Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Benarkah Suami Lebih Drama saat Sakit Dibanding Istri? Ini Penjelasan Ilmiahnya!
4 Maret 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski mungkin Anda menganggap suami manja dan drama saat sakit, namun para peneliti menyebutnya sebagai 'man flu'. Istilah ini merujuk pada kondisi pria yang mengalami flu atau demam, namun terlihat sangat menderita pada gejala yang dialaminya.
Dikutip dari Very Well Health, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh wanita mungkin bereaksi secara berbeda. Sehingga, ketika ibu lagi sakit, gejala yang dialami mungkin lebih ringan dibandingkan pria. Meski begitu, penelitian lain menunjukkan wanita yang terkena flu tetap berkemungkinan memiliki gejala yang sama dari pria, atau bahkan lebih parah.
Tidak hanya digunakan untuk menggambarkan respons berlebihan terhadap gejala pilek dan flu, peneliti juga mendefinisikan 'man flu' sebagai hipersensitivitas terhadap rinosinusitis (infeksi sinus) pada pria. Infeksi sinus bisa menyebabkan gejala yang mirip dengan pilek dan flu biasa, seperti hidung tersumbat, kelelahan, dan terkadang disertai demam.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, 'man flu' juga sempat mendapat sanggahan dari peneliti lainnya. Sebuah studi tahun 2022 menentang konsep ini karena berpendapat bahwa gejala flu dan pilek sangat bervariasi, dan tidak boleh dikaitkan dengan perbedaan gender.
Jadi, Apa Penjelasan Ilmiah 'Man Flu'?
Mengingat penelitian seputar 'man flu' masih belum mendapat hasil yang mendukung, seorang profesor dan ketua departemen keluarga dan kesehatan masyarakat di Robert Wood Johnson Medical School, Rutgers University, Alfred F. Tallia, MD, MPH, menyebut persepsi gejala flu dapat bervariasi dari orang ke orang. Bervariasinya gejala sakit yang dialami disebabkan oleh berbagai faktor, namun tidak berakar pada perbedaan sistem kekebalan tubuh wanita dan pria.
"Persepsi terhadap gejala sakit dipengaruhi oleh banyak hal. [Termasuk] kondisi kesehatan umum seseorang, kondisi lain yang dapat memperburuk atau meringankan gejala, pola asuh keluarga, atau budaya masyarakat tentang bagaimana merespons terjadinya penyakit," ujar Tallia.
Bahkan, Tallia menjelaskan tidak ada perbedaan dalam bagaimana sistem kekebalan tubuh wanita dan pria dalam menghadapi gejala flu. Dalam beberapa kasus, wanita mungkin bisa lebih rentan terhadap flu.
ADVERTISEMENT
"Insiden flu bervariasi menurun usia dan jenis kelamin. Tingkat influenza pada wanita --terutama usia produktif 18-49 tahun-- lebih tinggi daripada pria, dan rawat inap yang lebih tinggi dibandingkan pria pada usia yang sama," tuturnya.
Sementara dikutip dari laman Harvard Health Publishing, Harvard Medical School, ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui. Salah satunya adalah kemungkinan lain bahwa pria benar-benar mengalami penyakit pernapasan yang berbeda dari wanita, atau nyeri akibat penyakit arteri koroner seperti serangan jantung. Selain itu, hal penting lainnya adalah:
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa mungkin ada hal lain yang menyebabkan 'man flu' selain sebagai pria yang melebih-lebihkan gejala mereka atau tidak berdaya saat sakit. Meskipun buktinya tidak pasti, bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa flu mungkin lebih parah pada pria.
Pria Lebih Drama saat Sakit karena Hasil Konstruksi Sosial?
Di sisi lain, ada kemungkinan faktor sosiologis dan psikologis bisa menjelaskan mengapa beberapa pria tampak lebih lemah saat demam atau flu. Salah satu alasannya mungkin adalah ekspektasi masyarakat, menurut Patrice Le Goy, PhD, MBA, LMFT, seorang psikolog internasional dan terapis perkawinan dan keluarga berlisensi yang berbasis di California.
"Saya merasa anak perempuan dibesarkan dengan cara yang berbeda, menjadi lebih penyayang, dan menjadi orang yang mengurus orang lain dibandingkan yang diurus," kata Le Goy.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan ini mungkin membuat wanita cenderung tidak mau beristirahat yang lama atau mengambil cuti kerja saat mereka sakit. Sementara pria mungkin dikondisikan untuk mengasumsikan peran sebagai pasien daripada merawat diri mereka sendiri.
Kemudian faktor lain yang melatarbelakangi 'man flu' adalah kemungkinan adanya larangan pada pria untuk mengungkapkan ketidaknyamanan emosional saat mereka sakit.
"Banyak pria diajarkan bahwa satu-satunya [keluhan] yang sah adalah keluhan fisik. Ketika mereka sakit, [sering kali] mereka mengalami bencana besar yang bercampur dengan gejolak emosi dan stres yang tidak bisa mereka ungkapkan," ucap psikolog Justin Puder, PhD.