Apa Itu Tiger Parenting? Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anak, Lho!

19 Desember 2023 16:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apa Itu Tiger Parenting? Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anak, Lho! Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Apa Itu Tiger Parenting? Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anak, Lho! Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang tua punya kesepakatan masing-masing tentang pola pengasuhan anak-anak. Ada berbagai macam istilah seputar pengasuhan anak, salah satunya tiger parenting. Apa itu?
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Very Well Family, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh penulis buku dan profesor hukum, Amy Chua, dalam bukunya yang berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mom'.
Dalam bukunya, Chua menjelaskan, pola pengasuhan ini didasarkan pada strategi pengasuhan harimau. Bukunya ini menuliskan pola pengasuhan yang terpengaruh kebudayaan China sebagai asal usulnya.
Buku tersebut dibuat sebenarnya bukan sebagai panduan, melainkan memoar yang menceritakan pengalamannya dalam menerapkan pola pengasuhan harimau pada putrinya sendiri. Namun, berujung putrinya yang jadi memberontak.

Apa yang Dimaksud Tiger Parenting?

Tiger parenting mengacu pada metode pengasuhan ketat dan tegas dengan tujuan untuk mendorong anak berprestasi dan unggul secara akademis dengan segala cara. Secara khusus, orang tua cenderung akan mengatur kehidupan anak-anaknya demi memenuhi harapan tinggi mereka. Bahkan, hampir tidak ada ruang bagi anak-anak untuk bernegosiasi mengenai pendapatnya.
ADVERTISEMENT
Pola asuh ini menerapkan banyak aturan dan mengendalikan penuh layaknya induk hewan kepada anak-anaknya. Beberapa hal yang diterapkan orang tua 'harimau' seperti membatasi anak bersosialisasi dengan teman-temannya dan mementingkan belahar atau mengikuti ekstrakurikuler yang bergengsi.
Orang tua juga akan lebih fokus agar anak bekerja keras dan mengorbankan keseimbangan hidup demi kesuksesan jangka panjang. Sehingga, anak mungkin bisa saja tidak boleh mendatangi pesta ulang tahun temannya, menginap bersama, atau acara lainnya yang dapat mengalihkan perhatiannya.
Pendekatan yang dilakukan orang tua juga menekankan pada rasa takut anak. Bahkan, orang tua dapat menggunakan ancaman emosional dan hukuman fisik ketika anak berperilaku buruk, kurang percaya pada kemampuan anak dalam mengambil keputusan, hingga tidak menghargai privasi si kecil.
ADVERTISEMENT
Dan terakhir, kesuksesan didefinisikan sebagai prestasi. Contohnya, saat anak mendapat nilai A, berhasil menjadi dokter atau pengacara, menghasilkan banyak uang, dan memenangkan kompetisi. Sementara kecerdasan emosional, kreativitas, pemikiran kritis, membangun relasi, hingga soft skill lainnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang bisa menjadi kesuksesan anak.
Namun sayangnya, cara ini dianggap American Psychology Association tidak efektif dalam menciptakan anak yang jenius.

Pro dan Kontra Metode Tiger Parenting

Ilustrasi ibu memarahi anak. Foto: Shutter Stock
Metode tiger parenting merupakan salah satu pola asuh yang masih menjadi perdebatan oleh para orang tua.
Pada ayah dan ibu yang mempraktikkan metode ini percaya bahwa pengasuhan yang ketat dapat bermanfaat bagi anak-anak dalam kesuksesan di masa depan. Selain itu, orang tua percaya bahwa dengan menetapkan standar tinggi, maka sekaligus dapat menanamkan etos kerja yang kuat dan membuat anak jadi disiplin hingga dewasa. Anak-anak yang dibesarkan dalam metode pengasuhan ini juga akan terbiasa bekerja keras sejak dini.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Chua dalam bukunya menekankan tetap ada ruang agar pengasuhan ini berjalan positif, seperti tetap bersikap hangat dan suportif, dan bukan hanya bersikap tegas. Sehingga, idealnya anak-anak akan tetap merasa didukung, meski akan sangat didorong untuk bekerja keras.
Sementara orang tua yang kontra menganggap pola pengasuhuan ini dapat membahayakan kesehatan mental anak. Seperti mungkin akan takut melakukan kesalahan atau merasa telah mengecewakan ayah dan ibu jika mereka tidak bisa memenuhi standar orang tuanya.
Meskipun mereka mengasosiasikan prestasi akademis dengan kesuksesan, namun banyak juga yang percaya bahwa ada cara lain untuk mengukur prestasi anak. Sebuah penelitian tahun 2013 juga menunjukkan metode ketat seperti tiger parenting juga bisa memberikan hasil yang berlawanan dari apa yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Ditemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya menerapkan tiger parenting tidak lebih mungkin mencapai keberhasilan akademis, dibandingkan anak-anak yang orang tuanya menggunakan metode pengasuhan alternatif. Studi ini juga menemukan bahwa anak-anak lebih cenderung mengalami masalah psikologis, seperti peningkatan risiko kecemasan dan depresi.

Bagaimana Menghindari Tiger Parenting dalam Pengasuhan Anak?

Tidak semua orang tua langsung siap ketika memiliki anak. Kebanyakan dari Anda mungkin akan menerapkan pola pengasuhan berdasarkan bagaimana mereka dibesarkan, apa yang dilihat dan dibaca, hingga nasihat dan keluarga atau teman.
Sehingga, bila cara pengasuhan seperti tiger parenting mungkin pernah Anda dengar, Anda bisa mempertimbangkan hal-hal ini dulu bila ingin menerapkannya:
1. Lebih Mendengarkan Anak
Luangkan waktu untuk mendengar dan memahami apa yang terjadi pada anak, baik secara mental maupun emosional. Hindari langsung berasumsi anak melakukan kesalahan, dan lebih baik biarkan si kecil mengekspresikan diri dan memvalidasi emosinya.
ADVERTISEMENT
Ketika orang tua menyediakan lingkungan yang aman bagi anak dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia juga dapat membangun kepercayaan dirinya. Saat anak merasa percaya dan aman bersama orang tuanya, maka ia akan datang kepada Anda saat membutuhkan bantuan maupun dukungan.
2. Kenali Anak Anda
Khususnya bagi orang tua bekerja, akan selalu ada ruang untuk Anda mengenal anak lebih dalam. Setiap hari, selalu luangkan waktu untuk sekadar ngobrol atau bermain dengan anak. Sehingga, Anda pun juga sekaligus membangun hubungan yang lebih dekat dengan si kecil.
3. Dorong untuk Berbicara
Biarkan anak ikut berbagi pemikiran dan ide mereka, sehingga mereka akan merasa dihargai dan membangun kepercayaan dirinya juga. Anda bisa mengajukan pertanyaan atau menunjukkan dukungan, alih-alih menutup ide yang mungkin Anda tidak setuju. Hal ini membantu mereka memahami bahwa sudut pandang berbeda adalah hal yang wajar, Moms.
ADVERTISEMENT
4. Hormati Privasi Anak
Penelitian menunjukkan melanggar privasi anak dapat merusak kepercayaan dan harga diri anak. Padahal, privasi adalah hal anak dan penting bagi ayah ibu membiarkannya untuk mengeksplorasi ide-ide baru, emosi, hingga hubungan sosial.
5. Beri Anak Memilih
Ini juga tidak kalah penting, karena ketika anak tumbuh dewasa, ia harus membuat banyak keputusan dalam hidupnya. Bila orang tua terus terlibat dalam pengambilan keputusan anak, maka ia tidak akan memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusannya sendiri kelak.
6. Beri Pujian dan Dukungan
Orang tua yang menerapkan tiger parenting tidak pernah terkesan saat anak telah melebihi harapan mereka. Namun, ketika upaya yang dilakukan anak tidak divalidasi orang tuanya, nantinya mereka akan jadi mempertanyakan harga diri mereka.
ADVERTISEMENT
Sehingga, penting bagi orang tua untuk bisa memberi pujian pada hal sekecil apa pun yang telah dilakukan orang tua. Begitu juga saat anak melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan, hindari menghakimnya dan justru dorong ia untuk terus mencoba agar lebih baik ke depannya.