Ibu Banyak Masalah hingga Ingin Bunuh Diri, Apa yang Harus Dilakukan?

5 September 2023 18:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Catatan Redaksi: Bunuh diri bukan jalan keluar persoalan kehidupan, segera cari pertolongan.
Ilustrasi ibu menyusui stres. Foto: Shutter Stock
Seorang ibu melakukan aksi percobaan bunuh diri bersama bayinya di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (2/9). Beruntungnya, hal itu berhasil digagalkan oleh petugas stasiun yang langsung membawanya ke pos pengamanan.
ADVERTISEMENT
Menurut Manager External Relations & Corporate Image Care KAI Commuter, Leza Arlan, saat dimintai keterangan, ibu yang tidak diketahui identitasnya itu mengaku memiliki masalah keluarga yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya.
“Dari hasil keterangan tersebut, diduga karena karena terdapat masalah keluarga pengguna tersebut berniat untuk melakukan percobaan bunuh diri dengan cara melompat ke rel kereta saat Commuter Line melintas,” ungkapnya dalam siaran pers, Senin (4/9).
Beratnya tanggung jawab yang dipikul perempuan sebagai ibu dan istri di dalam rumah tangga memang bisa menimbulkan rasa lelah, stres, hingga depresi. Ini pula yang mungkin memicu ibu tersebut untuk melakukan hal-hal yang menyakiti dirinya sendiri, termasuk keinginan untuk mengakhiri hidup.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan saat menghadapi beban masalah yang berat hingga muncul keinginan untuk bunuh diri?
ADVERTISEMENT

Kata Psikolog soal Cara Menghindari Keinginan untuk Bunuh Diri saat Banyak Masalah

Ilustrasi ibu depresi. Foto: Shutter Stock
Menurut psikolog klinis dewasa, Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog., munculnya keinginan untuk bunuh diri hingga melakukan percobaan itu biasanya karena adanya akumulasi perasaan tidak berdaya dan putus asa yang dialami ibu.
“Yang perlu dilakukan adalah menghindari akumulasi tersebut. Secara umum kita ketahui yang dibutuhkan pasti dukungan, terutama untuk ibu baru melahirkan, yang secara fisik juga masih terbatas dan banyak mengalami perubahan hormon, maka bantuan fisik juga dibutuhkan,” ujar Nadya saat dihubungi kumparanMOM, Selasa (5/9).
Selain itu, perasaan terisolasi juga bisa menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan dan putus asa. Oleh karenanya, penting bagi ibu untuk terus terhubung dengan orang-orang di sekitarnya. Misalnya dengan menciptakan interaksi, mengobrol ringan, atau meminta bantuan untuk mengurus anak sesekali.
Ilustrasi depresi pada ibu usai melahirkan. Foto: Shutter Stock
Satu hal yang paling penting adalah dibutuhkan kerja sama dengan si ayah, agar bisa sama-sama beradaptasi dengan adanya penambahan tanggung jawab baru sebagai orang tua. Dari pihak ayah juga sebaiknya cukup proaktif untuk memberikan dukungan dan bantuan bagi ibu dalam urusan rumah tangga maupun pengasuhan anak.
ADVERTISEMENT
“Berikan bantuan fisik seperti bantu gendong bayinya agar ibu ada waktu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (makan, minum, dan istirahat dengan tenang). Sehingga ada ruang bagi ibu untuk menstabilkan emosinya,” kata Nadya.
Nah, bagi anggota keluarga lain bisa juga memberikan bantuan secara fisik, misalnya seperti mengirimkan makanan dan memberikan sedikit perhatian pada ibu alih-alih hanya berfokus pada bayi.
“Yang paling sederhana itu tanyakan kabar ibu, bukan sekadar tanya atau jenguk bayinya,” pungkas Nadya.