BKKBN Ungkap Pria Masih Ogah Pakai Kontrasepsi, padahal Lebih Kecil Risikonya!

8 Mei 2023 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BKKBN Ungkap Pria Masih Ogah Pakai Kontrasepsi, padahal Lebih Kecil Risikonya! Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
BKKBN Ungkap Pria Masih Ogah Pakai Kontrasepsi, padahal Lebih Kecil Risikonya! Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk menunda kelahiran. Kontrasepsi yang tersedia bagi wanita pun berbagai macam jenis dan efek samping. Namun, bagaimana dengan kontrasepsi untuk pria?
ADVERTISEMENT
Ya Moms, tidak hanya wanita, para bapak-bapak pun juga bisa membantu mengendalikan kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Jenisnya juga beragam, walaupun secara jumlah tidak sebanyak pilihan untuk wanita. Mulai dari kondom, suntik hormon, pil KB, hingga vasektomi.
Sayangnya, di Indonesia sendiri pria yang menggunakan kontrasepsi masih sedikit sekali. Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017, tercatat hanya sekitar 2,7 persen pria yang menjadi peserta Program KB. Data ini meliputi 2,5 persen pengguna kondom dan 0,2 persen pengguna metode Metode Operasi Pria (MOP) jenis vasektomi.
Sementara data dalam Sistem Informasi Keluarga BKKBN tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya ada 2,2 persen pria yang menggunakan alat kontrasepsi kondom dan 0,25 persen pria yang menjalani vasektomi. Sementara persentase pria yang menjadi peserta Program KB pada 2022 tercatat 2,48 persen, atau belum sampai separuh dari target yang ditetapkan sebesar 5,33 persen.
ADVERTISEMENT
Apa sih yang menjadi penyebab masih sedikit pria yang menggunakan kontrasepsi?
Ilustrasi kondom. Foto: Shutter Stock
"Ini disebabkan oleh adanya mitos atau salah persepsi bahwa vasektomi sama seperti kebiri, yang menyebabkan hilangnya gairah, juga masih jarangnya tokoh dan pemuka masyarakat yang meneladankan ber-KB menjadi penyebab utama rendahnya capaian KB pria, khususnya vasektomi," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Shodiqin, dalam siaran persnya.
Padahal, kontrasepsi bagi pria cenderung lebih kecil risikonya dibandingkan yang dilakukan wanita, lho.
"KB pria jauh lebih kecil risikonya. Seperti kondom, itu nyaris tidak berisiko, karena jarang ditemui pengguna yang menderita alergi lateks. Paling hanya merasa kurang nyaman dan praktis saja," ungkap Shodiqin.
Selain itu, kondom pun juga cenderung jarang dikeluhkan penggunaannya. Berbeda dengan beberapa jenis KB yang bisa menimbulkan efek samping, seperti haid jadi tidak teratur hingga memengaruhi keseimbangan hormon. Perubahan fisik juga bisa terjadi, seperti menyebabkan berat badan bertambah dan menimbulkan jerawat.
ADVERTISEMENT

Prosedur Vasektomi yang Cepat dan Minim Rasa Sakit

Ilustrasi Vasektomi untuk pria. Foto: stoatphoto/Shutterstock
Bicara soal vaksektomi, sudah tahu belum cara kerjanya seperti apa? Dilansir WebMD, vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi pria yang dilakukan dengan cara memutus penyaluran atau menghalangi sperma ke air mani saat suami berejakulasi. Prosedur ini hampir 100 persen efektif dan sangat jarang menyebabkan kehamilan pada istri setelah berhubungan seks tanpa pengaman.
Takut kesakitan saat menjalani metode ini atau jadi tidak subur? Tenang saja, itu cuma mitos, kok! Shodiqin menjelaskan bahwa vasektomi hanya berupa operasi ringan yang dengan pembiusan lokal. Operasinya sendiri bisa selesai dalam waktu kurang dari 20 menit jika tidak ada faktor penyulit.
"Dalam vasektomi tidak ada organ yang diambil atau dibuang. Yang dilakukan adalah memotong dan mengikat saluran sperma agar air mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma," jelas Shodiqin.
ADVERTISEMENT
"Jadi, karena tidak bisa bergabung dengan air mani, maka selanjutnya diserap oleh peredaran darah untuk dimanfaatkan sel-sel atau jaringan yang membutuhkan," lanjut dia.
Jadi, pengendalian kelahiran tidak hanya tugas wanita saja, tetapi juga pria alias para bapak-bapak. Bila dilakukan bersama, maka Anda dan suami bisa meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan ibu serta bayinya, begitu memenuhi hak-hak reproduksi.