Cerita Ibu: Alami Ketuban Pecah Dini, Saya Melahirkan Bayi Prematur

30 Juni 2022 19:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alami Ketuban Pecah Dini, Saya Melahirkan Bayi Prematur.  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Alami Ketuban Pecah Dini, Saya Melahirkan Bayi Prematur. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bisa melahirkan cukup bulan dengan kondisi sehat jadi harapan ibu hamil. Namun, memang ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi terjadi dan membuat seseorang harus melahirkan lebih cepat. Salah satunya karena mengalami kondisi ketuban pecah dini, seperti cerita ibu berinisial VA ini.
ADVERTISEMENT
VA menceritakan pengalamannya mengalami ketuban pecah dini saat usia kehamilannya baru memasuki 35 minggu. Saat itu, cairan ketubannya terus menerus mengalir. Bidan yang biasa didatanginya pun tidak berani membantu persalinan karena belum ada pembukaan. Ia pun akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
Saat di RS itulah VA harus disuntik alat pematang paru dan jantung, yang berefek badannya menjadi gatal-gatal. Selain itu, ia juga sempat diberi obat penahan kontraksi. Tetapi karena air ketubannya tinggal sedikit, VA akhirnya harus diinduksi. Empat jam kemudian, bayinya lahir dengan berat 2,4 kg.
VA merasa yakin meskipun terlahir prematur dan harus dipasang alat bantu di tubuhnya, bayinya akan tetap sehat. Meski begitu, ia harus menghadapi tantangan-tantangan anak yang lahir secara prematur, mulai dari tumbuh kembangnya hingga pengasuhannya.
ADVERTISEMENT
Sedihnya, ia sempat merasa kurang ilmu tentang kelahiran prematur, sehingga harus mengejar informasi-informasi yang dapat menunjang perawatannya. Di sisi lain, VA juga harus menahan rasa sedihnya usai dicibir oleh orang-orang di sekitarnya karena bayinya terlahir prematur.
Semakin bertambah usia, anaknya pun kini sehat seperti anak-anak lainnya yang lahir cukup umur. VA tidak gentar karena proses melahirkan anak pertamanya itu memberikan dia banyak pelajaran sebagai orang tua baru.
Nah Moms, cerita VA yang dibagikan lewat akun Instagram @kumparanMOM mendapat berbagai respons dari followers. Banyak yang memberikannya semangat karena tidak menyerah merawat bayinya, dan ada juga yang bercerita pengalaman serupa harus melahirkan lebih cepat karena pecah ketuban.
"Sm seperti aku, melahirkan di saat usia kehamilan 33 minggu karena ketuban ngerembes, skrg bayi ku uda umur 7 bulan dan sehat alhamdulillah.👏😍," tulis pemilik akun @_tataaa_ta.
ADVERTISEMENT
"Semangat mom, aku juga ibu dr bayi premature UK 34 weeks, BBLR 1.900 gram. Yg penting anak-anak kita sehat dan kita sudah melakukan yg terbaik buat dia 👏🤗," kata pemilik akun @meilisa.asmarani.
"Semoga diberikan kesabaran ya bu.. rawat baik2.. tetap bersyukur masih dikaruniai anak," tulis pemilik akun @jerapah.air.
Moms, yuk, pahami lebih lanjut kondisi ketuban pecah dini dari penjelasan berikut ini.

Apa Itu Ketuban Pecah Dini?

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau disebut juga dengan premature rupture of membranes (PROM) adalah salah satu komplikasi kehamilan di mana wanita hamil sudah mengalami pecah ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebuah penelitian yang dipublikasikan American Family Physician menunjukkan sebanyak 3 persen kasus kehamilan mengalami KPD dan menyebabkan sepertiga kelahiran prematur.
ADVERTISEMENT
KPD bisa berbahaya bagi kesehatan ibu dan janin apabila tidak segera mendapat penanganan, bahkan menyebabkan kematian. Beberapa komplikasi yang berisiko terjadi seperti sindrom gangguan pernapasan, sepsis neonatal, prolaps tali pusat, solusio plasenta, dan kematian janin. Persalinan dini seperti yang dialami VA merupakan komplikasi KPD yang paling umum terjadi.
Ibu hamil pecah ketuban atau ingin buang air kecil. Foto: Shutterstock

Apa Saja Gejala Ketuban Pecah Dini?

Untuk mendiagnosis KPD, dokter perlu memeriksa riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh. Selain itu, gejala yang paling sering dialami adalah cairan yang terus menerus keluar dari vagina secara tiba-tiba, bisa secara perlahan atau merembes. Beberapa wanita juga bisa mengalami keputihan atau vagina lebih basah, bahkan ada yang mengalami pendarahan. Namun, perhatikan jika air yang keluar dari vagina tidak berwarna dan berbau cenderung manis, itu artinya urine dan bukan KPD.
ADVERTISEMENT
Biasanya, dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu hamil yang mengalami KPD: apakah perut sakit seperti kontraksi, keluar darah dari vagina, apakah baru berhubungan seksual dengan suami, atau mengalami demam. Penting bagi dokter memverifikasi dengan jadwal hari perkiraan lahir Anda untuk mengarahkan perawatan selanjutnya. Ibu hamil juga akan diperiksa dengan alat spekulum untuk melihat kebocoran dari leher rahim.

Siapa yang Berisiko Mengalami Ketuban Pecah Dini?

Ilustrasi ibu hamil buang air kecil atau pecah ketuban. Foto: Shutter Stock
Mengutip laman Stamford Children's Health, ternyata ada beberapa orang dengan ciri-ciri berikut yang berisiko mengalami KPD, yaitu:
1. Mengalami kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya
2. Mengalami infeksi pada sistem reproduksi
3. Pendarahan di vagina selama kehamilan
4. Sering merokok saat hamil

Bagaimana Pengobatan Ibu Hamil yang Alami Ketuban Pecah Dini?

Perawatan pada ibu hamil yang mengalami KPD bisa berbeda-beda, tergantung pada gejala, kondisi kehamilan dan kesehatan ibu sendiri. Mungkin Anda akan diminta untuk dirawat di rumah sakit sambil dokter memantau kondisi kehamilan dan janin di dalam kandungan. Anda juga mungkin akan diberi beberapa obat-obatan seperti kortikosteroid (obat untuk membantu paru-paru bayi tumbuh dan matang), antibiotik, hingga tokolitik (untuk mengurangi atau menghentikan kontraksi, serta memperpanjang kehamilan).
ADVERTISEMENT
Selain itu, ibu hamil juga bisa mendapat induksi persalinan untuk mengeluarkan bayi agar tidak terlalu lama di dalam rahim yang perlahan cairannya mulai habis. Namun, induksi tidak akan dilakukan sampai setidaknya usia kehamilan mencapai 34 minggu.

Apakah Ketuban Pecah Dini Bisa Dicegah?

Sampai saat ini, penyebab terjadi KPD pada ibu hamil masih belum diketahui pasti, Moms. Ada beberapa kasus ibu hamil mengalami infeksi, perdarahan dan memiliki riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya bisa meningkatkan risikonya. Sehingga belum ada cara yang benar-benar bisa mencegah terjadinya komplikasi kehamilan yang satu ini. Namun, Anda disarankan untuk selalu menjaga kondisi tubuh, makan makanan yang bergizi, dan hindari merokok selama hamil.
=====
Yuk, baca lebih banyak #CeritaIbu yang inspiratif di Instagram @kumparanmom. Atau ingin ikut berbagi cerita? Bisa, Moms! Kirimkan saja cerita Anda lewat DM Instagram @kumparanmom.
ADVERTISEMENT