Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hasil Polling Mingguan kumparanMOM: 62% Ibu Pilih Imunisasi Tanpa Demam
11 September 2022 18:29 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil polling mingguan kumparanMOM periode Kamis (8/9) hingga Jumat (9/9) di akun Instagram @kumparanMOM, sebanyak 62 persen ibu memilih imunisasi tanpa demam untuk sang anak. Sementara itu, 38 persen ibu lainnya memilih imunisasi dengan efek demam.
Polling yang sama juga dilakukan di WA grup komunitas teman kumparan periode Jumat (9/9) hingga Minggu (11/9). Hasilnya, 83 persen ibu ingin memberikan imunisasi tanpa demam untuk si kecil. Kemudian 17 persen ibu lainnya lebih memilih imunisasi demam.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, imunisasi dengan atau tanpa demam sama-sama aman dan baik untuk anak. Lantas, apa yang membedakan keduanya ya, Moms?
Kata Ahli soal Perbedaan Imunisasi dengan Demam dan Tanpa Demam
Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Laktasi, dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, menyebut berbagai studi menyatakan kejadian demam pasca-vaksinasi DTPw mencapai 43-65 persen, sedangkan jika diberikan vaksin DTPa hanya sekitar 2-38 persen saja.
ADVERTISEMENT
"Vaksin konvensional DTPw (w = whole cell) mengandung 3.000 protein yang berbeda, lebih sering mencetuskan demam dibandingkan vaksin DTPa (a = aseluler) yang hanya memiliki 2-5 protein saja," kata dr. Wiyarni saat dihubungi kumparanMOM, Rabu (7/9).
Demam setelah imunisasi dipicu oleh respons imun dan inflamasi terhadap komponen vaksin DTP. Vaksin DTP diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak 3 kali pada bayi usia 2, 3, dan 4 bulan. Saat ini tersedia dalam wujud vaksin kombo pentavalen, terdiri atas 5 jenis antigen, yaitu Difteri-Tetanus-Pertusis ditambah Hepatitis B dan Hemofilus influenza tipe B. Vaksin yang memiliki komponen pertusis aseluler bereaksi lebih ringan atau tanpa demam dibandingan vaksin dengan komponen pertusis utuh (whole cell) yang lebih sering menyebabkan demam.
Kendati demikian, menurut dr. Wiyarni, efektivitas atau keampuhan vaksin tidak bergantung pada beratnya reaksi yang timbul setelah imunisasi. Ketika tersedia dua pilihan, salah satu alasan orang tua memilih vaksin tanpa demam adalah karena kesalahpahaman atau kekhawatiran berlebihan terhadap efek demam pasca-imuninasi. Padahal, demam bukan kondisi berbahaya melainkan tanda tubuh si kecil sedang berlatih membentuk kekebalan.
ADVERTISEMENT
"Demam umumnya terjadi pada hari pertama setelah pemberian imuniasi DTP, berdurasi pendek, kurang dari 24 jam, dan suhu tertingginya jarang yang melebihi 38,5ºC. Respons demam juga bergantung pada kondisi bayi. Misalnya bayi yang disusui akan memiliki respons imun yang berbeda terhadap penyakit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI," lanjut dr. Wiyarni.
Selain itu, reaksi pasca-imunisasi yang bisa dialami anak bukan hanya demam tetapi ada beberapa kondisi lain seperti, kemerahan, pembengkakan, gatal, serta nyeri dalam 1-2 hari pada area penyuntikan, Moms. Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk mendiskusikan kemungkinan reaksi tersebut dan bagaimana cara mengatasinya sebelum menentukan jenis imunisasi untuk si kecil.