Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

ADVERTISEMENT

Dengan ditemani putri bungsunya, Cantika, Wati melalui jalanan Jakarta untuk mencari penumpang. Menjadi pengemudi angkutan bajaj ini telah ia lakoni sejak 16 tahun yang lalu setelah suami pertamanya tiada. Sebetulnya ia telah menikah lagi untuk kedua kalinya. Namun, kini ia telah berpisah dengan suami keduanya. Keputusan bertahan bekerja sebagai pengemudi angkutan bajaj tetap ia ambil karena ia tak hanya ingin menunggu nafkah anak dari mantan suaminya itu.
“Saya sudah lama jadi sopir bajaj, udah coba kesana-kesini, tapi di bajaj inilah rezekinya” kata Ekawati.
ADVERTISEMENT
Wati tidak sendiri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, sebanyak 12,73 persen rumah tangga di Indonesia dipimpin oleh perempuan. Faktor-faktor yang membuat perempuan menjadi kepala rumah tangga sangat beragam, termasuk perceraian, kehilangan pasangan, atau suami yang tidak dapat memberikan nafkah.
Diiringi suara khas knalpot bajaj, Ekawati masih tetap tersenyum sambil mengemudi. Sepanjang 16 tahun bekerja sebagai pengemudi angkutan bajaj tentu banyak lika-liku di jalanan yang ia hadapi.
"Saya dua kali bawa bajaj guling, gara-gara ngehindarin mobil. Apalagi mogok itu udah biasa, kehabisan gas lah, kadang mesin rusak,” cerita Wati.
Dominasi kaum pria di profesi ini juga tidak membuatnya gentar dan takut. Bahkan, terkadang ia pun harus menghadapi pelecehan dan ancaman.
ADVERTISEMENT
“Hidup ini keras, tapi anak-anak saya lebih berharga dari semua itu,” kata Ekawati.
Ia menyimpan harapan besar untuk anak-anaknya. Wati ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan penuh empati, serta mampu menghargai perjuangan hidup tanpa kehilangan kebaikan hati.
Setiap perjalanan membawa Wati lebih dari sekadar memperoleh penghasilan. Ia membawa harapan untuk masa depan anak-anaknya, meski tantangan di jalanan tak pernah surut. Ekawati dan perempuan-perempuan lain yang menjadi kepala rumah tangga adalah bukti nyata ketangguhan dan pengorbanan yang jarang mendapat sorotan.
Tidak hanya memikul tanggung jawab yang berat, tetapi juga melawan stigma dan keterbatasan yang melekat pada peran mereka. Di tengah kemacetan dan riuhnya klakson kendaraan, Ekawati tetap melaju. Tidak ada yang tahu seberapa jauh ia akan pergi, tapi satu hal yang pasti, ia tak akan berhenti.