Istilah Parenting: Meltdown pada Anak, Apa Maksudnya?

22 September 2022 16:56 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Anak lebih sering menunjukkan ledakan emosinya seiring tumbuh kembangnya. Hal ini biasanya kita kenal dengan sebutan tantrum, di mana si kecil sampai menangis, menjerit, memukul, melempar barang, berguling-guling, hingga tidak mau beranjak dari suatu tempat karena terlalu marah.
ADVERTISEMENT
Rupanya, ada istilah lain yang bisa menggambarkan kemarahan anak selain tantrum, yaitu meltdown. Lantas, apa maksudnya ya, Moms?

Istilah Meltdown pada Anak

Istilah meltdown pada anak. Foto: Shutterstock
Meltdown secara harafiah bermakna kehancuran. Namun, di dalam dunia pengasuhan anak, meltdown merupakan istilah yang menggambarkan ledakan emosi anak secara berlebihan hingga tak terkendali.
Gejalanya yang mirip membuat meltdown sering kali disamakan dengan tantrum. Padahal, meltdown merupakan kondisi yang berbeda. Tantrum merupakan ledakan emosi di mana anak masih bisa mempertahankan beberapa kontrol ringan atas perilakunya.
Sementara itu, menurut Psikolog Anak dan Remaja di Child Mind Institute, ledakan emosi anak saat mengalami meltdown membuatnya kehilangan kendali sepenuhnya atas perilakunya, sehingga amarahnya hanya akan berhenti ketika ia merasa lelah atau orang tuanya memang punya kemampuan untuk menenangkannya.
ADVERTISEMENT
Jika tantrum merupakan ledakan emosi dari rasa frustasi, lain halnya dengan meltdown yang disebabkan oleh kadar emosi yang berlebihan karena ada kebutuhan fisik yang tidak terpenuhi atau kondisi lainnya. Oleh karenanya, reaksi meltdown biasanya lebih ekstrem daripada tantrum biasa.
Dikutip dari Teething to Tantrums, beberapa hal yang bisa memicu meltdown pada anak seperti, kurang tidur, kadar gula darah tidak normal, gangguan belajar, kecemasan, masalah sensorik, hingga kemungkinan autisme dan ADHD.