Baju Bekas Bisa Menambah Derita Pengungsi Tsunami! Ini Penjelasannya

1 Oktober 2018 14:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pakaian bekas atau layak pakai untuk disumbang. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pakaian bekas atau layak pakai untuk disumbang. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Jumlah korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal akibat gempa dan Tsunami di Donggala dan Palu setiap harinya, semakin meningkat. Sementara, ribuan masyarakat yang selamat kini berada di titik-titik pengungsian dan sangat membutuhkan bantuan.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang sangat dibutuhkan oleh para pengungsi ini adalah pakaian. Namun, pikir dulu dua kali sebelum Anda cepat-cepat mengemas pakaian yang sudah terpakai, atau baju bekas Anda untuk para korban Tsunami.
Menurut Creative Strategic Communication Director Aksi Cepat Tanggap (ACT), Nurman Priatna, sebenarnya akan lebih baik kalau kita hanya mendonasikan baju yang baru pada para pengungsi di daerah bencana. Pasalnya, baju bekas justru dapat menimbulkan masalah baru bagi mereka.
Kepada kumparanMOM, Senin (1/10), Nurman menjelaskan 4 alasannya:
1. Tumpukan Tak Terpakai
Baju bekas yang terkumpul biasanya belum disortir dan banyak yang sebenarnya sudah tidak layak pakai. Akhirnya, baju-baju ini hanya menumpuk dan tidak bisa dimanfaatkan.
"Cuma jadi gundukan yang tidak terpakai dan tidak dimanfaatkan oleh pengungsi. Kami melihat, kemungkinan kondisi psikologis atau trauma yang masih menempel pada para pengungsi (sehingga tak memanfaatkan pakaian layak pakai tersebut)," kata Nurman.
Pengungsi Antre Ambil Bantuan di Bandara Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Antre Ambil Bantuan di Bandara Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
2. Salah Sasaran
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kadang baju layak pakai dari donatur yang dikirim itu tidak sesuai dengan kondisi daerah tertentu. Misalnya, ada baju berjenis tank top tapi dikirim ke daerah yang mayoritas penduduknya cukup religius. Meski tampak sederhana, namun ini dapat menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat setempat.
"Memang tak semuanya begitu, namun penyalur bantuan seperti ACT juga tak punya banyak waktu untuk menyortir pakaian-pakaian tersebut. Para donatur mungkin nggak ada niat buruk, atau juga tidak memikirkan kira-kira siapa yang akan menerima baju-baju dari mereka itu," tambahnya.
3. Sisi Kesehatan
Menurut Nurman, alasan kesehatan merupakan alasan yang paling penting untuk tidak mengirim baju bekas. Karena bisa saja, ada penyakit yang bisa menular lewat baju yang disumbangkan. Penyakit kulit misalnya. Bila hal seperti ini terjadi, akhirnya bukan meringankan beban para pengungsi tapi menimbulkan masalah baru.
ADVERTISEMENT
"Kalau mereka sampai jatuh sakit karena barang yang kita beri, malah merepotkan. Persediaan air, obat-obatan dan tenaga medis serba terbatas di sana!" Nurman menjelaskan.
Ilustrasi Barang Bantuan Bencana Alam (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Barang Bantuan Bencana Alam (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
4. Pakaian baru bisa jadi investasi
Pakaian baru lebih awet, lebih bisa dipakai lebih lama, dan lebih aman. Tidak hanya itu, penyalurannya pun jadi lebih cepat karena para relawan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyortirnya lagi.
Meskipun begitu, menurut Nurman, bukan berarti baju bekas tidak dapat bermanfaat. "Tetap akan bermanfaat, terutama bila masih layak pakai. Ini hanya masalah prioritas dan untuk jadi bahan pertimbangan saat hendak membantu saja," tutup Nurman.
Nah Moms, bila Anda hendak mengirimkan bantuan pakaian untuk para pengungsi gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah, maupun para pengungsi di daerah bencana lainnya, Anda dapat membaca panduan memilih dan memiliahnya di sini.
ADVERTISEMENT