Anjuran IDAI soal Kegiatan Belajar Mengajar Anak di Masa Pandemi Corona

6 Juni 2020 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak belajar dari rumah pakai laptop PTR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak belajar dari rumah pakai laptop PTR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemerintah terus mempersiapkan penerapan new normal di tengah pandemi corona. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menerbitkan Pergub Nomor 51 Tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB masa transisi menuju masyarakat sehat, aman dan produktif.
ADVERTISEMENT
Aturan ini berlaku untuk warga Jakarta yang akan kembali beraktivitas dengan protokol aman dan terhindar dari virus corona. Sementara Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menerbitkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional persiapan new normal di seluruh kabupaten/kota Jawa Barat. Begitu juga dengan pemimpin-pemimpin daerah yang lain sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.
Berbagai persiapan ini mengundang rasa ingin tahu dan beragam pertanyaan dari masyarakat. Dari sektor pendidikan, misalnya, ada wacana bahwa sekolah anak akan kembali di buka pada Juli 2020, atau bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran 2020/2021.
Anak belajar dari rumah pakai laptop Foto: Shutterstock
Ada yang setuju karena menilai pembelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai tidak maksimal, ada pula yang tidak setuju karena khawatir dengan kesehatan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, bicara soal kesehatan anak, apa pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai hal ini?
"Membuka sekolah kembali tentunya kalau wabah sudah terkendali. Kalau kurva naik terus, angka mortalitas terus bertambah, tentu saja tidak," ujar Ketua Satgas COVID-19 IDAI, dr Yogi Prawira, SP.A (K) dalam satu diskusi tematik yang digelar secara online oleh Human Initiative pada Kamis (4/6).
"(Saat membahas new normal) orang selalu bilang mengenai Rt atau angka Reproduksi Efektif. Di Indonesia kalo kita bicara Rt, seberapa banyak jumlah sampelnya? Apakah sudah mewakili populasi? Ini data per Mei 2020 jadi orang Indonesia yang diperiksa itu hanya sekitar 0,062 per 1000 jiwa bandingkan dengan Malaysia misalnya mencapai 15,19 jadi 24 kali lipatnya dia melakukan testing. Ini penting sekali. Kenapa? Karena tadi zonasi, zona hijau, zona kuning, zona merah, kalau untuk bisa membuat satu daerah menjadi zona hijau gampang saja, enggak usah diperiksa maka jadi zona hijau, tapi kan tidak seperti itu, jadi apakah data tadi mewakili populasi?" tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, dr Yogi menjelaskan 5 anjuran IDAI soal kegiatan belajar mengajar anak di masa pandemi corona. Apa saja?
Ayah dan anak di tengah pandemi Corona Foto: Shutterstock
1. IDAI mendukung dan mengapresiasi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjadikan rumah sebagai sekolah dan melibatkan peran aktif siswa, guru dan orang tua dalam proses belajar mengajar.
2. IDAI menganjurkan agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap dilaksanakan melalui skema PJJ baik secara dalam jaringan maupun luar jaringan, menggunakan modul belajar dari rumah yang sudah disediakan oleh Kemdikbud.
3. Anjuran melanjutkan PJJ ini akan dievaluasi secara berkala mengikuti perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia. Dengan mempertimbangkan antisipasi lonjakan kasus kedua, sebaiknya sekolah tidak dibuka sampai bulan Desember 2020. Pembukaan kembali sekolah-sekolah dapat dipertimbangkan jika jumlah kasus COVID-19 telah menurun.
ADVERTISEMENT
4. Apabila sudah memenuhi syarat epidemiologi untuk kembali membuka sekolah, maka IDAI menghimbau agar semua pihak dapat bekerjasama dengan cabang-cabang IDAI sesuai dengan area yang sudah memenuhi syarat pembukaan. Perencanaan meliputi kontrol epidemi, kesiapan sistem layanan kesehatan dan sistem, surveilans kesehatan untuk mendeteksi kasus baru dan pelacakan epidemiologi.
5. Untuk keperluan ekstrapolasi data secara akurat maka IDAI menyarankan agar pemerintah dan pihak swasta melakukan pemeriksaan rt-PCR secara masif (30 kali lipat dari jumlah kasus konfirmasi COVID-19) termasuk juga pada kelompok usia anak.
Topi anti corona untuk anak. Foto: Shutterstock
"Intinya, kita minta awareness dari masing-masing. Selama wabah belum bisa dikendalikan, jangan lengah, Jangan mengendur. Mungkin saat ini kita capek, lelah harus WFH dan mengajari anak di rumah. Tapi percayalah, itu jauh lebih ringan dibandingkan harus dipisahkan dari anak yang sakit kritis dan masuk PICU (Pediatric Intensive Care Unit) karena COVID-19," dr Yogi memberi pesan pada orang tua melalui kumparanMOM, Jumat (5/6).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, kita tidak boleh lengah karena angka kematian 2% yang mungkin tampak rendah, Moms. Tapi bayangkan, 2% dari sekian puluh juta anak usia sekolah di Indonesia yang berisiko terpapar dan sakit. Tentu besar sekali jumlahnya.
"Kita bicara tentang anak manusia. Jadi utamakan hak sehatnya dulu baru hak belajarnya," tutup dr. Yogi.