Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Beragam Metode Pembelajaran di Sekolah, Mana yang Paling Baik?
5 Maret 2019 17:45 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
ADVERTISEMENT
Memilih sekolah anak memang harus teliti. Jangan sampai terjebak hanya karena melihat brosur atau keterangan di website-nya saja, Moms. Apalagi kalau hanya dari cerita teman atau kerabat Anda. Sebaiknya, sebelum memutuskan pilihan, Anda melakukan survei dan observasi di sekolah itu. Pastikan sekolah yang Anda pilih sesuai dengan kebutuhan anak.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga penting agar kita tidak salah paham atau kecewa di kemudian hari. Salah paham mengenai metode pembelajaran yang ditawarkan misalnya. Nah, sebenarnya metode pembelajaran itu apa sih? Apa bedanya dengan kurikulum?
Moms, kurikulum dan metode pembelajaran adalah hal yang berbeda. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada murid dalam satu periode jenjang pendidikan. Sementara metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
Lantas, untuk memilih sekolah anak , metode pembelajaran seperti apa yang harus dipilih orang tua?
Untuk menjawab hal itu, kumparanMOM menghubungi Weilin Han, pemerhati dan praktisi pendidikan serta pelatih guru. Menurutnya, sebelum mengenal metode pembelajaran di sekolah anak, Anda harus paham dulu dengan 4 hal dasar pembelajaran.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada 4 hal yang tidak terpisahkan, crective teaching, critical thinking, reflective dan constructive. Jadi, kalau cuma heboh doang, tapi enggak berpikir kritis, dan tidak dimaknai/reflective, ya cuma berhenti di 'rame'. Kalau cuma kritis, tapi caranya enggak creative dan enggak reflective, akhirnya cuma nyinyir dan senang nyari kambing hitam. Sementara, reflective, baru akan 'kena' ke rasa, makna dan membuat 'tangan' bergerak, kalau metodenya creative dan critical," jelas Weilin kepada kumparanMOM, Senin (4/3).
Metode pembelajaran, menurut Weilin, sangatlah beragam. Orang tua sering kali ditawarkan dengan berbagai metode pembelajaran yang tak jarang membuat bingung. "Metode itu banyak sekali dan masing-masing beririsan. Misalnya, Montessori, ya itu pasti hands on dan creative. Tapi, hanya di preschool kuatnya. Experiential learning, itu aliran Dewey, ya juga creative dan constructive."
Metode Montessori dan Dewey, hanya dua contoh dari banyak sekali metode yang ada. Masih banyak lagi metode pembelajaran yang mungkin akan Anda dengar saat sedang mencari sekolah anak . Apapun nama metodenya, ingat saja 4 hal dasar yang dijelaskan Weilin tadi, yaitu: crective teaching, critical thinking, reflective dan constructive.
ADVERTISEMENT
Cari tahu, apakah metode pembelajaran di sekolah yang Anda pilih telah mencakup keempat hal dasar ini. Dengan demikian, menurut Weilin, proses penilaian di sekolah tidak dapat sekadar dengan ulangan tertulis, yang sifatnya hanya hapalan.
"Metode tadi juga sangat berkaitan erat dengan disiplin positif. Sekolah yang baik akan menumbuh kembangkan rasa aman dan nyaman bagi anak-anak untuk bereksplorasi dan mempertanyakan apa yang dia ingin ketahui. Ketika anak keliru atau gagal (dan itu sangat wajar) anak tidak akan menerima hukuman baik dalam bentuk fisik, verbal maupun bentuk disiplin yang tidak ada kaitannya dengan kekeliruan yang terjadi.
Tapi, anak diajak untuk berpikir konsekuensi logis atas setiap perkataan atau perbuatannya. Ketika anak keliru, anak diajak untuk memikirkan pemecahan masalahnya," tutup Weilin.
ADVERTISEMENT