Berapa Kali Harus Periksa ke Dokter Kandungan saat Trimester Kedua?

30 Oktober 2019 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memasuki trimester kedua, banyak ibu hamil yang merasa kondisi tubuhnya jauh lebih baik. Salah satunya, gangguan mual atau sakit kepala semakin berkurang. Meski begitu, Anda tetap wajib memeriksakan kehamilan untuk mengetahui perkembangan kesehatan Anda dan janin.
ADVERTISEMENT
Pemeriksaan kandungan ini juga menjadi penting demi meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi berapa kali kita harus memeriksakan diri selama trimester kedua kehamilan?
periksa hamil di trimester kedua Foto: Shutterstock
Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2016 di laman resminya, menambah dari total empat menjadi delapan kali bagi calon ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Sebab hal ini bertujuan menciptakan pengalaman kehamilan yang positif, Moms. WHO juga mengharapkan, para calon ibu akan 'merasa lebih kenyang' dalam mendapat informasi terkait kesehatan dan kehamilan dari ahlinya langsung.
Total 8 kunjungan itu di antaranya pada waktu usia kehamilan 12 minggu, kemudian pada usia kandungan 20, 26, 30, 34, 36, 38 dan 40 minggu. Ini artinya, selama trimester kedua yang berlangsung pada usia kandungan 14 hingga 27 minggu, Anda perlu menemui dokter setidaknya dua kali, Moms.
ibu hamil diperiksa dokter Foto: Shutterstock
WHO juga menyebut, delapan kali kunjungan adalah waktu minimal yang direkomendasikan. Sebab, pada beberapa orang, bisa lebih dari delapan kali. Alasannya Anda merasa hal itu perlu dilakukan selama trimester kedua, biasanya lebih berkaitan sebagai euforia calon orang tua baru. Tapi bisa juga karena dokter menyarankannya demikian, terlebih bila Anda terindikasi punya komplikasi.
ADVERTISEMENT
Apa saja yang diperiksa selama trimester kedua kehamilan? Umumnya dokter akan menanyakan apakah mual masih berlangsung; mengecek darah untuk mengetahui ada tidaknya potensi kelainan bawaan pada bayi; mengetahui perkembangan detak jantung serta ukuran bayi; hingga tes glukosa untuk mengecek apakah ibu hamil mengalami diabetes gestasional atau tidak, dan lain sebagainya.