Bisakah Bayi Tahu Perasaan Ibunya?

6 Oktober 2020 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ibu dan bayi - POTRAIT Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ibu dan bayi - POTRAIT Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ada begitu banyak perasaan yang akan dialami ibu setelah punya bayi. Mulai dari bahagia, berbunga-bunga, bingung, galau, cemas, takut, dan banyak lagi. Apalagi ibu dengan bayi baru lahir. Maklum, ada banyak yang perubahan maupun tantangan yang harus dihadapi.
ADVERTISEMENT
Berbagai perasaan ibu ini mungkin memancing pasangan atau keluarganya berkomentar atau memberi saran. Salah satunya komentar untuk jangan menunjukkan perasaan atau sebisa mungkin memendamnya supaya bayi tidak ikut terbawa perasaan sang ibu.
Eh, memangnya bisa ya, bayi tahu dan ikut merasakan perasaan ibunya?
Ilustrasi bayi mengerti perasaan ibu Foto: Shutterstock

Kata Ahli Soal Bayi dan Perasaan Ibu

Dilansir What to Expect, sebuah studi yang diterbitkan oleh jurnal Psychological Science menunjukkan kalau bayi bisa merasakan perasaan sang ibu. Saat ibu stres misalnya.
Bayi tidak hanya merasakan perasaan stres ibunya, tapi juga menunjukkan perubahan fisiologis yang sesuai dengan apa yang dirasakan ibu. Selain itu, dalam studi lainnya tahun 2018 di Swiss menemukan bahwa bayi mampu membedakan emosi dari orang dewasa berdasarkan ekspresi wajah dan suara.
ADVERTISEMENT
Bayi mengembangkan kemampuan emosional mereka sejak awal kehidupan. Dalam enam bulan pertama, anak bisa membedakan emosi yang berbeda dari senang, sedih, sampai marah. Studi tersebut menemukan bahwa bayi memiliki preferensi alami untuk wajah dan suara bahagia, terutama sebelum usia mereka 6 bulan.
Setelah mereka berusia lebih dari 6 bulan, mereka mampu membedakan lebih banyak emosi di luar dasar-dasar kebahagiaan, ketakutan, kemarahan, dan kesedihan. Selain itu, peneliti juga meneliti dampak emosi orang tua bagi perkembangan bayi.
Emosi orang tua ketika berdebat dan berkonflik di depan anak, bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. Bayi yang terpapar emosi kemarahan dalam bentuk suara marah dan konflik bisa meningkatkan respons saraf di otak.
Area otak yang terkait dengan emosi, reaktivitas stres, dan regulasi semuanya terpengaruh ketika bayi terpapar suara marah dengan suara netral, yang membuat peneliti menduga bahwa lingkungan yang membuat si kecil stres, bisa mempengaruhi otaknya.
ADVERTISEMENT
Artinya bayi dengan cepat menyesuaikan diri dengan respons stres mereka dan menunjukkan tanda-tanda tersebut. Bayi yang ibunya berbicara dengan negatif, menunjukkan peningkatan detak jantung yang signifikan pada bayi.
Ibu dan bayi Foto: Shutterstock
"Sebelum bayi dapat berbicara secara verbal dan dapat mengekspresikan diri mereka sepenuhnya, kita dapat melihat betapa mereka sangat selaras dengan kondisi emosional pengasuh mereka," kata salah satu peneliti, Sara F. Waters.
Bayi Anda mungkin tidak dapat memberitahu Anda bahwa Anda tampak stres atau menanyakan apa yang salah, tetapi penelitian menunjukkan, begitu ia berada di pelukan Anda, ia menangkap respons tubuh yang menyertai keadaan emosional Anda dan segera mulai merasakan di tubuhnya sendiri emosi negatif dari ibunya.

Yang Harus Dilakukan Ibu

Meski stres dan perasaan negatif lainnya adalah sesuatu yang normal, namun bila dirasakan dalam jangka waktu yang panjang, hal tersebut bisa mempengaruhi tumbuh kembang bayi, Moms. Jadi temukan cara untuk mengurangi tingkat stres Anda, Moms.
ADVERTISEMENT
Misalnya melalui latihan pernapasan, berolahraga, makan makanan bergizi, menghirup udara segar, meminta pasangan untuk bekerja sama menghilangkan stres, bermeditasi, dan meluangkan waktu untuk me time. Namun jika Anda merasa sangat stres sehingga pereda stres ini tidak dapat menguranginya, bicarakan dengan praktisi Anda atau hubungi terapis untuk mendapatkan bantuan