Anak Sering Batuk Pilek, Bisa Jadi Kekurangan Vitamin D!

10 September 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang tua membantu anak balita mengeluarkan ingus saat pilek. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua membantu anak balita mengeluarkan ingus saat pilek. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak sering batuk pilek atau menunjukkan gejala alergi? Bisa jadi, ia mengalami defisiensi vitamin D, Moms. Kok bisa?
ADVERTISEMENT
Pemberian vitamin D sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat, membantu perkembangan otot, hingga mencegah rakhitis atau kondisi yang menyebabkan tulang jadi rapuh. Selain itu, vitamin D juga berperan dalam menambah imunitas tubuh anak-anak.
Tidak sampai di situ, rutin memberikan vitamin D pada anak juga dapat mengurangi kejadian alergi berulang, karena dapat menjaga saluran pernapasannya.
"Vitamin D fungsinya untuk pertumbuhan tulang dan otot anak. Bahkan, penelitian terbaru vitamin D dapat mencegah menurunkan alergi, menambah daya tahan tubuh, dan mencegah infeksi terutama pernapasan," ungkap Dokter Spesialis Anak, dr. Yoga Yandika, Sp.A, dalam acara 'D-Family Festive: From Zero to Hero' yang digelar Kalbe Farma di Senayan, Jakarta, Sabtu (7/9).
Menurut dr. Yoga, pada anak-anak khususnya, salah satu tanda anak kekurangan D dapat terlihat dari sering mengalami batuk dan pilek.
ADVERTISEMENT
"Pada anak, vitamin D juga bisa kurangi angka kejadian alergi. Anak sering batuk pilek, misalnya, diberikan vitamin D, dengan harapan pertahanan pernapasannya lebih baik. Karena penyebab batuk pilek pada anak karena biasanya alergi," ujar dia.
Satu kondisi kesehatan lain yang disebabkan kekurangan vitamin D adalah berat badan anak yang sulit naik. Mengapa? dr. Yoga menjelaskan, alergi juga dapat menyebabkan terjadinya peradangan di saluran pencernaan. Saat pencernaan anak mengalami peradangan, maka tidak dapat menyerap makanan dengan baik. Sekalipun, anak sudah banyak makan, lho!
"Jadi, kalau ngomongin berat badan anak enggak naik, maka harus dievaluasi, salah satunya kadar vitamin D. Kalau rendah, akan memengaruhi reaksi alergi, energi keluar bertambah, otomatis kenaikan berat badan jadi ngadat. Itulah pentingnya suplementasi dari vitamin D," tutur dr. Yoga.
ADVERTISEMENT

Berapa Dosis Vitamin D untuk Anak?

Ilustrasi bayi minum vitamin D. Foto: Shutterstock
Kebutuhan vitamin D untuk anak berbeda-beda tergantung umurnya. Pada anak di bawah satu tahun, dosis yang diperlukan sebesar 400 IU.
Perlu diingat juga, suplementasi vitamin D sudah bisa diberikan sejak bayi baru lahir. Sebab, pada bayi yang minum ASI, kandungan vitamin D yang terdapat pada ASI pun sangat rendah. Sementara pada bayi yang mengonsumsi susu formula, ia perlu minum 1 liter susu untuk bisa mencapai kadar vitamin 400 IU yang diperlukan.
"Kandungan vitamin D di ASI sangat rendah, sehingga perlu suplementasi. Makanya, sekarang IDAI sudah berkembang dengan anjuran diberikan suplementasi vitamin D segera setelah lahir sebesar 400 IU," jelas dr. Yoga.
Sementara pada anak-anak di atas satu tahun, dosis vitamin D yang dianjurkan sebesar 600 IU.
ADVERTISEMENT
Untuk mendapat vitamin D, Anda dapat memastikan anak mendapat cukup sinar matahari pagi, namun hindari paparan berlebihan. Kemudian, si kecil juga bisa mengonsumsi makanan kaya vitamin D, seperti ikan berlemak (salmon dan tuna), kuning telur, hingga susu dan produk susu yang diperkaya vitamin D.
Bila anak tidak mendapat cukup vitamin D dari makanan dan sinar matahari, maka bisa dilengkapi dengan pemberian suplemen.
"Untuk anak, vitamin D3 sebaiknya dikonsumsi di pagi hari karena lebih mudah diserap, kadar hormon kortisolnya baik. Bisa dibarengi makanan dan minuman, kalau lagi minum ASI bisa ditetes, bisa taruh sendok, atau dibarengi sama susu," tutup dr. Yoga.