5 Tahapan Melahirkan dengan Metode ERACS yang Dimulai Sejak Kehamilan

23 Mei 2022 12:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi melahirkan dengan operasi caesar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melahirkan dengan operasi caesar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Salah satu metode melahirkan yang tengah populer di kalangan ibu hamil adalah ERACS atau Enhanced Recovery After Caesarean Section. Ya Moms, metode yang menggunakan teknik operasi caesar ini dikembangkan untuk mempercepat perawatan dan pemulihan ibu. Oleh karena itu, ibu yang melahirkan dengan metode ERACS dapat kembali beraktivitas setelah 24 jam melahirkan.
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran sekaligus anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr. Yuma Sukadarma, SpOG, mengatakan metode ERACS pertama kali digunakan di dunia kebidanan pada tahun 2012 di National Institute for Health and Care Excellence.
Ilustrasi ibu hamil. Foto: ravipat/Shutterstock
Sebelumnya, metode ini telah digunakan untuk operasi saluran pencernaan seperti usus besar atau kolon pada 1997. Ya Moms, metode ERACS adalah pengembangan dari metode ERAS atau Enhanced Recovery After Surgery.
"Sebenarnya metode ini sudah ada lama, kira-kira sejak 1997 yang diterapkan saat operasi saluran cerna seperti pada usus besar atau kolon. Jadi, metode ini disebut sebagai pengembangan metode ERAS," kata dr. Yuma kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, metode ERACS mulai diterapkan untuk persalinan sejak tahun 2019. Beberapa rumah sakit sudah mulai menerapkan pilihan ini sebagai salah satu metode melahirkan dengan teknik operasi caesar. Bahkan, beberapa selebriti tanah air seperti Nagita Slavina, Felicya Angelista, Cherly Juno, hingga Nola ‘B3’ juga pernah melahirkan dengan metode ERACS.
Ilustrasi posisi tidur ibu setelah melahirkan secara caesar. Foto: Shutterstock
Metode ERACS merupakan sebuah rangkaian proses melahirkan yang bertujuan untuk memercepat proses pemulihan. Sehingga, wajar bila melahirkan dengan metode ERACS membutuhkan biaya lebih banyak dibandingkan metode persalinan lainnya.
Lantas, apa saja tahapan melahirkan dengan metode ERACS yang perlu dipahami ibu hamil? Berikut penjelasan dr. Yuma.

Apa Saja Tahapan Melahirkan dengan Metode ERACS?

1. Antenatal Management
Antenatal management adalah fase atau tahapan pertama yang dilakukan bila melahirkan dengan metode ERACS. Tahap ini dilakukan pada masa kehamilan untuk mengedukasi ibu hamil tentang tindakan yang dilakukan, risiko, alternatif, dan cara mengatasinya bila terjadi kendala saat melahirkan.
ADVERTISEMENT
“Biasanya pada tahap ini kita memberikan edukasi apa yang akan dokter lakukan, risiko, alternatif selain ERACS, serta edukasi untuk mengatasinya juga. Edukasi ini biasanya diberikan saat usia kehamilan 20 hingga 30 minggu,” ungkap dr. Yuma.
Ilustrasi ibu hamil konsultasi dengan dokter. Foto: amenic181/Shutterstock
2. Pre-operatif
Pada tahap ini, dokter mulai memeriksa kondisi kesehatan ibu hamil menjelang operasi seperti tekanan darah, kadar oksigen, serta pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh.
“Di tahap pre-operatif kita memeriksa tekanan darah, O2 (oksigen), bila perlu periksa juga darah ibu untuk tahu kadar Hb (hemoglobin) dalam tubuh. Ya, saat operasi bisa saja terjadi pendarahan,” tutur dr. Yuma.
Ilustrasi ibu hamil yang akan melahirkan. Foto: Shutter Stock
3. Intra-operatif
Tahap intra-operatif dilakukan sebelum tindakan operasi. Pada tahap ini, tim dokter yang meliputi dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dokter anestesi, perawat atau bidan, serta manajemen rumah sakit, telah bersiap untuk membantu dan mendampingi persalinan ibu hamil.
Ilustrasi ibu hamil minum susu tinggi karbohidrat jelang melahirkan. Foto: Shutterstock
Sebelum operasi dilakukan, ibu hamil juga diberikan obat maag, mulai puasa solid selama 6 jam dan puasa cair 2 jam, serta diberikan minuman tinggi karbohidrat tepat 2 jam sebelum tindakan. Ya Moms, menurut penelitian, minuman tinggi karbohidrat dapat mengurangi resistensi insulin ibu hamil.
ADVERTISEMENT
“Menjelang persalinan biasanya ibu tuh suka nervous jadi bisa saja mual. Jadi, kita kasih obat maag seperti pantoprazole, omeprazole. Selain itu, obat maag itu juga diharapkan bisa mengurangi mual setelah melahirkan,” jelas dr. Yuma.
4. Neonatal Management
Tahap neonatal management atau saat melahirkan, dokter anestesi akan memberikan intratekal epidural morfin, anestesi regional, dan nonopioid anestesi.
Intratekal epidural morfin biasanya menimbulkan efek samping seperti gatal di sekujur tubuh dan mual yang berlebihan. Sehingga, dokter akan memberikan obat mual dan obat gatal untuk mengurangi gejala tersebut.
Tali pusat bayi. Foto: Shutterstock
Setelah bayi lahir, dokter akan menunda pemotongan tali pusat atau delayed clamping sekitar 30-60 detik. Tujuannya, agar sirkulasi udara bayi lebih bagus, sel darah merah lebih banyak, dan menurunkan risiko pendarahan otak.
ADVERTISEMENT
5. Post-operatif
Tahap terakhir, yakni post-operatif atau setelah melahirkan, dilakukan untuk memercepat proses pemulihan ibu. Misalnya saja, belajar jalan dan duduk. Ya Moms, 4 jam setelah melahirkan, ibu harus mulai bergerak agar bisa kembali beraktivitas dan pulang ke rumah. Bila ibu mengalami rasa nyeri, biasanya dokter hanya memberikan obat anti nyeri seperti parasetamol dan ibuprofen.
“Dokter akan meminimalisir pemberian obat analgetik yang berjenis opioid, cukup hanya memberikan parasetamol dan ibuprofen untuk mengatasi rasa nyerinya,” tutup dr. Yuma.
Infografik ERACS. Foto: kumparan