7 Cara Budayakan Demokrasi dalam Keluarga

17 Agustus 2018 16:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Bertemu Keluarga (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Bertemu Keluarga (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di ranah pemerintahan, demokrasi juga patut diterapkan di lingkungan masyarakat paling inti yaitu keluarga. Istilah demokrasi yang berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan) itu, bisa diaplikasikan dalam pola asuh, komunikasi, hingga pengambilan keputusan dalam keluarga, Moms.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara bangun keluarga yang demokratis? Yuk, mulai lakukan dengan langkah-langkah sederhana ini Moms!
1. Melindungi Hak Sesama
Setiap manusia secara naluriah memiliki hak asasi yang perlu dilindungi. Seperti, hak untuk tercukupi kebutuhan, bisa hidup aman, berkasih sayang, dan lainnya. Maka, tiap anggota keluarga perlu memahami haknya masing-masing sekaligus menghargai hak-hak anggota keluarga lainnya.
Coba mulai dari diri Anda sendiri, Moms. Apakah Anda sudah menjaga dan menghargai hak-hak anak?
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB Tahun 1989, setiap anak memiliki 10 hak dasar, yaitu hak untuk bermain, mendapat pendidikan, perlindungan, nama/identitas, status kebangsaan, makanan dan akses kesehatan,rekereasi, kesamaan hingga hak untuk memiliki peran dalam pembangunan.
2. Menjaga Komunikasi
Ilustrasi Keluarga (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keluarga (Foto: Pixabay)
Komunikasi dua arah yang lancar antara anak dan orang tua perlu senantiasa dijaga. Masing-masing harus mampu jadi pendengar yang baik, tidak egois, dan menunjukkan empati.
ADVERTISEMENT
Agar anak dapat memahami hal ini, sejak anak masih bayi Anda dapat membiasakan mengajak anak bicara, meminta pendapatnya, menanyakan perasaannya juga menceritakan perasaan dan pendapat Anda padanya.
Percayalah Moms, tidak ada istilah terlalu muda untuk mengajak anak bicara. Yang penting, pilih kata-kata yang tepat dan sesuaikan dengan pemahaman mereka.
3. Saling Menghormati dan Menyayangi
Banyak orang tua yang menganggap dirinya paling berkuasa dan ingin selalu dihormati oleh anak. Seharusnya, tidak begitu Moms. Baik anak maupun orang tua perlu saling menghormati dan menyayangi.
4. Menghargai Pendapat dan Kritik
Ilustrasi keluarga. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga. (Foto: Thinkstock)
Soal pendapat dan kritik, tiap orang adalah setara. Sehingga, anak Anda suatu ketika bisa saja mengkritik Anda atau sebaliknya. Ingat, tiap orang berhak menyampaikan suaranya.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, beri contoh pada anak bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan baik dan dampingi anak agar paham bagaimana dapat menerima kritik untuk menjadi lebih baik.
5. Tidak Ada Diskriminasi
Keluarga demokratis juga selalu memastikan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun. Termasuk memastikan tidak ada kekerasan fisik, verbal maupun psikis. Artinya, tiap orang di dalam keluarga berhak untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman tanpa merasa diperlakukan diskriminatif.
6. Berbagi Tugas dan Kewajiban
Anak yang membantu ibunya (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Anak yang membantu ibunya (Foto: Pexels)
Berdampingan dengan hak, tentu masing-masing anggota keluarga juga punya kewajiban. Maka, penting untuk berbagi tugas dan kewajiban di keluarga. Misalnya saja, semua anggota keluarga bersama-sama menentukan apa tugas masing-masing setiap hari.
Ini termasuk untuk anak-anak yang masih kecil juga lho, Moms. Anak balita misalnya, bisa kok, mendapat tugas mematikan lampu tidur di kamar setiap pagi atau merapikan sepatu-sepatu yang berantakan di teras. Intinya, sesuaikan saja dengan umur dan kemampuan masing-masing anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
7. Musyawarah
Pengambilan keputusan dengan musyawarah, termasuk satu dari esensi demokrasi yang bisa Anda tumbuhkan dalam keluarga. Tak harus seperti rapat resmi, musyawarah bisa Anda lakukan di tengah kebiasaan makan malam keluarga, family time di akhir pekan, atau momen lainnya.