Anti Boros! Sejak 2010 Keluarga Ini Pakai Biogas dari Kotoran Sapi untuk Masak

13 Februari 2025 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nyala lampu petromak yang sumber energinya dari biogas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nyala lampu petromak yang sumber energinya dari biogas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Memiliki bisnis rumahan yang tidak menyisakan sampah rasa-rasanya hampir mustahil dilakukan. Tapi tidak dengan keluarga Gatot Laksono yang tinggal di Dusun Surogalih, Desa Pucangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Pensiunan PNS ini mengoptimalkan semua yang berkaitan dengan peternakan sapi di rumahnya tanpa menyisakan sampah apa pun alias zero waste. Mulai dari pakan rumputnya yang ia cacah sehingga dapat dikonsumsi seluruhnya oleh sapi, hingga kotorannya pun dimanfaatkan untuk kompos, bahkan gas rumah tangga!
Instalasi biogas di rumah Gatot. Foto: Nur Khafifah/kumparan
Ya Moms, Gatot sudah sepenuhnya meninggalkan gas LPG sejak tahun 2010. Sejak saat itu, penggunaan gas di rumah Gatot diganti dengan biogas yang bersumber dari kotoran ternak sapi miliknya sendiri.
"Orang ribut-ribut LPG 3 kg langka, gas naik, saya nggak pengaruh. Pasokan gas selalu aman selama ada kotoran sapi," kata bapak 2 anak ini.
Instalasi biogas di rumah Gatot juga aman dan mudah pengaplikasiannya. Kotoran sapi di kandang tinggal didorong agar masuk ke instalasi dan semuanya sudah otomatis diproses jadi biogas.
Kandang sapi di rumah Gatot. Foto: Nur Khafifah/kumparan
Sebagian biogas yang dibuat Gatot juga dapat digunakan untuk penerangan pengganti listrik, meski belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan listrik rumah tangga. Selain itu, sisa kotoran sapi diolah menjadi vermikompos (pengomposan dengan bantuan cacing tanah). Vermikompos ini digunakan sebagai pupuk lahan yang ditanami rumput untuk pakan sapi. Dengan pupuk yang berkualitas, nutrisi yang dimakan sapi pun tercukupi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tanaman di sekitar rumah Gatot juga tumbuh subur. Banyak sumber makanan yang ia konsumsi sehari-hari berasal dari kebun di rumah.
Vermikompos di rumah Gatot. Foto: Nur Khafifah/kumparan
Sementara itu, cacing yang digunakan untuk vermikompos juga bisa dipanen untuk dijual.
"Cacing-cacing ini setelah 4 bulan kami jual untuk diolah jadi bahan baku kosmetik di Malang," kata anak Gatot, Widi Ilham Budiman (27), di kediamannya, Rabu (12/2).
Dengan demikian, usaha keluarga ini benar-benar tidak menyisakan sampah. Bahkan dengan pemanfaatan yang optimal justru menghasilkan pemasukan baru dan menekan biaya rumah tangga rutin.
Wah, keren ya, Moms!

Pelibatan Anak dan Update Ilmu Pengetahuan untuk Optimalisasi Ternak Sapi

Kandang sapi di rumah Gatot. Foto: Nur Khafifah/kumparan
Gatot yang sebelumnya hanya mengurus kandang bersama istri, kini telah melibatkan penuh Ilham dalam urusan ternak sapi di rumah dan turunannya, seperti kompos dan biogas. Ilham yang merupakan lulusan peternakan Universitas Islam Malang (Unisma) ini juga mempraktikkan ilmu yang ia dapat di kampus untuk pengembangan usaha di rumah.
ADVERTISEMENT
Mulai dari pemberian pakan yang diukur berdasarkan berat badan sapi, hingga pencatatan lain yang lebih detail. Uniknya setiap sapi milik keluarga Gatot diberi nama dan punya catatan kelahiran yang rapi, sehingga pendataannya lebih mudah.
"Dulu pakan disamaratakan untuk semua sapi, sekarang nggak, kita berikan sesuai berat badannya sehingga nutrisinya juga lebih optimal," kata Ilham yang mengaku bangga menjadi peternak muda ini.
Kandang sapi di rumah Gatot. Foto: Nur Khafifah/kumparan
Selain itu, dengan pendampingan dari PT Nestle, Gatot dan Ilham kini menyulap kandangnya jadi lebih nyaman untuk sapi. Dengan begitu, kualitas susu yang dihasilkan semakin baik dan kuantitasnya pun terjaga.
Saat ini mereka memiliki total 15 ekor sapi dengan 7 di antaranya aktif memproduksi susu. Rata-rata setiap harinya keluarga Gatot bisa menyetor susu ke KUD sebanyak 60 liter dengan harga per liter sekitar Rp 7.300.
ADVERTISEMENT
Ilham dan Gatot berharap usaha ternak keluarga yang telah dimulai sejak tahun 1990 ini terus berkembang. Dari yang semula 1 ekor, kini 12 ekor, dan harapannya akan lebih banyak lagi. Apalagi lahan kosong di rumah Gatot masih luas sehingga bisa dimanfaatkan untuk memperluas kandang suatu saat nanti.