Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda, setiap 2 April diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia (World Autism Awareness Day). Di hari bahkan sepanjang bulan inilah biasanya kita akan melihat pita dengan corak puzzle warna-warni yang jadi simbolnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang dimaksud dengan autisme?
Moms, autisme merupakan masalah gangguan perkembangan yang kompleks. Demikian dijelaskan oleh Yosfan Azwandi dalam tulisannya Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia.
Autisme muncul karena adanya gangguan neurobiologis sehingga berdampak pada fungsi otak. Gangguan pada otak mengakibatkan anak autis mempunyai hambatan, baik dalam komunikasi, interaksi sosial, maupun perilaku.
Berbagai hambatan yang dimiliki anak autis menyebabkan mereka membutuhkan pendidikan dan layanan khusus. Karena itulah, kita semua perlu memberi dukungan dan melindungi hak-hak mereka yang hidup dalam spektrum autisme maupun keluarganya.
Langkah awal untuk melakukannya? Tentu saja dengan mencoba mencari tahu dan memahami mereka, Moms. Termasuk tahu, makna dari simbol puzzle penuh warna yang jadi simbol kesadaran dan kepedulian akan autisme.
Sejarah Panjang Puzzle Penuh Warna
Kepingan puzzle diketahui pertama dikaitkan dengan autisme pada tahun 1963. Gerald Gasson, orang tua dan anggota dewan untuk National Autistic Society di London, Inggris, menciptakan logo untuk organisasi yang terdiri dari sekeping puzzle bersama dengan gambar seorang anak. Logo itu lalu dengan cepat diadopsi dan menjadi simbol yang dapat dikenali untuk autisme di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Gasson memilih potongan puzzle sebagai alat bantu visual untuk mengilustrasikan sifat dan kondisi membingungkan terkait autisme. Maklum, gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Dissorder (ASD) adalah masalah kesehatan yang cukup kompleks.
Pandangan Gasson ini rasanya hingga saat ini masih relevan, mengingat masih banyak yang tidak memahami autisme dan penyandang autis. Tentunya termasuk di negeri kita, Moms. Jangankan dipahami, kata 'autis' malah sering digunakan sebagai ejekan dalam pergaulan sehari-hari.
Karena tidak ada orang lain yang menggunakan potongan puzzle sebagai logo pada waktu itu, lambang itu dengan cepat dikenal dan diadaptasi banyak pihak.
Kemudian orang mulai menambahkan kepingannya serta aneka warna. Versi kepingan puzzle dan paduan warna ikonik sebagai simbol kesadaran dan kepedulian autisme yang paling banyak digunakan hingga hari ini adalah Ribbon Piece Puzzle yang dibuat oleh Autism Society pada tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, puzzle dianggap mencerminkan kompleksitas spektrum autisme. Sementara berbagai warna dan bentuk mewakili keragaman orang dan keluarga yang hidup dengan kondisi tersebut.
Warna-warni yang cerah juga dianggap mampu melambangkan harapanbahwa melalui peningkatan kesadaran autisme, dan melalui intervensi awal dan akses ke layanan / dukungan yang sesuai, orang dengan autisme akan menjalani kehidupan penuh yang dapat berinteraksi dengan dunia dengan persyaratan sendiri.
Corak puzzle ini lantas juga diadaptasi ke dalam bentuk hati dan pita, seperti halnya pita warna pink atau merah muda untuk Kesadaran Kanker Payudara.
Kontroversi makna Puzzle Penuh Warna
Namun, puzzle autisme juga menimbulkan kontroversi. Di berbagai belahan dunia, reaksi positif dan negatif muncul hampir sama besarnya selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Mereka yang mendukung merasa penggunaan puzzle sebagai simbol autisme sudah tepat mewakili sifat membingungkan dari kondisi yang ada sekaligus membawa pesan bahwa masih ada banyak lagi yang harus dilakukan, dibenahi, dilengkapi. Ada juga yang menganggap, potongan puzzle mampu melambangkan bagaimana seharusnya semua orang sadar, peduli dan bersama-sama mendukung mereka yang hidup dengan autisme.
Di sisi lain, ada orang yang berpikir kepingan puzzle justru menghina mereka yang memiliki autisme dan orang-orang terkasihnya. Mereka menganggap kepingan puzzle memiliki konotasi negatif dari orang yang hidup dengan autisme, menunjukkan bahwa mereka adalah misteri yang harus dipecahkan, merupakan kekurangan atau ketidakcocokan dengan seluruh masyarakat, 'tidak lengkap', 'tidak teratur' atau 'menantang'.
Lantas ada juga yang berada di tengah keduanya. Mereka yang ada di tengah ini, percaya bahwa tujuan awal dari simbol tersebut tidak salah bahkan positif, namun sekarang saatnya untuk mencari simbol baru yang lebih fokus pada usaha bersama untuk memahami dan meningkatkan kualitas hidup orang yang hidup dalam spektrum austime.
Bagaimana dengan Anda, Moms? Setujukah dengan penggunaan puzzle penuh warna sebagai simbol kesadaran dan kepedulian autisme?
ADVERTISEMENT
Apapun pendapat Anda, semoga tidak berpengaruh pada kemauan untuk memahami lebih jauh gangguan perkembangan yang satu ini dan terus berusaha mendukung dan melindungi mereka yang hidup dalam spektrum autisme , khususnya di Indonesia.
Pasalnya, kita semua tanpa terkecuali wajib melindungi mereka mulai dari diri sendiri, keluarga, orang sekitar hingga masyarakat luas.
Mengutip KPPPA tulisan dalam akun instagramnya hari ini, Kamis (2/4), penerimaan dan perlakuan khusus adalah kunci dari perlindungan anak autis. Dan kita harus selalu ingat, mereka juga mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lainnya.