Demi Kesehatan, Singapura Akan Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Masak Tidak Sehat

8 April 2025 14:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demi Kesehatan, Singapura Akan Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Makan Tidak Sehat  Foto: ROSLAN RAHMAN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Demi Kesehatan, Singapura Akan Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Makan Tidak Sehat Foto: ROSLAN RAHMAN / AFP
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, mengungkapkan jumlah warganya yang didiagnosis menderita penyakit jantung telah meningkat dalam dekade terakhir. Ia menyoroti tingginya pasien yang bisa jadi merupakan anggota keluarga, teman, atau kolega terdekatnya.
ADVERTISEMENT
"Pada tahun 2022, 36 warga Singapura didiagnosis menderita infark miokard akut atau serangan jantung setiap hari. Itu berarti lebih dari satu orang setiap jam. 10 tahun sebelumnya, jumlahnya 25 per hari," kata Ong, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Berdasarkan statistik nasional terbaru tahun 2022, prevalensi hipertensi dan kolesterol darah tinggi di antara penduduk Singapura masih tinggi.
Lebih dari sepertiga (37 persen) warga Singapura menderita hipertensi, atau tekanan darah tinggi, dan jumlahnya hampir dua kali lipat sejak 2010. Dan hampir sepertiga (31,9 persen) menderita kolesterol tinggi atau hiperlipidemia. Penyebab utamanya adalah mengonsumsi terlalu banyak garam dan lemak jenuh.
Kemudian, 9 dari 10 penduduk Singapura mengonsumsi lebih dari jumlah natrium yang direkomendasikan, yaitu 2.000 mg per hari. Jumlah natrium yang mereka konsumsi juga meningkat menjadi 3.620 mg per hari, dari 3.480 mg pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Asupan lemak jenuh mereka juga melebihi batas yang dianjurkan. Lemak jenuh mencakup 36 persen dari total asupan lemak makanan penduduk Singapura, lebih tinggi dari batas atas 30 persen yang direkomendasikan. Sumber utama lemak jenuh dalam makanan adalah minyak goreng.
"Dalam hal diet, sebagian besar warga Singapura akan memperoleh manfaat yang sangat besar. Bukan dengan mengikuti program diet mewah apa pun, tetapi (dengan) sekadar mengurangi konsumsi 3S: sugar (gula), sodium (natrium), saturated fats (lemak jenuh)," ujar Ong.

Pelabelan Makanan Akan Diperketat

Ilustrasi nutri-grade. Foto: Shutterstock
Nah Moms, untuk mengendalikan penyakit kronis di antara warganya, pelabelan (Nutri-Grade) akan diperluas dengan berfokus pada garam, saus, bumbu-bumbu, mi instan, dan minyak goreng, yang merupakan penyumbang utama asupan natrium dan lemak jenuh.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Singapura telah sukses menerapkan pelabelan Nutri-Grade yang berfokus pada kandungan gula dengan tingkatan A, B, C, atau D. Dan ini bakal diperluas untuk mencakup kandungan natrium dan lemak jenuh, seperti mi instan, bumbu-bumbu, hingga minyak goreng. Ditargetkan mulai pertengahan tahun 2027, produk diwajibkan mencantumkan tingkat gizi untuk memberi sinyal pada konsumen tentang seberapa sehat produk makanan tersebut.
Berdasarkan Survei Gizi Nasional 2022, garam, saus, bumbu-bumbu, dan mi instan mencakup sekitar tiga perempat asupan natrium, dan minyak goreng telah mencakup asupan lemak jenuh. Secara keseluruhan, 23 subkategori makanan kemasan akan ikut terpengaruh, yang mencakup:
ADVERTISEMENT
Menurut data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Promosi Kesehatan, sekitar 4 dari 10 produk yang dibeli oleh warga Singapura setara dengan label D pada Nutri-Grade. Dan secara khusus, sekitar 95 persen garam yang dijual berada di label C atau D, sementara 82 persen mi instan juga masuk dua tingkat tersebut.
"Iklan untuk produk berlabel D, yang diperuntukkan bagi makanan yang paling tidak sehat akan dilarang," kata Kementerian Kesehatan.
Ilustrasi belanja bersama anak. Foto: Chanintorn.v/Shutterstock

Bagaimana Label Nutri-Grade akan Diberlakukan?

ADVERTISEMENT
Untuk memberi waktu yang cukup bagi pelaku industri, termasuk untuk penyusunan kembali produk yang lebih sehat, maka pelabelan baru ini akan mulai berlaku pada pertengahan 2027.
Perlu diketahui, pelabelan Nutri-Grade yang sudah diterapkan sebelumnya untuk mengurangi tingkat diabetes di Singapura. Hasilnya, pemerintah telah berhasil menurunkan konsumsi gula harian, dari 60 gram pada tahun 2018 menjadi 56 gram pada tahun 2022.