Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Melihat anak aktif dan lincah saat bermain merupakan pemandangan yang menyenangkan. Namun, bila si kecil tak berhati-hati, keseruannya itu dapat berujung hal menyedihkan, seperti terjatuh hingga membuat giginya patah.
Kecelakaan tersebut bahkan bisa memunculkan trauma bagi si kecil, baik trauma secara langsung maupun tidak. Trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.
Menurut sebuah penelitian, trauma gigi pada anak-anak paling sering terjadi antara usia 1-3 tahun. Pada usia tersebut, anak mempunyai kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik, sehingga sering terjatuh dari tempat tidur, kereta dorong, atau kursi yang tinggi. Frekuensi trauma cenderung meningkat saat anak mulai merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan masih kurangnya koordinasi motorik, Moms.
Penelitian lain menyebutkan bahwa salah satu periode rawan fraktur adalah pada saat usia 2-5 tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari. Anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi dibandingkan dengan anak perempuan, biasanya mengenai 1 atau 2 gigi depan atas.
Di Dharmawangsa Dental Studio, Jakarta Selatan, misalnya. Pasien anak dengan trauma gigi yang sering datang, mengalami cedera pada satu atau lebih dari dua gigi sulung maupun gigi tetap. Menurut drg. Milka Sambo, Sp. KGA., perawatan yang dilakukan harus berdasarkan pada diagnosa yang tepat dan keberhasilannya sangat tergantung pada penanganan awal di lokasi anak terjatuh, baru pada upaya yang akan dilakukan oleh dokter gigi anak .
Agar tidak keliru, di bawah ini merupakan sejumlah langkah penanganan yang tepat saat anak mengalami patah gigi. Upaya ini penting, karena ikut menentukan proses penyembuhan trauma gigi serta jaringan di sekitar bagian yang cedera.
Penanganan Awal Trauma Gigi pada Anak
1. Periksa keadaan si kecil
Hal pertama yang mesti dilakukan pada saat anak jatuh adalah memeriksa keadaanya. Kalau kemudian terlihat bagian rongga mulutnya luka dan ada gigi yang patah, segera ambil patahan gigi tersebut dan masukkan ke dalam segelas susu. Jangan mencuci gigi di air keran, ya! Hal ini supaya gigi tetap dalam kondisi baik, sehingga dapat dikembalikan fungsinya semula.
2. Segera bawa anak ke Dokter Gigi
Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang sangat penting. Karena itu, segeralah bawa anak ke dokter gigi . Nantinya, si kecil akan diperiksa oleh dokter dalam posisi tidur dengan pandangan ke atas. Posisi ini memungkinkan dokter gigi melihat kedua rahang anak secara baik, sehingga upaya pemeriksaan pun bisa berjalan optimal, Moms.
3. Berikan informasi lengkap dan sesuai kepada dokter gigi
Selepas dilakukan pemeriksaan awal, nantinya dokter gigi akan melakukan anamnesis secara lengkap dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat terjadinya trauma gigi.
Kapan terjadinya trauma, bagaimana trauma bisa terjadi, apakah ada luka di bagian tubuh lainnya, perawatan apa yang telah dilakukan, apakah pernah terjadi trauma gigi pada masa lalu, dan imunisasi apa saja yang telah diberikan pada anak, adalah beberapa hal yang umum ditanyakan.
Penanganan Lanjutan Trauma Gigi pada Anak
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan segera dan berhati-hati. Jika terjadi fraktur gigi, perlu diperhatikan ada tidaknya pulpa (gusi) yang terbuka, perubahan warna, maupun kegoyangan. Seringkali, pemeriksaan tambahan berupa radiografi sangat diperlukan untuk menunjukkan fraktur pada gigi yang terkena trauma.
2. Imunisasi tetanus
Hal yang tak kalah penting dalam penanganan lanjutan adalah pencegahan tetanus pada anak yang mengalami trauma. Dokter akan memastikan anak sudah mendapatkan imunisasi tetanus. Selain itu, Dokter juga akan memastikan luka dibersihkan dengan sebaik-baiknya, serta menghilangkan benda asing dan jaringan nekrotik atau sel mati.
Dokter gigi akan bertanggung jawab memutuskan apakah pencegahan tetanus diperlukan bagi pasien anak-anak yang mengalami avulsi gigi, kerusakan jaringan lunak yang parah, luka karena objek yang terkontaminasi tanah atau luka berlubang. Pemberian antibiotik akan diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik akan dipertimbangkan kembali.
Dengan menerapkan pertolongan pertama yang tepat, risiko yang tidak diharapkan pada anak yang mengalami trauma gigi bisa dikurangi. Selain itu, orang tua dan dokter gigi hendaknya tetap bersikap tenang dalam menghadapi anak yang mengalami trauma gigi, di samping tetap menambah wawasan mengenai teknik perawatan dan obat-obatan yang digunakan agar keberhasilan perawatan yang optimal bisa dicapai.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Dharmawangsa Dental Studio