Esai Foto: Tekad Wati Tak Pernah Henti

19 April 2025 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menunggu penumpang: Ekawati menunggu penumpang di Pasar Tanah Abang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menunggu penumpang: Ekawati menunggu penumpang di Pasar Tanah Abang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pagi sudah terasa terik di Cakung Timur, Jakarta. Namun, itu tidak menghalangi Ekawati, seorang ibu 42 tahun, untuk memulai hari dengan memanaskan mesin angkutan bajaj-nya di halaman sempit rumah kontrakannya.
Bersama putri bungsu: Supir Bajaj Ekawati bersama putri bungsunya, Cantika, menunggu penumpang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Bersama putri bungsu: Supir Bajaj Ekawati bersama putri bungsunya, Cantika, menunggu penumpang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Mencari penumpang: Supir bajaj Ekawati mencari penumpang di Pasar Tanah Abang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Dengan ditemani putri bungsunya, Cantika, Wati melalui jalanan Jakarta untuk mencari penumpang. Menjadi pengemudi angkutan bajaj ini telah ia lakoni sejak 16 tahun yang lalu setelah suami pertamanya tiada. Sebetulnya ia telah menikah lagi untuk kedua kalinya. Namun, kini ia telah berpisah dengan suami keduanya. Keputusan bertahan bekerja sebagai pengemudi angkutan bajaj tetap ia ambil karena ia tak hanya ingin menunggu nafkah anak dari mantan suaminya itu.
Mengantarkan penumpang: Ekawati bersiap menarik bajaj untuk mengantarkan penumpang. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
“Saya sudah lama jadi sopir bajaj, udah coba kesana-kesini, tapi di bajaj inilah rezekinya” kata Ekawati.
ADVERTISEMENT
Wati tidak sendiri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, sebanyak 12,73 persen rumah tangga di Indonesia dipimpin oleh perempuan. Faktor-faktor yang membuat perempuan menjadi kepala rumah tangga sangat beragam, termasuk perceraian, kehilangan pasangan, atau suami yang tidak dapat memberikan nafkah.
Memeriksa oli: Ekawati mengecek oli Bajaj. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Diiringi suara khas knalpot bajaj, Ekawati masih tetap tersenyum sambil mengemudi. Sepanjang 16 tahun bekerja sebagai pengemudi angkutan bajaj tentu banyak lika-liku di jalanan yang ia hadapi.
Bajaj terpakir: Sejumlah Bajaj terparkir di Jakarta. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
"Saya dua kali bawa bajaj guling, gara-gara ngehindarin mobil. Apalagi mogok itu udah biasa, kehabisan gas lah, kadang mesin rusak,” cerita Wati.
Berpose: Ekawati dan Cantika berpose dengan bajaj di monumen ondel-ondel Kemayoran. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Dominasi kaum pria di profesi ini juga tidak membuatnya gentar dan takut. Bahkan, terkadang ia pun harus menghadapi pelecehan dan ancaman.
ADVERTISEMENT
“Hidup ini keras, tapi anak-anak saya lebih berharga dari semua itu,” kata Ekawati.
Berbincang dengan anak: Ekawati berbincang dengan anaknya di rumah kontrakan. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Ia menyimpan harapan besar untuk anak-anaknya. Wati ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan penuh empati, serta mampu menghargai perjuangan hidup tanpa kehilangan kebaikan hati.
Masak: Ekawati memasak di rumah kontrakan. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Setiap perjalanan membawa Wati lebih dari sekadar memperoleh penghasilan. Ia membawa harapan untuk masa depan anak-anaknya, meski tantangan di jalanan tak pernah surut. Ekawati dan perempuan-perempuan lain yang menjadi kepala rumah tangga adalah bukti nyata ketangguhan dan pengorbanan yang jarang mendapat sorotan.
Berpose dengan anak-anaknya: Ekawati berpose bersama ketiga anaknya di rumah kontrakan. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO
Tidak hanya memikul tanggung jawab yang berat, tetapi juga melawan stigma dan keterbatasan yang melekat pada peran mereka. Di tengah kemacetan dan riuhnya klakson kendaraan, Ekawati tetap melaju. Tidak ada yang tahu seberapa jauh ia akan pergi, tapi satu hal yang pasti, ia tak akan berhenti.
Hingga malam hari: Ekawati mengendarai bajaj untuk mencari penumpang hingga malam hari. Foto: Idlan Dziqri Mahmudi/ANTARA FOTO