Cerita Asri Welas saat Pertama Kali Tahu Anak Keduanya Alami Katarak Kongenital

16 Oktober 2022 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Artis Asri Welas. Foto: Ronny
zoom-in-whitePerbesar
Artis Asri Welas. Foto: Ronny
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Katarak merupakan gangguan mata yang bisa menyerang semua kalangan usia, termasuk pada anak-anak. Saat seseorang mengalami kondisi katarak, penglihatannya akan cenderung buram, sensitif terhadap cahaya, dan pada akhirnya bisa memengaruhi tumbuh kembang lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dialami oleh anak kedua Asri Welas, yakni Rayyan Gibran Ridha Rahardja atau kerap disapa Ibran. Ya Moms, Ibran sudah lima tahun mengalami katarak dan perlu menggunakan kacamata khusus agar penglihatannya lebih jelas.
Dalam konferensi pers 'Penyaluran 2025 Kacamata Khusus untuk Anak dengan Katarak' yang diselenggarakan Optik Tunggal, Kamis (13/8) lalu, Asri bercerita bahwa kondisi penglihatan anaknya baru diketahui saat usia Ibran menginjak tiga bulan. Tetapi ternyata, katarak kongenital sudah bisa dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan.
“Ketemunya itu justru saya enggak tahu kalau ternyata anak dengan katarak bisa dilihat dari dalam kandungan. Saya tahunya pas dia usia tiga bulan, itu juga saya pikir dia gak kenapa-kenapa,” cerita Asri.
ADVERTISEMENT
Asri mengungkapkan awal mula menyadari sang anak mengalami gangguan penglihatan adalah ketika sedang liburan ke Jepang bersama keluarga. Kala itu, anak pertama Asri, Rajwa Gilbram Ridha Rahardja atau yang akrab disapa Ibam bercerita bahwa sang adik tidak mengedipkan matanya saat dikejutkan. Setelah Asri memeriksa kedua matanya, diketahui terdapat bintik putih di lensa mata anaknya.
“Tapi pas saya liburan ke Jepang, anak pertamaku bilang Ibran itu kalau lagi melek terus ditepuk matanya enggak kedip. Akhirnya kita senter matanya ada blok putih di kanan dan kiri matanya,” tambah Asri.
ilustrasi katarak pada anak. Foto: Shutter Stock
Setelah mencari berbagai informasi di internet, Asri memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia dan berkonsultasi dengan beberapa dokter mata ternama untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter pun menyatakan Ibran mengalami katarak kongenital.
ADVERTISEMENT
“Saya searching dulu di internet ternyata katarak, dan ada ternyata juga ada hubungannya dengan virus rubella, tokso, di jantungnya ada pembocoran, dan sebagainya. Akhirnya saya pulang dan konsultasi ke berbagai dokter,” jelas ibu tiga anak itu.

Kata Dokter soal Penyebab Katarak Kongenital pada Anak

Dalam kesempatan yang sama, mantan Menteri Kesehatan sekaligus dokter spesialis mata, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K), menjelaskan bahwa infeksi virus rubella bisa menjadi salah satu penyebab katarak kongenital. Hal ini pun diperkuat oleh data yang dimiliki oleh RS Cipto Mangunkusumo dan RS Mata Cicendo.
“Penyebab paling sering katarak ini virus rubella. Sekitar 25 persen kasus katarak kongenital di RSCM itu karena rubella, sementara di rumah sakit Cicendo itu sekitar 90 persen,” kata dr Nila yang menjabat sebagai Menkes periode 2014-2019 itu.
Ilustrasi rubella pada wanita. Foto: Thinkstock
Setelah dilakukan operasi, anak dengan katarak kongenital perlu menggunakan kacamata khusus untuk mendukung penglihatannya. Meski begitu, kacamata yang digunakan pun berbeda dengan kacamata baca pada umumnya, karena lensa yang digunakan lebih tebal.
ADVERTISEMENT
Asri menjelaskan jika anak keduanya kerap menggunakan kacamata dengan ukuran lensa +18, bahkan hingga +23. Harganya pun dapat menggocek kantong hingga Rp10 juta per kacamata, sementara ukuran lensa anak dengan katarak kongenital akan cepat mengalami perubahan, terutama bila masih di bawah usia lima tahun.
Peluncuran 2025 kacamata khusus katarak dari Optik Tunggal. Foto: Dok. Optik Tunggal
Selain gangguan penglihatan, katarak kongenital juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Mulai dari telat berbicara, gangguan pendengaran, hingga sulit untuk mengunyah makanan. Untuk mengatasinya, anak kedua Asri kerap mengikuti berbagai jenis terapi dan treatment khusus untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
“Ibran itu kacamatanya +18, bahkan pernah +23, jadi ya semuanya terganggu. Telat berbicara, ngunyah enggak bisa, gusinya pun jadi sering berdarah. Tapi setelah ikut terapi dan beberapa treatment, sekarang Ibran udah bisa berbicara tapi ngunyah belum bisa, sudah bisa nyanyi, ya udah ada perkembangannya deh,” tutup Asri dengan mata yang berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT