Cerita Tasya Kamila soal Anaknya yang Menangis saat Ditinggal di Sekolah

10 September 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tasya Kamila dan anaknya, Arrasya. Foto: https://www.instagram.com/tasyakamila/
zoom-in-whitePerbesar
Tasya Kamila dan anaknya, Arrasya. Foto: https://www.instagram.com/tasyakamila/
ADVERTISEMENT
Setiap orang tua tentunya menanti momen mengantar anak ke sekolah untuk pertama kalinya. Saat hari itu tiba, perasaan bahagia, bangga, hingga cemas menjadi satu karena harus meninggalkan buah hatinya di sekolah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya ibu dan ayah, anak juga bisa mengalami kecemasan saat harus berpisah dari orang tuanya di sekolah. Hal ini pula yang dialami oleh buah hati Tasya Kamila, Arrasya Wardhana Bachtiar. Lewat salah satu unggahan di laman Instagram pribadinya, Tasya berbagi cerita soal Arrasya yang terus menangis karena tak ingin pisah darinya saat harus sekolah.
“Di minggu pertama berangkat ke sekolah barunya, Arr tiap hari nangis gak mau pisah sama Mama. Akhirnya di minggu kedua, Arr ngga nangis lagi dan mau looh cuma dianter sampe pintu kelas MasyaAllah, big boy,” kata Tasya dalam keterangannya.
Menurut Tasya, cara yang dilakukannya untuk membantu Arr mengatasi kecemasannya adalah dengan bermain sekolah-sekolahan saat di rumah. Tasya berulang kali meminta Arr bercerita tentang perasaannya saat berangkat sekolah dan selama berada di sana. Cara ini rupanya berhasil membuat Arr lebih tenang dan tidak menangis lagi saat harus berpisah dengan sang ibu.
ADVERTISEMENT
Selain cara dari Tasya tersebut, ada juga beberapa hal lain yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi anak rewel ketika harus sekolah seperti dikutip dari What to Expect berikut ini.

Tips Agar Anak Tidak Menangis saat Ditinggal di Sekolah

ilustrasi anak sekolah sedang menangis Foto: Shutterstock
Datang lebih awal
Cobalah untuk datang lebih awal pada hari pertama sekolah anak. Ini dilakukan agar si kecil mempunyai lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dan mendapatkan perhatian lebih banyak dari guru sebelum murid lainnya tiba. Meski harus berpisah, dampingi dulu si kecil saat mengenali lingkungan sekolah dengan memberi tahu ruang kelas dan fasilitas lainnya.
Bawa barang kesukaan anak
Biarkan anak membawa barang kesukaannya seperti boneka atau karakter mainan jika sekolah mengizinkan. Cara ini akan membantu si kecil merasa nyaman di sekolah dan membuat situasinya seperti berada di rumah karena keberadaan benda kesukaannya.
ADVERTISEMENT
Cari kesibukan
Jika masih ada waktu untuk mendampingi anak, tidak ada salahnya untuk melakukan aktivitas sederhana di ruang kelasnya. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan seperti menempel stiker binatang di kertas, mewarnai, ataupun menggambar. Libatkan juga guru dalam aktivitas ini agar si kecil belajar mengenalinya.
Ilustrasi anak sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM). Foto: Shutter Stock
Diskusi dengan guru
Merupakan hal wajar jika anak merasa cemas dan menangis saat ditinggal di sekolah. Namun, hal ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama ya, Moms. Jadi, ada baiknya Anda berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan si kecil setiap harinya. Bila anak masih terus menangis setelah beberapa hari sekolah, carilah solusi terbaik dengan gurunya.
Bila berbagai cara telah dilakukan dan tak kunjung berhasil, sebaiknya jangan paksakan anak untuk kembali sekolah agar tidak membuatnya jadi stres. Salah satu kemungkinan hal itu bisa terjadi adalah karena si kecil belum siap menghadapi dunia sekolah.
Ilustrasi anak bersiap ke sekolah. Foto: Shutter Stock
Berikan afirmasi positif
ADVERTISEMENT
Kalimat positif sangat dibutuhkan anak sebagai bentuk dukungan ditengah rasa cemasnya menghadapi lingkungan baru di sekolah. Misalnya saja dengan mengatakan “Nanti kakak di sekolah akan ketemu banyak teman baru dan bermain bersama.” Selain membuatnya lebih tenang, kalimat tersebut bisa membuat si kecil lebih bersemangat, Moms.
Sebaiknya hindari membangun percakapan yang membuat anak jadi takut atau membandingkannya dengan murid lainnya seperti, “Kakak tidak boleh menangis nanti dimarahi bu guru,” atau “Lihat, teman kakak saja tidak menangis, masa kakak menangis.’