Kapan Anak Bisa Mulai Diajari Investasi dan Bagaimana Caranya?

13 Februari 2019 12:02 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengajari anak menghargai uang Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengajari anak menghargai uang Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Investasi, mungkin bukan sesuatu yang biasa diajarkan orang tua di Indonesia pada anak. Untuk sebagian orang, kata 'investasi' bahkan seperti tidak relevan dengan dunia anak yang masih lekat dengan uang jajan harian. Padahal, investasi adalah hal yang sangat baik untuk diajarkan oleh anak sejak dini lho, Moms! Kenapa?
ADVERTISEMENT
Karena investasi adalah salah satu cara untuk menjamin kesejahteraannya kelak tanpa perlu bergantung pada orang tua. Anda tentu ingin kan, si kecil tumbuh dewasa dengan sejahtera dan mandiri?
Tapi Anda mungkin bertanya, kenapa tidak nanti saja bila anak sudah dewasa? Apakah anak tidak terlalu muda untuk diajari mengenai hal ini? Jawabnya, tidak juga, Moms.
Semakin dini seseorang berinvestasi, maka keuntungan yang akan didapat jumlahnya lebih besar dibanding baru berinvestasi nanti-nanti. Demikian ujar Steven Satya Yudha, Head of Sales & Distribution, PT Ashmore Asset Management Indonesia, pada acara media briefing "Siapkah Anda jadi Crazy Rich Retiree Indonesia" - HSBC Future of Retirement, di Jakarta, Selasa (12/2).
"Keuntungan yang didapat lebih besar meski berinvestasi dalam jumlah sedikit kalau dimulai sejak dini. Sebaliknya kalau sudah tua baru berinvestasi, maka 'untuk mengejar' ketertinggalan itu, seseorang mesti menyisihkan dana yang lebih besar lagi," ujar Steven.
ADVERTISEMENT
Lantas, umur berapa anak bisa mulai diajari mengenai investasi atau langsung berinvestasi?
Ilustrasi Anak Mengenal Uang Foto: Thinkstock
Steven menyebut, anak sudah bisa diajari berinvestasi saat sudah menginjak usia 11 tahun, seperti halnya Warren Buffet, seorang investor dunia sukses dan salah seorang kaya raya di dunia, yang memulai membeli saham pada usia itu.
Hitung-hitung, Anda sedang mengajari si kecil tentang kebiasaan menabung, tapi bukan hanya sekadar mendiamkannya begitu saja, sehingga besar kecil nilai uang tersebut akan tergerus inflasi.
Tak perlu seluruh uang saku anak dialokasikan untuk berinvestasi, Steven menjelaskan bahwa investasi itu perlu disisihkan dari sebagian penghasilan, dan bukannya disisakan setelah belanja habis-habisan.
Sebelum berinvestasi, ajak si kecil berdiskusi apa tujuan dari investasi yang baru bisa dinikmati hingga 10-15 tahun itu. Tanamkan dalam diri anak, rentang waktu tersebut tak terasa lama kok. Kemudian, sisihkan dari dana bulanan yang ia terima dan sebagian angpao yang ia dapat sewaktu hari raya, untuk dibelikan saham misalnya. Setelah itu, Anda bisa membantu si kecil memilih produk investasi yang sesuai. Misalnya yang mulai dari Rp 100 ribu.
Acara HSBC Future of Retirement tentang dana pensiun di Jakarta, Selasa (12/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Sementara, bagi Anda yang telah berkeluarga, menurut Steven Suryana, Head of Wealth Management, PT Bank HSBC Indonesia, tujuan investasi setiap orang bisa saja berbeda karena fokusnya yang berbeda. Bisa untuk dana pendidikan anak hingga menyiapkan dana pensiun.
Bicara soal dana pensiun, menurut Steven Suryana, di Indonesia masa pensiun seringkali diasosiasikan dengan menikmati dengan waktu bermain bersama cucu. Tak salah memang, tapi nyatanya tak sedikit mereka yang mesti kembali bekerja, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada dari mereka yang mengharap bantuan sokongan dana dari anak. Hal tersebut merupakan salah satu isi dari survei bertajuk Future of Retirement, Bridging the Gap oleh PT Bank HSBC Indonesia.
Untuk itu, Steven Suryana mengemukakan pentingnya memvisualisasikan masa pensiun kelak sedari sekarang. Di antaranya, memiliki visi masa pensiun yang jelas, memilih mitra keuangan yang tepat, persiapan pensiun yang efektif, hingga menggunakan beragam instrumen yang sesuai dengan profil risiko yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Produk investasi sekarang ada berbagai macam. Sebelum nasabah membeli produk tersebut, kami akan melakukan financial planning nasabah terlebih dulu. Tujuannya agar cocok dengan kebutuhan dan profil risiko yang diambil. Adapun saat financial planning tidak dikenakan biaya," tutup Steven Suryana.