Bolehkah Anak Konsumsi Minuman Bersoda?

12 Mei 2024 16:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bolehkah Anak Konsumsi Minuman Bersoda? Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Bolehkah Anak Konsumsi Minuman Bersoda? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Minuman berkarbonasi alias minuman bersoda memiliki banyak varian rasa dan tersedia di banyak tempat. Rasa yang manis menjadikan minuman yang satu ini menarik perhatian anak. Tapi sebenarnya, aman nggak ya buat anak?
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Very Well Family, ahli diet anak sekaligus juru bicara di Academy of Nutrition and Dietetics (DAN), Amerika Serikat (AS) Amy Reed, mengatakan, secara umum minuman bersoda memang tidak direkomendasikan untuk anak. Ya Moms, banyak dokter, ahli gizi dan dokter gigi menyarankan untuk menghindari minuman ini.
Para pakar pun sepakat bahwa minuman manis, termasuk soda merupakan penyebab utama meningkatnya obesitas pada anak. Pada akhirnya terlalu sering mengonsumsi minuman ini dapat berdampak buruk pada nutrisi, kekuatan tulang, hingga kesehatan pencernaan.

Pengaruh Minuman Bersoda pada Kebutuhan Gizi Anak

Moms, perlu diingat bahwa air soda tidak memberikan manfaat nutrisi bagi anak-anak.
Ilustrasi minuman soda Foto: Shutter Stock
Selain itu, minuman bersoda dapat meningkatkan rasa kenyang pada anak. Hal ini pun dapat menyebabkan penurunan nafsu makan. Sehingga mereka enggan mengonsumsi makanan yang lebih padat nutrisi, karena kapasitas perutnya masih kecil.
ADVERTISEMENT
Orang tua perlu paham bahwa minuman bersoda bersifat asam. Jadi, mengonsumsi minuman ini secara berlebihan dapat menghilangkan kalsium dan menyebabkan pengeroposan tulang. Hal itu akan berdampak pada tulang dan gigi.
Anak yang gemar mengonsumi minuman bersoda, cenderung menyukai minuman tersebut daripada air putih biasa. Padahal, air putih penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Selain itu, beberapa air berkarbonasi mengandung natrium yang tinggi.
"Minuman berkarbonasi atau bersoda menyebabkan tertelannya udara sehingga menimbulkan gas. Setiap anak mungkin merespons secara berbeda,’’ pungkas Reed.