Dokter: Beberapa Kondisi Ini Membuat Anak Laki-laki Tak Boleh Disunat

27 Juni 2019 16:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mengingat anjuran agama dan latar belakang adat istiadat, banyak anak laki-laki di Indonesia disunat. Untuk muslim misalnya, agama Islam mewajibkan seluruh laki-laki untuk disunat menjelang akil balig.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ternyata sunat anak laki-laki juga membawa manfaat kesehatan, Moms. Tindakan membuang sebagian kulit kelamin itu terbukti mencegah terjadinya infeksi saluran kemih, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal The American Academy of Pediatrics.
Namun ternyata tidak semua anak laki-laki bisa disunat. Ya, anak dengan kondisi medis tertentu pada penisnya lebih baik tidak disunat.
Hal itu dipaparkan oleh dr Yessi Eldiyani, Sp. BA, dokter spesialis bedah anak di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya. Kondisi medis yang dimaksud di antaranya adalah adanya hipospadia di muara uretra yang terletak di bagian depan (vertal) penis. Normalnya, uretra terletak pada ujung penis.
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
Kondisi ini merupakan kelainan bawaan dari lahir dan dimiliki 1 dari tiap 200 kelahiran anak laki-laki. Jika hipospadia tidak ditangani, si kecil dapat kesulitan buang air kecil atau berhubungan seks saat dewasa nanti.
ADVERTISEMENT
Pasien hipospadia tidak dianjurkan untuk disunat atau sirkumsisi karena berisiko mengalami komplikasi. “Pasien dengan hipospadia seakan-akan telah disunat di dalam kandungan,” jelas dr Yessi dalam keterangan resmi yang diterima kumparanMOM pada (25/6).
Selain hipospadia, anak laki-laki dengan epispadia juga tidak dianjurkan untuk disunat, Moms. Kondisi ini mirip dengan hipospadia, namun muara uretra terletak pada bagian punggung (dorsal) penis.
Tak hanya masalah pada penis, kelainan pada darah juga menyebabkan anak laki-laki tidak bisa disunat.
“Pasien epispadia juga tidak dapat melakukan tindakan sirkumsisi bila memiliki kelainan pembekuan darah seperti hemofilia dan anemia aplastik,” tambah dr Yessi.
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah sehingga darah sulit membeku. Anak dengan kondisi ini akan mengalami pendarahan lebih lama bila disunat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan anemia apalstik adalah kondisi sumsum tulang belakang berhenti menghasilkan sel darah baru. Bila anak dengan anemia aplastik disunat, ia bisa mengalami pendarahan yang berlebihan, pusing, lemas, dan nyeri dada karena kurang darah.
Oleh karena itu Moms, dr Yessi menganjurkan agar sunat anak atau sirkumsisi dilakukan di rumah sakit bersama dokter bedah umum atau bedak anak. Jadi apabila ditemukan kondisi medis tertentu, anak Anda akan dapat ditangani secara tepat.