news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Bayi Kena Anemia Sampai Harus Transfusi Darah, Kenapa Bisa Terjadi?

20 Maret 2025 17:00 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Zat besi berperan penting dalam tumbuh kembang seorang bayi, mulai dari metabolisme energi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, perkembangan otak, hingga membantu produksi sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan asupan zat besi rentan membuat si kecil mengalami masalah kesehatan, salah satunya anemia.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, anak-anak kecil yang tidak mendapat cukup zat besi, baik dari makanan kaya zat besi maupun suplemen, maka dapat mengalami anemia.
Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah atau kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen menurun.
Jika anak terus mengalami kekurangan zat besi, kondisi ini bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Dampaknya, pertumbuhan si kecil terhambat hingga mengalami kesulitan dalam beraktivitas.
Seperti yang dialami oleh pengguna akun Instagram @siva_ruhiaaa, yang mengunggah sebuah video dengan memperlihatkan bayinya terbaring di kasur sebuah rumah sakit. Bayinya menangis, dan terlihat di sampingnya selang transfusi sedang mengalirkan darah di tangan mungilnya.
ADVERTISEMENT
"Yura, aku telat ngasih anakku zat besi. Jadinya, dia anemia dan harus transfusi," tulisnya dalam video tersebut. kumparanMOM telah diizinkan untuk mengutipnya.
Siva juga berpesan kepada orang tua lainnya agar mengenali penyebab anemia pada bayi, agar tidak sampai mengalami peristiwa yang sama dengannya.

Mengapa Bayi Bisa Terkena Anemia, dan Bahkan Sampai Menerima Transfusi Darah?

Dokter Spesialis Anak, dr. Reza Abdussalam, Sp.A, menjelaskan tanda-tanda awal bayi mengalami anemia. Biasanya, bayi akan terlihat pucat, kurang aktif, dan berat badan sulit naik.
Menurut dokter yang praktik di RS Brawijaya Antasari itu, bayi dengan full ASI cenderung lebih rentan mengalami anemia defisiensi besi ketimbang bayi yang tidak mengkonsumsi ASI.
"Hal ini dikarenakan jumlah besi yang terserap melalui ASI itu hanya sedikit. Sedangkan kebutuhan tubuh pada [zat] besi akan meningkat sejak usia 6 bulan. Ketimpangan ini yang mewajibkan anak memulai MPASI sejak usia 6 bulan diharapkan ada sumber zat besi lain yang didapat dari selain ASI," tutur dr Reza kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Lantas, kenapa ada bayi yang sampai harus menerima transfusi darah?
"Transfusi darah sendiri dilakukan jika memang kadar hB (hemoglobin) kurang dari 8 gr/dL dan kadang disertai dengan gangguan napas. Akan tetapi, semua tindakan termasuk transfusi tergantung penilaian masing-masing dokter spesialis anak yang merawat bayi," jelas dr. Reza.
Di sisi lain, dr. Reza membenarkan bayi yang tidak diberi menu MPASI dengan minim kandungan zat besi, atau pun tidak rutin diberi suplementasi besi, akan rentan mengalami anemia. Hal ini akan terlihat, salah satunya lewat evaluasi berat badan dan tinggi badan bayi yang sulit naik, Moms.
Ilustrasi memberi obat bayi dengan drop Foto: Shutterstock
Tenang saja, karena anemia pada bayi bisa dicegah. Bila si kecil sudah MPASI, pastikan untuk memilih makanan yang mengandung zat besi.
ADVERTISEMENT
Masih dikutip dari laman CDC, zat besi dalam makanan memiliki dua bentuk: zat besi heme dan non-heme. Zat besi heme umumnya ditemukan dalam produk hewani, dan cenderung lebih mudah diserap tubuh dibandingkan zat besi non-heme. Sementara zat besi non-heme terdapat pada tanaman dan produk yang diperkaya zat besi.
Beberapa makanan dengan zat besi heme:
Sedangkan makanan dengan zat besi non-heme adalah:
Agar penyerapan zat besi lebih maksimal, Anda bisa memadukan dengan makanan kaya vitamin C, seperti buah jeruk, beri, pepaya, tomat, ubi jalar, maupun sayuran seperti brokoli atau kubis.
ADVERTISEMENT
Bila anak Anda masih di bawah 6 bulan, maka dr. Reza menyarankan agar bisa diberi suplementasi besi.
"Suplementasi besi bisa diberikan sejak usia 4 bulan untuk bayi yang lahir cukup bulan, dan untuk bayi lahir prematur atau yang lahir dengan berat badan lahir rendah di bawah 2,5 kg dimulai sejak usia 1 bulan," tutup dia.
Dan terakhir, dr. Reza juga menyarankan agar bayi bisa dilakukan skrining anemia lewat pemeriksaan darah mulai usia 9-12 bulan.