingin dan sangat banyak pemain figuran.
ADVERTISEMENT
'Skyscraper' menjadi film kedua kamu bersama Dwayne Johnson setelah 'Central Intelligence'. Kalian juga akan bikin film ketiga, 'Red Notice'. Sepertinya chemistry kamu dengan Dwayne sangat kuat?
Bekerja dengannya sangat luar biasa. Dwayne adalah kolaborator terbaik yang kamu harapkan. Dia pekerja keras. Hal yang paling dia pedulikan adalah membuat film bagus, bukan tentang dia terlihat keren di film ini tetapi apa yang bisa mendukung cerita. Semua hal itu yang kamu harapkan dari bintang besar, karena banyak dari mereka hanya ingin terlihat keren dalam filmnya.
Dwayne bersedia terlihat rapuh. Dia mau menjadi pahlawan yang hampir tak bisa bertahan, pahlawan yang berjuang keras dan memiliki keraguan dan tidak punya jawaban.
Ya, aku mengerti. Karena fleksibilitasnya, Dwayne Johnson bisa bermain film action, komedi, bahkan drama keluarga. Aku pikir saat ini dia adalah aktor paling bernilai di Hollywood. Apa kamu setuju?

ADVERTISEMENT
Aku pikir tak diragukan lagi. Dwayne adalah bintang film terbesar di dunia, baik secara harfiah maupun secara figur… dan ada alasan untuk itu.
Rawson memberikan arahan pada Dwayne Johnson (Foto: dok. Produser Hiram Garcia)
zoom-in-whitePerbesar
Rawson memberikan arahan pada Dwayne Johnson (Foto: dok. Produser Hiram Garcia)
Kamu sempat bilang bahwa bikin film action adalah keinginanmu dari umur 8 tahun. Apa yang menjadi pemicunya?
Ketika aku berumur 8 tahun, ibuku mengajakku menonton ‘Raiders of the Lost Ark’ di bioskop kecil yang hanya punya dua layar di Carolina Utara, dan aku ingat saat itu juga aku jatuh cinta dengan film. Aku suka film action dan ‘Skyscraper’ seperti fantasi semua anak umur 8 tahun yang dijadikan dalam satu film. Aku tumbuh bersama film-film action akhir tahun 1980-an dan 1990-an, action Amerika seperti ‘Die Hard’, ‘Towering Inferno’, ‘The Fugitive’… dan ‘Skyscraper’ adalah surat cinta untuk film-film tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain pertimbangan box office untuk menggaet pasar China, apa alasan kamu membuat latar filmnya di Hong Kong?
Aku selalu suka Hong Kong dan merasa beruntung untuk datang ke sini. Ini adalah salah satu dari lima kota paling indah di dunia. Kota vertikal yang sangat luar biasa. Aku suka bahwa semua berbaur di kota ini seperti di Manhattan dengan beragam kebudayaan di satu tempat. Ini juga kota pelabuhan, yang mana sangat penting.
Ini kota vertikal dan jika kamu ingin membangun gedung tertinggi di dunia, hanya di kota yang tepatlah kamu bisa mewujudkannya dan Hong Kong salah satunya.
Selain sebagai sutradara, kamu juga menulis ceritanya sendiri. Apakah kamu merencanakan kemungkinan sekuel?
ADVERTISEMENT
Terima kasih karena kamu menanyakan itu. Tetapi saat ini kami hanya ingin fokus membuat satu film yang baik. Kami harap kami melakukan itu. Aku belum berbicara kepada siapapun untuk membuat sekuel film ini, tetapi jika mereka bisa membuat sekuel untuk ‘Die Hard’, mereka bisa membuat sekuel untuk film apapun.
Jika kamu ingin membuat film action dengan adegan pertarungan jarak dekat yang intens, kamu bisa mengajak aktor martial arts dari Indonesia. Kami memiliki banyak aktor berbakat. Kamu harus melihatnya jika ada waktu…
Tentu saja. Aku suka martial arts. Semoga aku memiliki kesempatan itu.