Zidan: Ada Penonton yang Mualaf karena Tersentuh Lorong Waktu

4 Juni 2019 11:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jourast Jordy, pemeran Zidan dalam sinetron Lorong Waktu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jourast Jordy, pemeran Zidan dalam sinetron Lorong Waktu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Masih ingat wajah imut Zidan di sinetron religi Lorong Waktu? Dia kini sudah menikah dan dewasa. Mari kita bernostalgia dengannya.
Ya, Zidan yang diperankan oleh Jourast Jordy adalah sosok idola bagi anak-anak di awal tahun 2000an. Pintar, saleh, dan lucu melekat di karakter yang menjadi murid Haji Husin (Deddy Mizwar) tersebut.
Bagi Jordy, memerankan Zidan di ‘Lorong Waktu’ adalah sebuah keberkahan yang dirasakannya hingga sekarang. Apabila dulu syuting merupakan hobinya, kini ‘Lorong Waktu’ menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidupnya.
Banyak hal yang diingat Jordy selama enam tahun syuting sinetron ini. Dari mulai ketiduran, bercanda dengan kru, hingga mendapat tumpukan surat dari penggemar.
Dari sekian banyak surat yang ia dapatkan, ada satu surat yang begitu mengena hatinya. Salah satu penggemarnya menulis surat dan menyampaikan bahwa dia menjadi mualaf karena terinspirasi dari ‘Lorong Waktu’ dan aktingnya.
Jourdy lahir pada 1 Maret 1993. ‘Lorong Waktu’ merupakan karya pertama pria asal Padang itu.
Setelah berhenti menjadi Zidan, Jordy bermain di sejumlah miniseri. Dia menjadi tokoh utama dalam ‘Rumah Kardus’ dan ‘Incen’.
Jordy juga pernah bermain di film ‘Sang Pencerah’ pada tahun 2010. Setelahnya, Jordy memutuskan untuk fokus ke pendidikan.
Dia kuliah jurusan Manajemen Pemasaran di Universitas Trisakti Jakarta. Kini ia sudah bekerja di sebuah perusahaan rokok di bilangan Jakarta Timur.
Jordy menikah dengan Firis Basma, seorang gadis asal Maumere pada 10 Februari 2018. Setahun menikah, kini Jordy dan Firis tengah menunggu kelahiran buah cintanya, yang menurut jadwal akan lahir di bulan ini.
Banyak cerita yang dibagikan Jordy kepada kumparan di kantornya, Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (31/5). Sambil bernostalgia di akhir Ramadhan tahun ini, yuk simak wawancara lengkap kumparan dengan Zidan berikut ini!
Apa kabar Zidan?
Hahahaha. Alhamdulillah baik.
Lagi sibuk apa nih sekarang-sekarang ini di Ramadhan 2019?
Sibuk di Ramadhan 2019 ya, yang jelas pasti ngantor udah pasti ya. Kemudian sibuk sih paling istri kan lagi hamil udah cukup tua ya, udah masuk minggu 30-an jadi udah prepare lagi siaga 1 aja karena takut aja kapan aja bisa lahiran sih. Itu aja sih, sisanya paling bantuin usaha sampingan istri dan sebagainya, gitu aja sih.
Istri hamil tua pas lebaran besok itu pas masuk 9 bulan. Jadi pas di lebaran ya 9 bulan.
Awalnya gimana sih pertama kali main di sinetron Lorong Waktu?
Oke, ini sambil seinget aku juga ya. Yang jelas kata orang tuaku dulu seinget aku juga pas kecil itu aku dulu awalnya di modelling, sama orang tua itu diikutin lomba fashion show dan sebagainya sampai suatu ketika aku ikut di Abang None cilik waktu itu, itu di Ancol.
Dan mungkin enggak tahu, mungkin rezekinya gimana ya, jadi ketika aku waktu itu tuh runner up, juara dua. Nah, yang juara satunya itu masih di panggung, wawancara, masih foto dan sebagainya, aku udah turun panggung kan, turun panggung waktu itu kejadian di Pasar di Ancol-lah gitu, turun dari panggung itu enggak lama langsung dicegat sama Om Deddy Mizwar.
Jourast Jordy, pemeran Zidan dalam sinetron Lorong Waktu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Terus, ‘Halo, mau ikut syuting enggak sama Om?’ Gitu kan. Aku enggak tahu kan karena masih kecil ya, ‘Ayuk boleh’ gitu. Terus langsung Om Deddy Mizwar langsung ngomong sama orang tua, kasih alamat, kasih kartu nama, terus besoknya langsung “Datang ke tempat Om ya”, ya udah besoknya dateng, casting, oke ternyata. Enggak lama langsung disodorin kontrak, jadi syuting Lorong Waktu. Hehehe
Tokoh utama waktu itu ya?
Iya, tokoh utama lagi. Itu di luar (dugaan), enggak pernah direncanain juga. Ya mungkin itu hikmahnya makanya kenapa kalau waktu itu aku juara satu, ya mungkin juara duanya yang sekarang jadi Zidan. Heheh.
Itu usia berapa berarti?
Kayaknya itu aku antara 5 atau 6 tahun sih. Masih kecil banget.
Berarti karena sudah bakat atau karena memang senang atau memang orang tua sudah merencanakan di situ sejak awal?
Bakat aku enggak tahu ya kalau bisa dibilang bakat apa enggak. Cuman yang jelas kata orang tua aku waktu kecil itu tidak orang yang mudah minder di depan kamera, mudah bergaya gitu gitulah. Jadi kalau difoto atau apa aku gampang bergaya terus gampang diarahin gampang di-briefing segala macem sih, terus suka nyanyi-nyanyi sendiri di kamar, karena lihat ada bakat entertain begitu akhirnya ya udahlah dicoba di model. Awalnya yang kutahu tuh gitu.
Tapi orang tua memang enggak pernah ada ngarahin untuk sampai ke akting sih. Setelah itu memang setelah Lorong Waktu, baru akhirnya itu sempat kita dikhususin aku sempat masuk ke Sanggar Ananda punya Aditya Gumay di Senayan itu sih gitu.
Deddy Mizwar. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Anak umur 5 tahun diajakin syuting gimana tuh persiapannya?
Hahaha, enggak sih. karena aku tipe orangnya yang bukan canggung dengan keramaian kauyak gitu jadi kalau kata orang tua sih aku fine-fine aja. Cuma dulu tuh orang tua selalu bawa dua tas setiap syuting itu: yang satu adalah isinya full mainan, yang satu isinya snack.
Jadi ada berbagai snack, jadi begitu aku ada jeda syuting aku ada mainan aku ada snack, jadi wah udah enggak akan rewellah.
Sama yang kedua dulu uniknya adalah Om Deddy Mizwar selalu ngejanjiin gini dulu waktu awal-awal syuting itu kalau, kan manggilnya Abang ya, ‘Kalau Abang berhasil satu scene ini cuma sedetik enggak diulang-ulang Om Deddy janjiin satu paket Happy Meal, jadi nasi ayam lengkap-lah pokoknya. Selalu jadi, dulu kan senang banget kan sama itu, jadi termotivasi. Sampai sekali waktu aku pernah dapat, pulang bawa 11 Happy Meal. Hahaha, banyak.
Om Deddy pas ngajakin gitu, sebelumnya kan dah ngelihat dulu di Abang None kan berarti pas di awal awal, langsung ketemu ‘Wah ini sosok yang aku cari’.
Ada kendala enggak selama syuting?
Kendala somehow seingat aku enggak pernah sih alhamdulilah karena yang aku tahu ya, orang orangnya tim Deddy Mizwar itu cukup kooperatif dengan anak-anak, maksudnya mereka enggak kaku dengan bahasanya yang dijaga. Kemudian cara perlakuannya juga cara memperlakukan anak kecil gitu kan? Dan jadi aku juga mingle aja gitu. Dulu sutradaranya juga tahu cara memperlakukan anak kecil. Jadi Alhamdulillah memang dari awal syuting aku enggak pernah ada kendala yang berarti ya.
Enggak ada kabur-kaburan juga ya?
Kabur-kaburan sih enggak cuma pernah itu kan ada scenenya yang kayak aku ceritanya disuruh tidur terus nanti bangun gitu, ‘Oh waktunya sahur’ gitu. Itu aku masih inget banget sampai sekarang karena masih prepare, aku dah tidur kan set, bangun bangun ‘Kok di kamarku sendiri, loh syutingnya udah selesai?’ Jadi pas syuting ku enggak bangun bangun hahahah. Akhirnya udah jadi besoknya di-retake lagi. Iya (ketiduran).
Jadi, ‘Action’ gitu ‘Cut!’ Nih enggak bangun bangun nih, tidur udah bablas tidur. Akhirnya sama orang tua dibawa pulang, itu doang sih yang ada kendala atau apa. Sisanya soal waktu sih fine-fine aja dulu.
Alhamdulillah enggak pernah ada yang rewel atau apa segala macem sih enggak pernah.
Selain yang tidur itu tuh ada lagi enggak sih scene scene yang selama bertahun-tahun syuting yang paling diinget?
Sebenarnya kalau yang paling diinget tuh banyak ya, kayak waktu itu syuting di pelabuhan, kita tahunya namanya anak kecil dulu pantai itu yang bagus Ancol, Anyer gitu kan tiba tiba kita ke pantai dan daerah Banten yang benar-benar lainlah aku baru pertama kali ke pantai begitu agak shock juga . Sebenarnya lebih ke venuenya aja sih.
Tapi kalau untuk syuting karena kebanyakan di masjid jadi suasananya suasana masjid yang seperti itu aja sih udah enggak ada yang lain.
Satu hari biasanya berapa jam syuting?
Nah, yang aku suka kerja sama dengan timnya Deddy Mizwar adalah beliau selalu compromize dengan akademis jadi kapan kita pulang sekolah ya itu syutingnya dimulai dari situ. Dan memang ada compromize dengan orang tua bahwa anak ini besok masih harus sekolah jadi syuting maksimal sampai jam 9 atau 10 malam.
Masjid Raya Baitussalam di Pondok Kelapa, tempat syuting sinetron Lorong Waktu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ya udah jadi kalau misalnya aku pulang jam 12 atau jam 1 ya udah jadi syutingnya mulai dari jam 1 itu sampai jam 9 malamlah. Gitu sih. Dan itu kan memang enggak lama karena kan satu kali season lorong waktu itu biasanya takes times sekitar 3 bulan. Dan pagi itu selalu ngambil 2 atau 3 bulan sebelum tayang, jadi kalau misalnya tayangnya di Juni, syutingnya itu dimulai dari taruh sekitar Februari, itu dah mulai syuting. Jadi kita enggak diburu-buru. Enggak, santai aja.
Om Deddy memang dari dulu begitu. Dia memang kenyamanan pemain, kenyamanan krunya memang dijaga dari situ sih.
Menariknya waktu itu masih sekolah kan?
Ya masih sekolah.
Bagi waktunya antara belajar, bermain sama teman-teman sebaya dan syuting gimana tuh?
Oke kalau untuk bagi waktu yang jelas otomatis ketika syuting itu, yaudah duniaku mostly syuting kan. Kanyak mainnya sama orang-orang di lokasi syuting. Belajar itu ya ketika memang bukan lagi adegannya aku take gitu ya. Misalnya lagi yang lain yang lagi syuting yauda aku ngerjain PR, aku belajar, kayak gitu-gitu aja sih. Karena memang untungnya pas syuting aku selalu didampingi sama entah papah atau mamah. Jadi enggak ada manajer atau apa, manajer aku tuh ya orang tuaku sendiri gitu.
Kalau untuk bersosialisasi, kalau untuk main yang jelas kalau lagi waktunya Lorong Waktu ya otomatis kan aku enggak ada main berinteraksi dengan teman-teman. Tapi selepas itu begitu selesai syuting, ya udah aku main sama teman-teman.
Tiap hari syutingnya?
Kalau sama Om Dedi Mizwar, kalau lagi banyak scenenya itu bisa tiap hari. Kadi bisa dari Senin ke Minggu. Tapi ya kalau scenenya lagi enggak banyak ya tergantung dipanggil atau enggaknya juga sih.
Misalnya kan kalau syuting itu tergantung venuenya, tergantung lokasinya, kalau memang lagi di masjid ada adegan aku, ya udah aku dipanggil, tapi misalnya kita lagi di daerah kebon misalnya. Yang akunya enggak ada aku enggak dipanggil. Kenyamanan kita dijaga banget.
Sempet minta sesuatu nggak sih setelah dapat uang syuting?
Orang tuaku tak pernah mengajarku untuk mengenal uang. Jadi pernah waktu sekolah aku pernah jajan aku enggak tahu nominal uang bahkan. Pernah mau jajan ayam disuruh bayar Rp 5.000 aku malah bayar Rp 10.000 terus habis itu kabur. Haha.
Jadi perkara aku syuting aku enggak tahu soal honor tapi yang kutahu itu ditabung. Pertama syuting itu hobi terus ditabung. Baru pas udah agak gede aku minta sesuatu. Minta komputer, minta drum, mau jalan-jalan. Bahkan sampai detik ini aku enggak tahu honorku per season.
Masih inget enggak sih pas dulu masih kecil ketemu fans gimana rasanya?
Waktu pertama kali tayang surat dari daerah mana mana datang ke rumah. Itu sampai setumpuk tiap hari. Jadi kalau datang udah tahu.
Aku pernah terenyuh ada yang kirim surat dia mualaf karena tersentuh lorong waktu. Itu yang sampai sekarang aku masih inget banget. Bisa sedahsyat itu gitu maksudnya.
Kalau ke mall ya sudah pasti haha. Pas pulang kampung juga, dicubit digimanain. Orang hamil ada yang pengin pegang perut. Pernah waktu itu dikejar kejar fans sampai hampir masuk ke parit. Hahaha.
Ya kami paham juga antusiasmenya. Kalau aku ketemu idola pasti sama juga di posisi mereka.
Value Lorong Waktu menurut kamu?
Yang jelas kalau value sih ini seingetku om Demiz pernah ngomong kalau Lorong Waktu itu mengajarkan ilmu agama tanpa menggurui. Dan dikemas ringan makanya ada komedi. Tanpa unsur lebay dan dramatisasi yang gimana mana.
Itu yang bikin sederhana tapi mengena. Ada humor-humornya. Makanya aku kaget sampai ada yang mualaf. Padahal orang tuanya itu penginjil. Jadi dia setelah nonton itu belajar Islam, dan setelahnya memutuskan belajar Islam dan kehilangan semuanya, termasuk keluarganya dan mata pencahariannya. Dia mulai dari awal.
Pengalaman sama artis lain?
Kalau untuk tim Lorong Waktu yang paling diinget adalah pasukan Om Deddy Mizwar. Konyolnya, nyelenehnya, tipenya unik.
Kalau pemain yang paling berkesan itu om Opie Kumis. Dia itu di dalam lokasi sama di luar syuting lucunya sama. Dia paling sering bikin ketawa pemain lain.
Pas tahu Lorong Waktu berhenti tayang sedih enggak sih?
Waktu itu pribadi sih aku enggak kaget ya. Yang aku rasain kayak oh abis ini aku enggak ketemu Pak Haji lagi dong. Lebih ke sana. Cuma karena masih kecil juga jadi rasanya enggak seberat kalau di umur segini. Tapi mikir lagi nanti bisa ketemu diantar papa.
Kebetulan waktu itu juga langsung ada beberapa proyek lain. Yang hilang itu aja pas bulan Maret oh enggak ada lagi nih Lorong Waktu.
Jourast Jordy, pemeran Zidan dalam sinetron Lorong Waktu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sinetron Ramadhan belakangan ini kayaknya agak beda sama Lorong Waktu, menurut kamu gimana?
Karena gue kecil termasuk yang nonton sendiri agak awkward ya. Kadang nontonin kadang enggak. Tapi bedanya kerasa sih.
Tapi enggak bisa disamain juga karena kemajuan teknologi juga kan. Sekarang media juga bukan hanya TV kan. Bisa lihat Instagram, Youtube dan sebagainya.
Arti Lorong Waktu buat Jordy?
Kalau buat aku pribadi. Enggak ada Lorong Waktu enggak ada profil Jourast Jordy sekarang. Aku terima kasih banget sama semua pihak sama orang yang terlibat di Lorong Waktu.