Hamil Sudah Lewat HPL tapi Bayi Belum Lahir, Apa Saja Risikonya?

6 September 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hamil Trimester Ketiga Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Hamil Trimester Ketiga Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari perkiraan lahir (HPL) ditetapkan ketika usia kehamilan mencapai 40 minggu. HPL sudah bisa diprediksi oleh dokter atau bidan dengan menghitung dari tanggal terakhir menstruasi maupun diketahui lewat pemeriksaan USG.
ADVERTISEMENT
Namun, HPL bukanlah patokan bayi akan lahir. Sebab, perhitungan kehamilan dapat meleset 1-2 minggu, baik sebelum maupun setelah prediksi HPL. Dan kebanyakan bayi lahir antara minggu ke-38 hingga ke-42 kehamilan. Jadi, bila bayi lahir setelah lewat dua minggu dari HPL, kondisi ini masih terbilang wajar.
Sementara apabila bayi belum lahir hingga minggu ke-42, maka dianggap lahir terlambat atau lewat waktu (overdue pregnancy). Dikutip dari WebMD, 1 dari 10 bayi lahir lewat waktu. Lantas, apakah kondisi tersebut berbahaya?

Kenapa Bayi Tidak Kunjung Lahir padahal Sudah Lewat HPL?

Hingga kini, para ahli belum mengetahui pasti mengapa beberapa bayi bisa lahir terlambat. Namun, Mayo Clinic melansir, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Ibu Hamil. Foto: Shutter Stock
Faktor genetik juga dapat berperan, misalnya, apakah Anda sendiri dulu lahir terlambat atau riwayat anggota keluarga mengalami hal serupa. Kemudian, dalam beberapa kasus yang terjadi, lahir terlambat dapat dikaitkan pada masalah plasenta.

Risiko Bayi Lahir Terlambat

Bagi Anda yang kehamilannya telah melewati HPL dan bahkan sudah mendekati minggu ke-42 (postterm), maka perlu mengetahui beberapa risikonya. Ya, bayi yang lahir terlambat dapat menimbulkan sejumlah risiko kesehatan, Moms. Angka kematian perinatal (bayi lahir mati dan kematian neonatal dini) pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu bisa mencapai dua kali lipat, ketimbang bayi yang lahir cukup bulan.
ADVERTISEMENT
Kondisi kehamilan ini dapat meningkatkan masalah kesehatan, seperti:

1. Makrosomia

Atau kondisi bayi lahir dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari rata-rata. Bila terjadi, dokter mungkin akan memerlukan intervensi dengan penggunaan forcep atau alat vakum untuk mengeluarkan bayi. Dan bisa juga dokter memutuskan bayi dilahirkan lewat operasi caesar.
Sebab, bayi yang tubuhnya berukuran lebih besar dari rata-rata lebih mungkin mengalami bahu tersangkut di tulang panggul Anda saat dilahirkan lewat pervaginam. Atau yang disebut juga dengan distosia bahu.

2. Sindrom Pasca-maturitas

Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya lemak di bagian bawah kulit bayi, tidak ada lapisan berminyak (vernix caseosa), berkurangnya rambut halus (lanugo), hingga muncul masalah pada cairan ketuban dan tali pusat akibat buang air besar pertama bayi (mekonium).
ADVERTISEMENT

3. Cairan Ketuban Berkurang (Oligohidramnion)

Bisa terjadi penurunan kadar cairan ketuban. Kondisi ini dapat memengaruhi detak jantung bayi dan menekan tali pusat saat kontraksi.

4. Masalah Kesehatan Lain

Selain itu, beberapa masalah kesehatan lain yang dialami bayi di dalam kandungan adalah gangguan pernapasan, detak jantung melambat, pertumbuhan melambat atau bahkan berhenti, hingga kelahiran mati.
Tidak hanya pada bayi, beberapa risiko juga bisa dialami ibu saat masa persalinan, seperti robekan vagina yang parah, infeksi, hingga pendarahan pascapersalinan.

Jadi, Apa yang Dokter Akan Lakukan Agar Bayi Segera Lahir?

Ilustrasi Ibu Hamil Besar Foto: Shutterstock
Untuk menghindari risiko-risiko bayi lahir terlambat, dokter ataupun bidan akan melakukan tindakan untuk memberi rangsangan agar bayi keluar.
Beberapa dokter juga bisa menyarankan untuk menunggu sekitar satu minggu untuk melihat apakah Anda akan menunjukkan tanda-tanda persalinan alami. Selama kurun waktu tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan dua kali seminggu untuk memastikan bayi di dalam kandungan dalam kondisi baik.
ADVERTISEMENT
Anda pun mungkin akan menjalani beberapa tes, seperti:
Akan tetapi, dokter juga mungkin akan memutuskan untuk melakukan induksi persalinan. Induksi dilakukan untuk merangsang kontraksi lahir untuk mempercepat proses persalinan. Sehingga, ibu diharapkan dapat melahirkan lewat pervaginam, dan mengurangi kemungkinan diperlukannya operasi caesar.