Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cegah Bayi Kena Infeksi Saluran Kemih, Harus Berapa Kali Ganti Popok Sehari?
7 Agustus 2024 11:38 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, saat ini di pasaran dijual banyak jenis popok dengan beragam klaimnya, misalnya popok super dry yang dapat disebut mampu 'mengunci' cairan, bentuknya tipis, tetapi bisa menyerap banyak cairan. Adanya klaim ini membuat orang tua kadang jadi tidak sering-sering mengganti popok bayi ataupun balita.
"Ada berbagai macam jenis popok. Ada yang dengan keadaan yang super dry, kadang orang tua jadi malas mengganti. Ada penelitian, kalau enggak salah di Jepang, penelitian pada bayi-bayi yang pakai popok sekali buang itu makin jarang diganti, maka risiko infeksinya meningkat," jelas Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Ina Zarlina, SpA(K) dalam media briefing 'Infeksi Saluran Kemih Pada Anak', Selasa (6/8).
ADVERTISEMENT
Dr. Ina menjelaskan, bayi umumnya belum memiliki refleks untuk berkemih, sehingga peran orang tua penting untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih, yang salah satunya disebabkan oleh jarangnya penggantian popok. Jadi, harus berapa kali mengganti popok bayi dalam sehari?
"Disarankan setiap 4 jam sekali diganti, walaupun sepertinya masih kering. Karena bisa aja ada kontaminasi, terutama pada anak-anak perempuan. Biasanya mengalami ISK bawah (sistitis)," kata dia.
Sementara pada usia anak balita, ISK terjadi karena anak masih belajar buang air besar dan kecil sendiri atau toilet training. Sebab, menurut Dr. Ina, berkemih adalah proses yang kompleks bagi anak, karena melibatkan sistem saraf otonom simpatik.
"Umur 0-2 tahun saluran kemih mulai matang, bayi yang tadinya belum refleks akhirnya bisa berkemih. Itu merupakan proses yang sangat kompleks. Makanya, anak toilet training mulai 18 bulan, diajarkan berkemih untuk kontrol proses berkemihnya," ungkap Dr. Ina.
ADVERTISEMENT
Gejala Infeksi Saluran Kemih pada Bayi dan Anak
Infeksi saluran kemih merupakan adanya bakteri yang berkembang biak di saluran kemih, yang menyebabkan invasi jaringan dan inflamasi. ISK sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
- ISK Atas (Pyelonefritis)
Infeksi yang melibatkan parenkim ginjal yang menyebabkan gejala sistemik dan lokal.
- ISK Bawah (Sistitis)
Infeksi terbatas pada saluran kemih bagian bawah, dengan gejala buang air kecil akut.
- Bakteriutia Asimtomatik
Kolonisasi saluran kemih oleh uropatogen tanpa menimbulkan gejala apa pun.
- ISK Komplikata/Atipikal
Infeksi saluran kemih dengan kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih.
"Yang jadi perhatian adalah ISK yang kompleks atau atipikal, di mana ISK terkait kelainan anatomi atau fungsional dari saluran kemih. Hal ini bisa mempengaruhi karena infeksi saluran kemihnya akan berulang, dan bila tidak ditangani dengan benar akan mempengaruhi fungsi ginjal itu sendiri," jelas Dr. Ina.
ADVERTISEMENT
Kasus infeksi saluran kemih pada anak berusia di bawah dua tahun diperkirakan sekitar 3-5 persen. Pada anak di bawah satu tahun, prevalensi terkena ISK pada bayi perempuan sebesar 7 persen, dan bayi laki-laki 3 persen. ISK pun terkadang menjadi petunjuk adanya suatu kelainan struktur atau fungsi dari sistem saluran kemih.
Lantas, kapan sih kita curiga anak kita mengalami ISK?
"Gejalanya tidak khas, dan disesuaikan dengan usianya. Semua bayi dan anak-anak dengan demam yang tidak dapat dijelaskan, mengalami infeksi di tempat lain, tetapi tidak membaik dengan pengobatan," ungkap Dr. Ina.
Misalnya, pada bayi kecil, ia akan terlihat kuning, berat badan tidak naik, nyeri saat berkemih, atau bahkan ditemukan urine di dalam darahnya. Pada bayi, bisa juga adanya kemungkinan memiliki saluran kemih yang atipikal atau terdapat kelainan anatomi.
ADVERTISEMENT
"Kalau anak-anak yang lebih besar, dari 3 bulan-3 tahun itu bisa dibedakan dua: paling sering demam atau BAK nyeri, atau ke kamar mandi bolak-balik. Itu bisa juga disertai nyeri perut, muntah-muntah, ada nyeri di atas kemaluan," ungkap Dr. Ina.
"Hal-hal ini kadang tidak terkonfirmasi dan terdiagnosis di awal. Terpikirnya mungkin hanya diare. Ternyata saat diperiksa ini lebih ke ISK," lanjut dia.
Untuk mengecek diagnosis kasus ISK, Dr. Ina menyebut pengecekan kultur urine hanya bisa dilakukan di laboratorium. Sementara pada anak yang sudah besar, dokter bisa melakukan pemeriksaan klinis, karena secara verbal mereka sudah bisa menyampaikan keluhan mereka.